Untuk memahami sebuah komedi diperlukan latar belakang kebudayaan dari mana komedi itu berasal. Kisah tentang perdebatan anjing seperti dalam
“Pinangan” karya Anton Chekov sulit diterima sebagai komedi lucu dalam alam negeri kita dan agar lucu kiranya perlu disadur disesuaikan dengan alam budaya
kita, tetapi di Rusia komedi “Pinangan” ini cukup lucu. Untuk penonton tertentu sebuah komedi boleh jadi dirasakan terlalu tinggi
oleh penonton yang lain, komedi yang sama mungkin terlalu rendah. Daya apresiasi penonton berhubungan dengan pemahaman latar belakang budaya
sebuah komedi. Kesesuaian budaya dan pengalaman berpengaruh terhadap lucu tidaknya komedi.
4. Dagelan Farce
Dagelan disebut juga banyolan. Sering kali dramna ini disebut dengan komedi murahan atau komedi picisan. Sering pula disebut tontonan konyol atau
tontonan murahan. Dagelan adalah drama kocak dan ringan, alurnya tersusun berdasarkan arus situasi dan tidak berdasarkan perkembangan struktur dramatik
dan perkembangan cerita sang tokoh. Isi cerita dagelan ini biasanya kasar, lentur, dan vulgar.
Jika melodrama berhubungan dengan tragedi, dagelan berhubungan dengan komedi. Dalam dagelan alur dramatiknya bersifat longgar. Cerita mudah
menyerah kepada selera publik. Dagelan adalah bentuk “entertaiment” yang lemah dan murahan. Di samping struktur dramatiknya yang lemah, dalam dagelan
juga tidak terdapat kesetiaan terhadap alur cerita. Irama permainan dapat
mengendor dan ketepatan waktu tidak dipatuhi. Tokoh-tokohnya mungkin tidak mempertahankan wataknya secara ajeg dari awal sampai akhir lakon. Tokoh yang
serius dapat saja tiba-tiba menjadi kocak karena tuntutan kekocakan yang harus diciptakan.
Drama-drama Teater Srimulat kiranya dapat dijadikan contoh yang tepat dari dagelan ini. Lakon duka pun dapat menjadi banyolan yang menggembirakan
karena kelonggaran struktur dramatiknya. Dalam drama-drama Shakespeare juga kita jumpai unsur banyolan.
Demikian juga drama-drama Aristophanes dan Moliere. Di dalam drama satire dapat juga menampilkan banyolan di samping sifat komedi yang dimilikinya.
Dalam lakon wayang, sering kita jumpai adegan Punakawan yang struktur ceritanya longgar dan dapat diklasifikasikan sebagai banyolan atau farce dan
bukan komedi karena komedi memiliki struktur cerita yang serius. Ciri khas yang membedakan banyolan dengan komedi adalah banyolan
hanya mementingkan hasil tertawa yang diakibatkan oleh lakon yang dibuat selucu mungkin. Segi “entertainment” lebih ditonjolkan daripada mutu artistik
baik dalam hal teater maupun mutu literer. Banyolan sering disebut komedi murahan atau komedi picisan. Aktivitas yang dilebih-lebihkan, over acting jika
mendapat tepukan, disiplin waktu dan disiplin acting yang sangat kendor dapat terjadi di dalam banyolan. Lelucon yang dikemukakan dalam banyolan adalah
lelucon yang hidup di kalangan rakyat kebanyakan. Bisa saja masalahnya dilulang-ulang dan menjadi klise. Apa yang dipaparkan di depan tidak kita jumpai
dalam komedi.
2.2.4.3 Jenis-jenis Drama