21
2.2.6 Langkah- Langkah Untuk Menjadi Asertif
Didalam latihan asertif onselor berusaha memberikan keberanian kepada klien dalam mengatasi kesulitan terhadap orang lain. Beberapa langkah-langkah
untuk menjadi asertif, antara lain: 1
Menjadi pendengar aktif
Pastikan kamu menunjukan kepada mereka kalau kamu mendengarkan dan paham misalnya dengan membuat kontak mata. Jangan memanfaatkan waktu
mendengar untuk mempersiapkan serangan balik. 2
Mengatakan apa yang sedang dipikirkan dan dirasakan
Jangan terlalu memaksa ataupun terlalu meminta maaf. Pada saat berbicara perhatikan body language bahasa tubuh kamu, pastikan postur tubuh
sesuai seperti berdiri tegak, membuat kontak mata, ekspresi wajah yang sesuai, dan berbicara cukup keras untuk didengar. Nada suara jangan monoton agar orang
lain mudah mengikuti-mu dan tidak merasa terganggu atau bosan.
3 Mengatakan apa yang diharapkan serta mengupayakan untuk berani
mengatakan ”ya ”dan ”tidak” saat kita inginkan,
Berani membuat sebuah permintaan, dan mengkomunikasi perasaan kita dengan cara terbuka dan langsung. Kita harus belajar untuk mengadaptasikan sifat
kita pada beragam situasi kerja, menjaga jaringan pertemanan, dan membangun
hubungan yang dekat. Saat membuat pernyataan langkah 2 dan langkah 3.
4
Menggunakan pernyataan saya statement dan bukan Anda atau orang lain
22
spesifik dan jangan umum, mengekspresikan perasaan dan opini Anda bertanggung jawab, tidak menilai orang lain saat tidak diperlukan menilai
bukan untuk tujuan konstruktif, tidak memperluas membesar-besarkan masalah.
2.2.7 Metode dan Model Asertif
Dengan memahami pengertian dari kemampuan asertif, faktor pembentuk, aspek-aspek dalam kemampuan asertif, karakteristik kemampuan asertif, langkah-
langkah untuk menjadi asertif seperti yang telah dikupas diatas maka secara singkat dapat kita ambil beberapa upaya yang dapat digunakan dalam
meningkatkan kemampuaan asertif, antara lain sebagai berikut:
1
Diskusi- kelompok
Metode ini terutama berguna diantaranya untuk membantu individu yang tidak mampu mengungkapkan perasaan tersinggung, kesulitan menyatakan tidak,
mengungkapkan afeksi dan respon posistif lainnya. Lebih lanjut dijelaskan bahwa dengan berdiskusi, para siswa dapat berlatih menggunakan pengetahuan dan
gagasannya untuk menyampaikan pendapat, mempertahankan pandangannya, menyatakan setuju atau menolak pendapat orang lain dengan cara-cara yang baik
Syafi’ie, 1993: 38-39. 2
Bermain peran
Dengan bimbingan dari konselor, teknik ini digunakan untuk melatih klien
yang mengalami kesulitan untuk menyatakan diri bahwa tindakannya adalah layak
atau benar. Lebih lanjut dijelaskan oleh Corey 2007: 213 bahwa latihan asertif dapat menggunkan prosedur-prosedur permainan peran. Konselor misalnya
23
berperan sebagai atasan yang galak, dan klien sebagai bawahannya. Kemudian dibalik, klien menjadi atasan yang galak dan konselor menjadi bawahan yang
mampu dan berani mengatakan sesuatu kebenaran. Hal ini memang bertentangan dengan perilaku klien selama ini, dimana jika ia dimarahi atasan diam saja,
walaupun dalam hatinya ingin mengatakan bahwa ia benar. Proses pembentukan terjadi ketika tingkah laku baru dicapai dengan penghampiran-penghampiran.
Juga terjadi penghapusan kecemasan dalam menghadapi atasan dan sikap klien yang lebih tegas terhadap atasan menjadi sempurna. Tingkah laku menegaskan
diri dipraktekkan dalam situasi permainan peran, dan dari sana diusahakan agar tingkah laku menegaskan diri itu dipraktekkan dalam situasi-situasi kehidupan
nyata. Konselor memberikan dengan memperlihatkan bagaimana dan bilamana klien bisa kembali kepada tingkah laku semula, tidak tegas, serta memberikan
pedoman untuk memperkuat tingkah laku menegaskan diri yang baru diperolehnya.
Dari uraian diatas maka dapat disimpulkan bahwa terdapat beberapa metode dalam meningkatkan kemampuan asertif. Beberapa metode tersebut dapat
digunakan sebagai alternatif oleh guru pembimbing dalam melatih siswa. Metode ini ada yang berformat klasikal, kelompok, maupun lapangan. Pada penelitian ini
penulis menggunakan kedua metode tersebut, yakni metode diskusi kelompok dan bermain peran, sehingga formatnya kelompok dan bentuk pelatihannya langsung
melibatkan siswa. Layanan penguasaan konten dipandang tepat untuk membantu siswa karena layanan ini juga dapat berformat kelompok selain itu dalam layanan
24
ini, siswa diberikan suatu keterampilan dan diajak langsung untuk belajar, dalam hal ini adalah belajar untuk bersikap asertif dalam kehidupan sehari-hari.
2.3 Layanan Penguasaan Konten