Pelanggaran Bidal Ketimbangrasaan Bidal-bidal Prinsip Kesantunan yang Dilanggar dalam Drama Komedi

Pemaksimalan sikap simpati tersebut tampak pada tuturan, yakni Oh Tuan Jangan jadi begitu murung karenanya.

4.1.2 Bidal-bidal Prinsip Kesantunan yang Dilanggar dalam Drama Komedi

Saduran Pelanggaran bidal-bidal prinsip kesantunan yang ditemukan dalam penggalan wacana drama komedi saduran meliputi 1 bidal ketimbangrasaan, 2 bidal kemurahhatian, 3 bidal keperkenanan, 4 bidal kerendahhatian, 5 bidal kesetujuan, dan 6 bidal kesimpatian. Dari seluruh data yang diteliti diperoleh bahwa pelanggaran bidal prinsip kesantunan dalam penggalan wacana drama komedi saduran terdiri atas 30 bidal ketimbangrasaan, 2 bidal kemurahhatian, 12 bidal keperkenanan, 6 bidal kerendahhatian, 6 bidal kesetujuan, dan 2 bidal kesimpatian.

4.1.2.1 Pelanggaran Bidal Ketimbangrasaan

Pelanggaran bidal ketimbangrasaan terjadi apabila peserta tutur berusaha memaksimalkan keuntungan pada diri sendiri dan memaksimalkan kerugian kepada mitra tutur. Pelanggaran bidal ketimbangrasaan yang terdapat dalam drama komedi saduran tampak lebih mendominasi dibandingkan dengan bidal- bidal yang lain. Hal ini dikarenakan tuturan-tuturan yang terkandung dalam drama komedi bersifat mengkritik, mencela, mendesak dan memaksa namun disertai komedi. Penggalan wacana drama komedi saduran yang berisi tuturan melanggar prinsip kesantunan bidal ketimbangrasaan sebagai berikut. 21 KONTEKS : MANDOR DARMO MENASEHATI NYONYA MARTOPO UNTUK TIDAK LAGI MERATAPI KEPERGIAN SUAMINYA. DARMO : Lagi-lagi saya jumpai Nyonya dalam keadaan seperti ini. Hal ini tidak bisa dibenarkan, Nyonya Martopo. Nyonya menyiksa diri Koki dan babu bergurau di kebun sambil memetik tomat, semua yang bernafas sedang menikmati hidup ini, bahkan kucing kitapun tahu bagaimana berjenakanya dan berbahagia, berlari-lari kian kemari di halaman, berguling-guling di rerumputan dan menangkapi kupu-kupu, tetapi Nyonya memenjarakan diri Nyonya sendiri di dalam rumah seakan-akan seorang suster di biara. Ya, sebenarnyalah bila dihitung secara tepat, Nyonya tak pernah meninggalkan rumah ini selama tidak kurang dari satu tahun. NYONYA : Dan saya tak akan pergi ke luar Kenapa saya harus pergi keluar? Riwayat saya sudah tamat. Suamiku terbaring di kuburnya, dan sayapun telah mengubur diri saya sendiri di dalam empat dinding ini. Kami berdua telah sama-sama mati. DARMO : Ini lagi Ini lagi Ngeri saya mendengarkannya, sungguh Tuan Martopo telah mati, itu kehendak Allah, dan Allah telah memberikannya kedamaian yang abadi. Itulah yang Nyonya ratapi dan sudah sepantasnya Nyonya menyudahinya . Sekarang inilah waktunya untuk berhenti dari semua itu. Orang toh tak bisa terus menerus melelehkan air mata dan memakai baju hitam yang muram itu Data 1 Tuturan yang dilakukan oleh mandor Darmo dikatakan melanggar bidal ketimbangrasaan karena dalam tuturan tersebut mengandung makna merugikan mitra tuturnya Nyonya Martopo. Tuturan ini memaksimalkan keuntungan pada diri sendiri dan memaksimalkan kerugian pada mitra tutur. Secara langsung mandor Darmo melarang Nyonya Martopo untuk tidak lagi meratapi kematian suaminya dan menyuruh untuk menyudahi kesedihannya tersebut. Hal tersebut dibuktikan dengan tuturan Ini lagi Ini lagi Ngeri saya mendengarkannya, sungguh Tuan Martopo telah mati, itu kehendak Allah, dan Allah telah memberikannya kedamaian yang abadi. Itulah yang nyonya ratapi dan sudah sepantasnya nyonya menyudahinya. Tuturan mandor Darmo tampak merugikan Nyonya Martopo karena kritikannya yang berupa larangan dapat menyinggung perasaan Nyonya Martopo yang masih berduka. Tuturan mandor Darmo terlihat sekali tidak santun karena sebagai tamu seharusnya ia bersikap sopan kepada tuan rumah Nyonya Martopo. Tuturan yang melanggar bidal ketimbangrasaan juga tampak pada penggalan wacana drama komedi saduran sebagai berikut. 22 KONTEKS : DARMO MENYURUH PERGI TUAN BAITUL BILAL DARI RUMAH NYONYA MARTOPO. DARMO : DENGAN GAGAH MENGHAMPIRI BILAL Tuan, mengapa tuan tidak pergi kalau memang diminta pergi? Mau apa sebenarnya tuan ini? BILAL : MELONCAT BANGUN Kau kira kau bicara dengan siapa? Kugilas lumat-lumat kau nanti. DARMO : MEMEGANG JANTUNGNYA Ya Tuhan. JATUH DI KURSI Oh, saya sakit, saya tidak bisa bernafas. Data 17 Tuturan yang dikatakan oleh Bilal dikatakan melanggar bidal ketimbangrasaan karena memaksimalkan kerugian kepada pihak lain Darmo. Pemaksimalan kerugian dilakukan dengan cara mengancam Darmo akan digilas lumat-lumat karena Bilal merasa tersinggung oleh tindakan Darmo yang mengusirnya dari rumah Nyonya Martopo. Hal ini tampak sekali bahwa Bilal berlaku tidak santun karena sebagai tamu seharusnya ia bersikap santun terhadap tuan rumah maupun pembantu di rumah yang dikunjungi tetapi sebaliknya ia berusaha memberikan ancaman kepada Bilal. 23 KONTEKS : TUAN BAITUL BILAL BERKATA TIDAK SOPAN KEPADA NYONYA MARTOPO. BILAL : Berkabung Nyonya berkabung Nyonya kira saya ini apa? Jangan dikira saya tak tahu kenapa nyonya memakai baju bagus yang hitam ini dan mengubur diri nyonya diantara empat dinding ini Rahasia macam itu. Betapa romantisnya Nyonya mau meniru dongeng Seorang bangsawan berkuda akan lewat di depan puri, ia akan berkata dalam hatinya: “Di sinilah tinggal sang putri Candra Kirana, yang demi cintanya kepada suaminya telah mengubur dirinya dalam empat dinding kamarnya”. Oh, saya sudah mengerti akan sandiwara ini NYONYA : Apa? Apa maksud tuan dengan mengatakan kata-kata itu kepadaku? BILAL : Nyonya telah mengubur hidup-hidup diri Nyonya, tetapi sementara itu Nyonya tak lupa membedaki hidung Nyonya Data 14 Tuturan Bilal dikatakan melanggar bidal ketimbangrasaan karena berusaha memaksimalkan kerugian kepada pihak lain. Pemaksimalan kerugian tampak pada tuturan Bilal, yakni Nyonya telah mengubur hidup-hidup diri Nyonya, tetapi sementara itu Nyonya tak lupa membedaki hidung Nyonya. Tuturan tersebut disampaikan kepada Nyonya Martopo dengan maksud menyindir Nyonya Martopo yang tidak lupa membedaki hidungnya meski telah mengubur hidupnya di kamar saja tanpa mau ke luar rumah dan menerima tamu yang datang. Hal ini tampak sekali bahwa Bilal bersikap tidak santun kepada Nyonya Martopo karena ucapannya dapat menyinggung perasaan dan mempermalukan Nyonya Martopo.

4.1.2.2 Pelanggaran Bidal Kemurahhatian

Dokumen yang terkait

Pelanggaran Prinsip Kesantunan dalam Naskah Drama Bardji Barbeh Karya Catur Widya Pragolapati

3 54 122

KESANTUNAN IMPERATIF PADA NASKAH DRAMA GERR KARYA PUTU WIJAYA Kesantunan Imperatif Pada Naskah Drama Gerr Karya Putu Wijaya.

0 7 12

PENDAHULUAN Kesantunan Imperatif Pada Naskah Drama Gerr Karya Putu Wijaya.

1 30 7

KESANTUNAN IMPERATIF PADA NASKAH DRAMA GERR KARYA PUTU WIJAYA Kesantunan Imperatif Pada Naskah Drama Gerr Karya Putu Wijaya.

0 6 14

ANALISIS PENGGUNAAN INTERJEKSI PADA NASKAH DRAMA “PESTA PARA PENCURI” KARYA JEAN ANNAULIH SADURAN Analisis Penggunaan Interjeksi Pada Naskah Drama “Pesta Para Pencuri” Karya Jean Annaulih Saduran Rachman Sabur: Kajian Linguistik.

0 1 13

KEGELISAHAN BATIN NYONYA MARTOPO DALAM NASKAH DRAMA ORANG-ORANG KASAR PENAGIH HUTANG KARYA ANTON Kegelisahan Batin Nyonya Martopo Dalam Naskah Drama Orang-Orang Kasar Penagih Hutang Karya Anton Chekov: Analisis Psikologi Sastra.

0 1 12

PENDAHULUAN Kegelisahan Batin Nyonya Martopo Dalam Naskah Drama Orang-Orang Kasar Penagih Hutang Karya Anton Chekov: Analisis Psikologi Sastra.

5 30 27

KEGELISAHAN BATIN NYONYA MARTOPO DALAM NASKAH DRAMA ORANG-ORANG KASAR PENAGIH HUTANG KARYA ANTON Kegelisahan Batin Nyonya Martopo Dalam Naskah Drama Orang-Orang Kasar Penagih Hutang Karya Anton Chekov: Analisis Psikologi Sastra.

2 21 18

KEPRIBADIAN TOKOH UTAMA DRAMA PINANGAN KARYA ANTON CHEKOV PENDEKATAN PSIKOANALISIS DAN HUBUNGANNYA DENGAN PEMBELAJARAN SASTRA DI SMP

0 4 83

Contoh Naskah Drama Tujuh Orang

10 82 1