mengunggulkan dirinya sendiri. Tuturan yang lazim digunakan pada bidal kerendahhatian ini adalah tuturan ekspresif dan asertif Leech 1983:132. Tuturan
17, 18 berikut merupakan tuturan yang mematuhi prinsip kesantunan bidal kerendahhatian.
17 Ibu A : “Nanti Ibu yang memberi sambutan ya dalam rapat Dasa Wisma”
Ibu B : “Waduh,.....nanti grogi aku.” 18 Sekretaris A : “Dik, nanti rapatnya dibuka dengan doa dulu, ya
Anda yang memimpin” Sekretaris B : “Ya, Mbak. Tapi, saya jelek, lho.”
Tuturan-tuturan 17 dan 18 itu memaksimalkan penjelekan kepada diri sendiri dan memaksimalkan pujian kepada diri sendiri. Karena sesuai dengan
bidal kerendahhatian, tuturan 17 dan 18 itu merupakan tuturan yang santun.
2.2.2.5 Bidal Kesetujuan Aggreement Maxim
Bidal kesetujuan adalah bidal di dalam prinsip kesantunan yang memberikan nasehat untuk meminimalkan ketidaksetujuan antara diri sendiri dan
pihak lain dan memaksimalkan kesetujuan diri sendiri dan pihak lain. Tuturan asertif merupakan jenis tuturan yang lazim mengungkapkan bidal kesetujuan ini
Leech 1983. Tuturan 19 B dan 20 B merupakan tuturan yang mematuhi prinsip kesantunan bidal kesetujuan.
19 A : Bagaimana kalau lemari ini kita pindah? B : Boleh.
20 A : Bagaimana kalau lemari ini kita pindah? B : Saya setuju sekali.
Tuturan 19 B dan 20 B merupakan tuturan yang meminimalkan ketidaksetujuan antara diri sendiri dan pihak lain dan memaksimalkan kesetujuan
diri sendiri dan pihak lain sebagai mitra tutur. Karena itu derajat kesopanan lebih tinggi tuturan 19 B daripada tuturan 20 B.
2.2.2.6 Bidal Kesimpatian Sympathy Maxim
Di dalam bidal kesimpatian, diharapkan penutur hendaknya meminimalkan sikap antipati antara diri sendiri dengan pihak lain dan memaksimalkan sikap
simpati antara diri sendiri dengan pihak lain. Masyarakat tutur Indonesia, sangat menjunjung tinggi rasa kesimpatian terhadap orang lain ini di dalam komunikasi
kesehariannya. Orang yang bersikap antipati terhadap orang lain, apalagi sampai bersikap sinis terhadap pihak lain, akan dianggap sebagai orang yang tidak tahu
sopan santun di dalam masyarakat. Kesimpatian terhadap pihak lain sering ditunjukkan dengan senyuman, anggukan, gandengan tangan, dan sebagainya.
Berikut inin merupakan tuturan yang sejalan dengan bidal kesimpatian. 21 Karyasiswa A : “Mas, aku akan ujian tes minggu depan.”
Karyasiswa B : “Wah. Proficiat ya Kapan pesta?” Tuturan itu dituturkan oleh seorang karyasiswa kepada karyasiswa yang lain
pada saat mereka berada di ruang perpustakaan kampus. Karyasiswa B meminimalkan sikap antipati dan memaksimalkan sikap simpati kepada
karyasiswa A.
22 Adi : “San, nenekku meninggal.”
Sandi :
“Innalillahiwainnailahi rojiun. Ikut berduka cita.”
Tuturan nomor 22 tersebut, Sandi meminimalkan sikap antipati dan memaksimalkan sikap simpati kepada Adi yang sedang berduka cita karena
neneknya meninggal. Dari berbagai pendapat para ahli dapat disimpulkan bahwa prinsip
kesantunan adalah suatu kaidah yang mengatur tingkah laku berbahasa dalam proses komunikasi. Kaidah atau aturan-aturan tersebut perlu diperhatikan agar
dalam komunikasi antara si penutur dan petutur bisa menjaga perasaan mitra tuturnya masing-masing dan hal ini hanya bisa dicapai apabila kedua peserta
percakapan tersebut masing-masing menaati prinsip kesantunan.
2.2.3 Faktor Penentu Kesantunan