Topik Pembicaraan Faktor Nonkebahasaan

tampak pada tuturan-tuturan dalam drama komedi saduran. Adapun contoh penggalan drama komedi saduran pada penggunaan faktor nonkebahasaan yang berupa topik pembicaraan dan konteks situasi komunikasi sebagai berikut.

4.2.2.1 Topik Pembicaraan

Topik pembicaraan sering mendorong seseorang untuk berbahasa secara santun atau tidak santun. Topik pembicaraan yang dapat mengancam posisi penutur, mereka dapat memunculkan tuturan yang tidak santun. Hal ini bersifat kodrati karena setiap orang ingin agar martabat dan harga dirinya tidak dilanggar oleh orang lain. Bahkan, penutur yang salah sekalipun, jika merasa dipermalukan dihadapan orang lain pasti dia akan membela diri dengan risiko mengucapkan tuturan yang tidak santun. Berikut contoh tuturan Tuan Rumah Nyonya Martopo dengan tamu Bilal di bawah ini. Kedua-duanya sama-sama keras dan memunculkan tuturan langsung sehingga tidak santun untuk ukuran tuturan seorang tamu. 53 KONTEKS : NYONYA MARTOPO TIDAK MENYUKAI CARA TUAN BAITUL BILAL MENAGIH HUTANG DENGAN TINGKAH LAKU YANG KURANG SOPAN. NYONYA : Saya kira saya telah cukup menjelaskannya, bahwa bendahara saya akan kembali dari kota, dan kemudian tuan akan mendapatkan uang tuan kembali BILAL : Saya datang tidak untuk bertemu dengan bendahara nyonya, saya datang untuk bertemu dengan nyonya. Saya tak peduli pada bendahara itu Demi syetan tidak peduli – Maafkan bahasa saya ini NYONYA : Sesungguhnyalah tuan, saya tak biasa dengan bahasa seperti itu, ataupun tingkah laku seperti itu, saya tidak bernafsu untuk berbicara lebih lanjut. Data 6 Tuturan 51 yang dilakukan oleh mitra tutur Bilal kepada penutur Nyonya Martopo tampak keras. Bilal terlalu berterus terang menyatakan kritiknya terhadap Nyonya Martopo yang belum bisa membayar hutangnya karena tidak mempunyai uang kontan di rumah. Kritikan itu terlalu kasar sehingga menyinggung perasaan Nyonya Martopo. Sebaliknya Nyonya Martopo yang dikritik berusaha membela diri dan memberikan alasan tidak bernafsu untuk melanjutkan pembicaraan lebih lanjut dengan ucapan yang merendah. Penggalan percakapan berikut juga tampak faktor penentu kesantunan berdasarkan topik pembicaraan sebagai berikut. 54 KONTEKS : TUAN BAITUL BILAL BERKATA TIDAK SOPAN KEPADA NYONYA MARTOPO. BILAL : Berkabung Nyonya berkabung Nyonya kira saya ini apa? Jangan dikira saya tak tahu kenapa nyonya memakai baju bagus yang hitam ini dan mengubur diri nyonya diantara empat dinding ini Rahasia macam itu. Betapa romantisnya Nyonya mau meniru dongeng Seorang bangsawan berkuda akan lewat di depan puri, ia akan berkata dalam hatinya: “Di sinilah tinggal sang putri Candra Kirana, yang demi cintanya kepada suaminya telah mengubur dirinya dalam empat dinding kamarnya”. Oh, saya sudah mengerti akan sandiwara ini NYONYA : Apa? Apa maksud tuan dengan mengatakan kata-kata itu kepadaku? BILAL : Nyonya telah mengubur hidup-hidup diri Nyonya, tetapi sementara itu Nyonya tak lupa membedaki hidung Nyonya NYONYA : Alangkah lancangnya mulut tuan Data 14 Pada tuturan 52 yang dilakukan oleh Bilal kepada Nyonya Martopo begitu keras dan tidak sopan. Bilal secara langsung mencela dan mengkritik Nyonya Martopo atas pengakuan berkabung dari Nyonya Martopo namun Nyonya Martopo tetap berdandan dan tidak lupa untuk membedaki hidungnya. Celaan tersebut tampak pada tuturan Bilal, yakni Nyonya telah mengubur hidup-hidup diri Nyonya, tetapi sementara itu Nyonya tak lupa membedaki hidung Nyonya. Tuturan tersebut disampaikan kepada Nyonya Martopo dengan maksud menyindir. Sebaliknya Nyonya Martopo yang mendapat kritikan berusaha membela dirinya dengan ucapan yang cukup keras. Nyonya Martopo marah kepada Bilal karena telah berbicara lancang tentang dirinya.

4.2.2.2 Konteks Situasi Komunikasi

Dokumen yang terkait

Pelanggaran Prinsip Kesantunan dalam Naskah Drama Bardji Barbeh Karya Catur Widya Pragolapati

3 54 122

KESANTUNAN IMPERATIF PADA NASKAH DRAMA GERR KARYA PUTU WIJAYA Kesantunan Imperatif Pada Naskah Drama Gerr Karya Putu Wijaya.

0 7 12

PENDAHULUAN Kesantunan Imperatif Pada Naskah Drama Gerr Karya Putu Wijaya.

1 30 7

KESANTUNAN IMPERATIF PADA NASKAH DRAMA GERR KARYA PUTU WIJAYA Kesantunan Imperatif Pada Naskah Drama Gerr Karya Putu Wijaya.

0 6 14

ANALISIS PENGGUNAAN INTERJEKSI PADA NASKAH DRAMA “PESTA PARA PENCURI” KARYA JEAN ANNAULIH SADURAN Analisis Penggunaan Interjeksi Pada Naskah Drama “Pesta Para Pencuri” Karya Jean Annaulih Saduran Rachman Sabur: Kajian Linguistik.

0 1 13

KEGELISAHAN BATIN NYONYA MARTOPO DALAM NASKAH DRAMA ORANG-ORANG KASAR PENAGIH HUTANG KARYA ANTON Kegelisahan Batin Nyonya Martopo Dalam Naskah Drama Orang-Orang Kasar Penagih Hutang Karya Anton Chekov: Analisis Psikologi Sastra.

0 1 12

PENDAHULUAN Kegelisahan Batin Nyonya Martopo Dalam Naskah Drama Orang-Orang Kasar Penagih Hutang Karya Anton Chekov: Analisis Psikologi Sastra.

5 30 27

KEGELISAHAN BATIN NYONYA MARTOPO DALAM NASKAH DRAMA ORANG-ORANG KASAR PENAGIH HUTANG KARYA ANTON Kegelisahan Batin Nyonya Martopo Dalam Naskah Drama Orang-Orang Kasar Penagih Hutang Karya Anton Chekov: Analisis Psikologi Sastra.

2 21 18

KEPRIBADIAN TOKOH UTAMA DRAMA PINANGAN KARYA ANTON CHEKOV PENDEKATAN PSIKOANALISIS DAN HUBUNGANNYA DENGAN PEMBELAJARAN SASTRA DI SMP

0 4 83

Contoh Naskah Drama Tujuh Orang

10 82 1