0.56 0.47 Analisis Dampak Ekonomi Wisatawan Mancanegara

pariwisata Indonesia menjadi lebih murah di mata wisatawan mancanegara. Variabel harga pariwisata ini mempengaruhi jumlah kunjungan wisman ke Indonesia maupun pengeluarannya. Karena pariwisata merupakan barang normal maka saat harga pariwisata menurun maka permintaan akan barang dan jasa pariwisata meningkat, dalam hal ini jumlah kunjungan wisman meningkat. I-O Multiplier Matrix Output 156 926 Nilai Tambah 78 010 Upah dan gaji 24 808 Tenaga kerja 3 979 Pajak tak langsung 2 983 Inbound: 89 080 Output 156 776 Nilai Tambah 77 942 Upah dan gaji 24 804 Pajak tak langsung 2 978 Tenaga kerja 3 968 -0.10 -0.09 -0.02 -0.17 -0.27 GDP Indonesia Naik 6.5 Catatan: Nilai dalam milyar rupiah kecuali tenaga kerja dalam ribuan orang -0.07 Inbound: Simulasi dasar 89 145.95 Gambar 25. Dampak Ekonomi Peningkatan Gross Domestic Product Indonesia 6.5 Persen Namun pada saat GDP Indonesia meningkat 6.5 persen, devisa yang masuk ke Indonesia menurun 0.07 persen. Hal ini terjadi karena peningkatan jumlah wisman dari enam negara utama lebih kecil jika dibandingkan dengan penurunan wisman di luar enam negara utama. Harga pariwisata Indonesia mempengaruhi wisman dari enam negara utama sementara wisman di luar enam negara utama tidak terpengaruh dengan harga pariwisata Indonesia tetapi dipengaruhi oleh nilai tukar rupiah terhadap mata uang US. Saat rupiah menguat terhadap mata uang US, harga pariwisata Indonesia menjadi mahal sehingga wisman yang berkunjung ke Indonesia menurun. Kontribusi pariwisata dalam perekonomian dengan menurunnya devisa yang masuk ke Indonesia juga turun. Output dan nilai tambah yang diakibatkan oleh permintaan wisatawan mancanegara menurun masing masing 0.10 persen dan 0.09 persen di mana penurunan outputnya lebih cepat dibandingkan dengan penurunan nilai tambahnya. Ini mengindikasikan bahwa sumbangan pariwisata terhadap output nasional lebih sensitif terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia jika dibandingkan dengan nilai tambahnya. Penurunan tertinggi akibat pertumbuhan ekonomi ini terjadi pada penyerapan tenaga kerja yang turun 0.27 persen. Penurunan ini menjadikan sektor pariwisata internasional kurang pro job dalam rangka tripple track startegy yang dicanangkan oleh pemerintah ketika GDP Indonesia meningkat 6.5 persen. Dampak karena pertumbuhan ekonomi ini pada komponen upah dan gaji turun sebesar 0.02 persen yang merupakan penurunan terendah jika dibandingkan dengan komponen lainnya. Ini artinya bahwa perubahan jumlah tenaga kerja yang terserap karena aktivitas wisatawan mancanegara di Indonesia lebih sensitif jika dibandingkan dengan perubahan upah dan gajinya.

7.2.2.3. Tingkat Suku Bunga Naik 25 Basis Poin

Banyaknya uang yang beredar di masyarakat menentukan harga-harga barang yang ada di masyarakat. Semakin banyak uang yang beredar semakin melambung harga-harga barang tersebut. Salah satu kebijakan untuk mengendalikan laju inflasi adalah dengan kebijakan kontraksi moneter melalui peningkatan suku bunga. Peningkatan suku bunga akan menekan laju inflasi yang ditunjukkan dengan menurunnya indeks harga konsumen. Harga pariwisata Indonesia yang digunakan dalam model persamaan simultan berbanding lurus dengan indeks harga konsumen. Semakin tinggi indeks harga konsumen Indonesia semakin mahal harga pariwisata Indonesia, demikian juga sebaliknya semakin rendah indeks harga konsumen Indonesia semakin kompetitif pariwisata Indonesia di mata wisatawan mancanegara. I-O Multiplier Matrix Output 156 926 Nilai Tambah 78 010 Upah dan gaji 24 808 Tenaga kerja 3 979 Pajak tak langsung 2 983 Inbound: 89 193 Output 156 955 Nilai Tambah 78 051 Upah dan gaji 24 815 Pajak tak langsung 2 983 Tenaga kerja 3 980 0.02

0.05 0.03

0.01 0.04

RINA Naik 25 bp Catatan: Nilai dalam milyar rupiah kecuali tenaga kerja dalam ribuan orang

0.05 Inbound:

Simulasi dasar 89 145.95 Gambar 26. Dampak Ekonomi Peningkatan Suku Bunga 25 Basis Poin Ketika suku bunga naik 25 basis poin jumlah devisa pariwisata yang mengalir ke Indonesia meningkat 0.05 persen. Dampak ekonomi yang diakibatkan oleh konsumsi wisman selama berada di Indonesia juga mengalami peningkatan. Peningkatan tenaga kerja yang terserap karena adanya permintaan barang dan jasa pariwisata oleh wisman di Indonesia sebesar 0.04 persen sementara peningkatan upah gajinya sebesar 0.03 persen. Ini menunjukkan bahwa kebijakan kontraksi moneter bisa membantu kebijakan pemerintah dalam upaya menanggulangi masalah pengangguran yang terus meningkat. Namun peningkatan tenaga kerja ini akan menerima upah gaji yang lebih rendah jika dibandingkan dengan tenaga kerja yang telah ada sebelumnya di mana pertumbuhan tenaga kerjanya lebih tinggi jika dibandingkan dengan upah gajinya. Permintaan akan barang dan jasa pariwisata Indonesia oleh wisatawan mancanegara yang meningkat karena kebijakan kontraksi moneter berdampak pada output nasional maupun nilai tambah bruto yang meningkat masing-masing 0.02 persen dan 0.05 persen. Peningkatan nilai tambah yang lebih tinggi jika dibandingkan dengan output mengindikasikan bahwa kebijakan kontraksi moneter lebih berdampak pada penciptaan nilai tambah dalam perekonomian Indonesia melalui devisa yang dibawa oleh wisatawan mancanegara. Sementara dampak terkecil dari kebijakan kontraksi moneter ini terjadi pada komponen pajak tak langsung yang hanya meningkat 0.01 persen.

7.2.2.4. Gross Domestic Product Negara Asal Wisatawan Mancanegara Naik

2 Persen dan Gross Domestic Product Indonesia Naik 6.5 Persen Ketika secara bersamaan terjadi peningkatan perekonomian dunia termasuk Indonesia akan meningkatkan jumlah kunjungan wisman ke Indonesia sebesar 0.58 persen dan devisa yang masuk ke Indonesia meningkat 0.50 persen. Ini menunjukkan bahwa dampak pertumbuhan ekonomi di enam negara asal wisman lebih dominan jika dibandingkan dengan dampak pertumbuhan ekonomi Indonesia. Di satu sisi pertumbuhan ekonomi enam negara wisman akan meningkatkan jumlah kunjungannya, di sisi lain pertumbuhan ekonomi di Indonesia akan menurunkan jumlah kunjungan wisman.