55
menggunakan cara-cara pelaksanaan tes antara pre-test dan post-test, cara penyekorannya pun sama antara pre-test dan post-test, sehingga dapat dilihat
peningkatan kemampuan asertif. Dalam penelitian digunakan rancangan eksperimen untuk mengetahui
meningkatnya kemampuan asertif setelah mendapatkan layanan penguasaan konten dengan metode diskusi kelompok dan bermain peran. Beberapa hal yang
dilakukan dalam pelaksanaan eksperimen ini dapat dilihat pada table 3.1 sebagai berikut:
Tabel 3.1 Rancangan eksperimen kegiatan layanan penguasaan konten dengan metode diskusi kelompok dan bermain peran
No Kegiatan Tempat
Waktu
1 Try Out : Uji coba skala
kemampuan asertif Kelas XII Bahasa
45 menit 2
Pre Test: skala kemampuan asertif
Kelas XII Bahasa 45 menit
3 Kontrak kegiatan: Kesepakatan
bersama Kelas XII Bahasa
15 menit 4
Pemberian perlakuan ke- I sampai dengan ke- VIII
Kelas XII Bahasa 80 menit
pertemuan 5
Post Test: skala kemampuan asertif
Kelas XII Bahasa 45 menit
3.1.2.1 Memberikan Pre-test
Pre-test ini menggunakan format skala kemampuan asertif dan hasilnya
akan menjadi data perbandingan pada post-test. Dalam hal ini peneliti tetap menyamakan dalam menggunakan cara-cara pelaksanaan tes antara pre-test dan
56
post-test , cara penyekorannya pun sama antara pre-test dan pos-test, sehingga
dapat dilihat peningkatan kemampuan asertif.
3.1.2.2 Perlakuan treatment
Perlakuan diberikan melalui penguasaan konten dengan metode diskusi kelompok dan bermain peran. Materi yang diberikan kepada kelas eksperimen
adalah yang berkaitan dengan kemampuan asertif. Frekuensi dan lamanya pertemuan layanan penguasaan konten adalah 2x40 menit .
Ada beberapa tahapan yang dilakukan dalam pemberian perlakuan atau treatment
, antara lain: 1.
Penyajian: konselor menyajikan materi pokok konten yang telah dipersiapkan. Materi disajikan dalam bentuk power point dengan media LCD. Setelah selesai
menyampaikan materi, kemudian konselor membagi 20 siswa kedalam 4 kelompok kecil, satu kelompok kecil terdiri dari 5 siswa.
2. Diskusi kelompok: setelah siswa masuk kedalam kelompok kecil, masing-
masing kelompok kecil bertugas untuk mendiskusikan materi yang telah disampaikan oleh konselor. Konselor juga bertugas mendorong siswa agar
berpartisipasi aktif dalam kelompok kecil, peserta dilatih untuk mengungkapkan gagasan atau pendapat yang baik, tegas, dan tetap menghargai
perasaan orang lain. 3.
Kegiatan lanjutan: kegiatan ini berupa latihan tindakan untuk meningkatkan kemampuan asertif siswa, setelah siswa berdiskusi dalam kelompok kecil
maka dilanjutkan dengan diskusi dalam lingkup lebih besar dalam kelas.
57
Setiap kelompok kecil diwajibkan untuk tampil ke depan kelas untuk mempresentasikan hasil diskusi kelompok kecilnya mengenai materi yang
telah dibahas. Kegiatan lanjutan ini bertujuan agar siswa dapat berani dalam menyampaikan pendapat, tampil dengan percaya diri, serta siswa juga dilatih
untuk dapat menghargai pendapat orang lain yang sedang berpendapat. Selain itu, siswa juga dilatih agar tidak merasa malu ketika tampil di depan kelas,
serta dilatih cara berkomunikasi yang baik agar tidak menyinggung perasaan orang lain. Setelah kegiatan diskusi dalam lingkup besar selesai, konselor
mengevaluasi penampilan untuk setiap kelompok kecil yang telah tampil didepan kelas. Setelah evaluasi selesai, konselor mengajak siswa untuk
bermain peran. 4.
Bermain peran: dalam kegiatan bermain peran ini, konselor menunjuk setiap kelompok kecil untuk memerankan peran yang telah dipersiapkan. Kegiatan
bermain peran ini menekankan pada kemampuan penampilan siswa untuk
memerankan status dan fungsi pihak-pihak lain yang terdapat pada kehidupan nyata. Dengan bermain peran ini diharapkan siswa memperoleh pengalaman
yang diperankan oleh pihak-pihak lain. Bermain peran juga bertujuan untuk merangsang pendapat peserta didik dan menemukan kesepakatan bersama
tentang ketepatan, kekurangan, dan pengembangan peran-peran yang dialami atau diamatinya
. Diakhir kegiatan, konselor memberikan evaluasi mengenai jalannya kegiatan bermain peran.
58
3.1.2.3 Materi Treatment