Pemakaian Tuturan yang Berbeda dengan Maksud Penyampaian

Penggalan wacana drama komedi saduran yang menggunakan gaya bahasa majas ironi sebagai berikut. 47 Gadis yang punya sedikit simpanan di Bank, tak menarik bagi calon suami. Data 38 Tuturan 45 yang dikatakan oleh tamu kepada Nyonya Praptini terasa tidak santun. Penggunaan gaya bahasa ironi tersebut berupa sindiran kepada Nyonya Praptini bahwa simpanan uang yang sedikit tidak menarik bagi calon suami. Tuturan yang dikatakan tamu secara langsung tersebut tidak santun karena secara jelas menyindir Nyonya Praptini. Penggalan wacana drama komedi saduran yang menggunakan gaya bahasa majas ironi secara santun tampak pada tuturan sebagai berikut. 48 Nona rupanya tak begitu jauh lebih jelek dari potret yang ada di sana. Banyak gadis yang memasukkan potret palsu ke dalam biro-biro perkawinan. Data 36 Pada tuturan 46 yang dilakukan oleh tamu kepada Nyonya Praptini terasa santun. Pemakaian tuturan menggunakan gaya bahasa eufemisme tersebut terasa santun karena tuturan tersebut tampak seperti memberikan pujian tetapi sebenarnya tuturan tersebut berupa sindiran kepada foto Nyonya Praptini yang terlihat cukup cantik meskipun tidak dipalsu. Hal ini karena banyaknya gadis yang suka memalsukan fotonya ke biro perkawinan.

4.2.1.3 Pemakaian Tuturan yang Berbeda dengan Maksud Penyampaian

Tuturan yang dikatakan berbeda dengan yang dimaksudkan biasanya tuturan lebih santun. Pemakaian tuturan yang dikatakan berbeda menjadi salah satu faktor penyebab pemakaian bahasa secara santun. Hal ini dikarenakan tuturan itu tidak langsung mengacu terhadap sesuatu yang hendak disampaikan sehingga terasa lebih santun dibandingkan dengan tuturan yang langsung mengacu terhadap sesuatu yang dimaksudkan. Misalnya tuturan di bawah ini. 49 KONTEKS : AGUS TIDAK MAU MENGALAH DENGAN RATNA TERKAIT KEUNGGULAN MASING-MASING ANJING YANG MEREKA BERDUA MILIKI. AGUS : Aku tahu, kumisnya yang atas lebih pendek daripada kumis bawahnya. RATNA : Sudah kau ukur? AGUS : Oh ya, anjingmu itu tentu cukup baik untuk mencium bau binatang kalau sedang berburu, tapi dia tidak pandai menggigit. RATNA : Tetapi pada anjing peliharaanmu itu keturunannya tidak dapat dilihat dan lagi ia sudah tua dan jelek seperti kuda yang hampir mati. AGUS : Oh ... Ia sudah tua, memang. Tapi aku tidak mau menukarnya dengan sepuluh ekor anjing seperti si Kliwon . Dan si Kliwon itu tidak perlu ditanya lagi, setiap pemburu mempunyai berpuluh-puluh anjing, seperti si Kliwon itu. Data 80 Pada tuturan 47 dimaksudkan untuk mengkritik anjing Ratna tetapi Agus tidak menyampaikan secara langsung namun memakai tuturan yang dikatakan berbeda dengan maksud penyampaian. Agus dalam hal ini menggunakan sindiran dalam mengkritik anjing Ratna. Adapun tampak pada tuturan, yakni Oh ... Ia sudah tua, memang. Tapi aku tidak mau menukarnya dengan sepuluh ekor anjing seperti si Kliwon. Pemakaian tuturan yang berbeda dengan maksud penyampaian juga tampak pada penggalan wacana drama komedi sebagai berikut. 50 KONTEKS : AGUS TIDAK SETUJU DENGAN PERKATAAN RATNA YANG MENGANGGAP HARGA PENJUALAN ANJINGNYA YANG TERLALU MAHAL. AGUS : Entahlah, mungkin otot kakinya terkilir. Tapi, anjingku adalah yang terbaik. Lagi pula belum kusebutkan berapa harga yang harus kubayar untuk dia. Tahukah kau bahwa aku membayar kepada Haji Soleh sebanyak dua ribu rupiah untuk si Belang? RATNA : Terlalu mahal, Agus Tubagus. AGUS : Kukira jumlah yang murah sekali, Ratna. Ia anjing yang lucu dan cerdas. Data 78 Pada tuturan 48 yang disampaikan Agus kepada Ratna terasa cukup santun dengan pemakaian tuturan yang berbeda dengan maksud penyampainnya. Maksud penyampaian yang sebenarnya, yakni Agus menganggap anjingnya yang lucu dan cerdas tidak pantas mendapat harga yang murah akan tetapi di depan Ratna dia berusaha merendahkan hati. Tuturan yang berbeda dengan maksud penyampaian tampak pada tuturan, yakni Kukira jumlah yang murah sekali, Ratna. Ia anjing yang lucu dan cerdas.

4.2.1.4 Pemakaian Tuturan Implisit

Dokumen yang terkait

Pelanggaran Prinsip Kesantunan dalam Naskah Drama Bardji Barbeh Karya Catur Widya Pragolapati

3 54 122

KESANTUNAN IMPERATIF PADA NASKAH DRAMA GERR KARYA PUTU WIJAYA Kesantunan Imperatif Pada Naskah Drama Gerr Karya Putu Wijaya.

0 7 12

PENDAHULUAN Kesantunan Imperatif Pada Naskah Drama Gerr Karya Putu Wijaya.

1 30 7

KESANTUNAN IMPERATIF PADA NASKAH DRAMA GERR KARYA PUTU WIJAYA Kesantunan Imperatif Pada Naskah Drama Gerr Karya Putu Wijaya.

0 6 14

ANALISIS PENGGUNAAN INTERJEKSI PADA NASKAH DRAMA “PESTA PARA PENCURI” KARYA JEAN ANNAULIH SADURAN Analisis Penggunaan Interjeksi Pada Naskah Drama “Pesta Para Pencuri” Karya Jean Annaulih Saduran Rachman Sabur: Kajian Linguistik.

0 1 13

KEGELISAHAN BATIN NYONYA MARTOPO DALAM NASKAH DRAMA ORANG-ORANG KASAR PENAGIH HUTANG KARYA ANTON Kegelisahan Batin Nyonya Martopo Dalam Naskah Drama Orang-Orang Kasar Penagih Hutang Karya Anton Chekov: Analisis Psikologi Sastra.

0 1 12

PENDAHULUAN Kegelisahan Batin Nyonya Martopo Dalam Naskah Drama Orang-Orang Kasar Penagih Hutang Karya Anton Chekov: Analisis Psikologi Sastra.

5 30 27

KEGELISAHAN BATIN NYONYA MARTOPO DALAM NASKAH DRAMA ORANG-ORANG KASAR PENAGIH HUTANG KARYA ANTON Kegelisahan Batin Nyonya Martopo Dalam Naskah Drama Orang-Orang Kasar Penagih Hutang Karya Anton Chekov: Analisis Psikologi Sastra.

2 21 18

KEPRIBADIAN TOKOH UTAMA DRAMA PINANGAN KARYA ANTON CHEKOV PENDEKATAN PSIKOANALISIS DAN HUBUNGANNYA DENGAN PEMBELAJARAN SASTRA DI SMP

0 4 83

Contoh Naskah Drama Tujuh Orang

10 82 1