Pengeluaran Devisa Penduduk Indonesia yang Pergi ke Luar Negeri
data jemaah haji saja yang diperoleh dari kantor Kementerian Agama. Oleh karena itu dalam menyusun persamaan pengeluaran devisa penduduk Indonesia
tidak membuat persamaan perjalanan umroh secara tersendiri. Penduduk Indonesia yang pergi ke luar negeri yang terdiri dari haji dan
non haji terus meningkat dari tahun ke tahun sejalan dengan peningkatan pendapatan masyarakat Indonesia. Sarana transportasi yang menawarkan tarif
yang sangat bersaing antarperusahaan penerbangan baik domestik maupuan ke luar negeri sangat menguntungkan bagi konsumen. Keingintahuan penduduk
Indonesia tentang luar negeri dan kemudahan bebas fiskal yang diberikan kepada penduduk yang memiliki Nomor Pokok Wajib Pajak NPWP semakin
mendorong mereka untuk melakukan perjalanan ke luar negeri. Peluang ini diantisipasi oleh perusahaan biro perjalanan untuk mengkemas paket perjalanan
yang cukup bersaing antarperusahaan biro perjalanan. Konsumsi barang dan jasa oleh penduduk Indonesia selama dalam
perjalanan di luar negeri merupakan pengeluaran devisa yang langsung diterima oleh negara yang dituju. Banyak faktor yang mempengaruhi seseorang untuk
melakukan perjalanan ke luar negeri maupun jumlah pengeluarannya. Untuk melihat fenomena di atas maka disusunlah persamaan simultan pengeluaran
devisa penduduk Indonesia yang pergi ke luar negeri. Hasil
estimasi parameter persamaan-persamaan simultan pengeluaran
devisa penduduk Indonesia yang pergi ke luar negeri menunjukkan bahwa variasi variabel endogennya dipengaruhi oleh variabel-variabel penjelas antara 60 persen
sampai dengan 99 persen. Hal ini terlihat dengan besarnya nilai koefisien diterminasi R
2
antara 0.60 sampai dengan 0.99 dari 12 persamaan struktural.
Untuk melihat apakah semua variabel penjelas secara bersama-sama mempengaruhi variabel endogen yaitu dengan melihat besarnya nilai statistik F
pada taraf nyata 0.01, 0.05, dan 0.10. Demikian juga halnya secara individu
akan dilihat apakah variabel penjelasnya mempengaruhi variabel endogen pada taraf nyata
0.05, 0.10, 0.15, dan 0.20. Dari
estimasi parameter persamaan penduduk Indonesia yang pergi ke
luar negeri menghasilkan nilai koefisien diterminasi R
2
sebesar 0.93. Ini menunjukkan bahwa fluktusi penduduk Indonesia yang pergi ke luar negeri 93
persennya dipengaruhi oleh variabel penjelas GDP, exchange rate, jumlah penduduk Indonesia, dan variabel dummy pasca kerusuhan dan variabel dummy
krisis ekonomi. Secara bersama-sama variabel penjelas ini mempengaruhi variabel endogen pada taraf nyata
0.01 dengan nilai statistik F-nya sebesar 48.8. Jika dilihat secara individu variabel penjelas jumlah penduduk Indonesia
mempengaruhi variabel endogen pada taraf nyata 0.05, sementara variabel
dummy saat krisis ekonomi mempengaruhi variabel endogennya pada taraf nyata
0.10. Secara statistik ternyata GDP tidak signifikan mempengaruhi jumlah penduduk Indonesia yang pergi ke luar negeri.
GDP yang merupakan proxy pendapatan menunjukkan bahwa peningkatan GDP Indonesia sebesar 1 miliar US akan meningkatkan jumlah
penduduk Indonesia yang pergi ke luar negeri sebanyak 3 ,
446 orang dengan menjaga variabel lainnya konstan. Sedangkan peningkatan jumlah penduduk
Indonesia sebanyak 1 juta orang akan meningkatkan mereka yang pergi ke luar negeri sebanyak 70
, 440 orang. Saat terjadinya kerusuhan karena krisis
multidimensi di Indonesia banyak penduduk Indonesia yang pergi ke luar negeri.
Dari hasil estimasi
parameter variabel dummy ini menunjukkan peningkatan jumlah penduduk yang ke luar negeri cukup signifikan, yaitu 1
, 986
, 359 orang.
Namun krisis ekonomi yang melanda Indonesia menurunkan jumlah penduduk Indonesia yang pergi ke luar negeri sebanyak 895
, 713 orang.
Minat penduduk Indonesia untuk menunaikan ibadah haji dari tahun ke tahun juga terus menunjukkan adanya peningkatan sejalan dengan perbaikan
pendapatan per kapitanya serta kesadaran umat muslim Indonesia untuk menunaikan rukun islam yang kelima. Dari dugaan parameter persamaan haji
menunjukkan jika kenaikan jumlah penduduk Indonesia sebesar 1 juta orang akan meningkatkan jumlah haji Indonesia sebanyak 2 506 orang.
Pada hasil estimasi
parameter persamaan konsumsi menunjukkan bahwa variasi konsumsi Indonesia 98 persennya dipengaruhi oleh variabel penjelas GDP
dan konsumsi pada tahun sebelumnya. Ini terlihat dari nilai koefisien diterminasinya R
2
sebesar 0.98. Secara bersama-sama kedua variabel penjelas ini mempengaruhi variabel endogennya pada taraf nyata
0.01 dengan nilai statistik F-nya sebesar 601.87. Secara individu hanya variabel penjelas GDP yang
mempengaruhi konsumsi pada taraf nyata 0.05. Peningkatan GDP sebesar 1
milyar US akan mempengaruhi peningkatan konsumsi sebesar 0.53 milyar US dengan menjaga variabel lainnya konstan.
Hasil estimasi
parameter persamaan investasi menunjukkan bahwa fluktuasi investasi Indonesia 97 persennya dipengaruhi oleh variabel penjelas
GDP, tingkat suku bunga, dan lag investasi. Hal ini terlihat dari nilai koefisien diterminasinya R
2
sebesar 0.97. Secara bersama-sama variabel penjelas ini mempengaruhi investasi pada taraf nyata
0.01 dengan nilai statistik F-nya
sebesar 209.13. Namun secara individu hanya variabel penjelas GDP dan lag investasi yang mempengaruhi investasi Indonesia pada taraf nyata
0.05 dan Tabel 18. Hasil
Estimasi Parameter Persamaan Penduduk Indonesia yang Pergi
ke Luar Negeri, Tahun 1984-2008
Variabel Estimasi
Parameter Prob
T Signifikansi
TDINA Orang Indonesia ke LN
Intercept -1.38E+07
.0001 A
GDP Indonesia YINA 3446.292
0.2800 Exchange Rate Indonesia ERINA
-41.5345 0.8824
Jumlah Penduduk Indonesia POPINA
70440.14 0.0001
A Dummy D1
1986359 0.3020
Dummy D2 -895713
0.0617 B
R2=0.93; F-Hit=48.82; DW=0.53 HDINA
Jumlah Jemaah Haji Indonesia Intercept
-352597 0.0001
A Jumlah Penduduk Indonesia
POPINA 2505.757
0.0001 A
R2=0.68; F-Hit=47.82; DW=1.19 CINA
Konsumsi Indonesia Intercept
9.548058 0.1987
GDP Indonesia YINA 0.52977
0.0001 A
Lag CINA [CINA-1] 0.063361
0.268 R2=0.98; F-Hit=601.87; DW=1.16; DW-h=2.13 0.0164
IINA Investasi Indonesia
Intercept -11.0577
0.3872 GDP Indonesia YINA
0.299459 0.0001
A Suku Bunga Indonesia RINA
-2.08477 0.3487
Lag IINA [IINA-1] 0.17969
0.1774 D
R2=0.97; F-Hit=209.13; DW=0.87; DW-h=3.07 0.0011 GINA
Pengeluaran Pemerintah Indonesia Intercept
-0.73839 0.7288
GDP Indonesia YINA 0.040795
0.0087 A
Lag GINA [GINA-1] 0.540373
0.0004 A
Dummy D4 -16.3002
0.0079 A
R2=0.96; F-Hit=169.28; DW=1.39; DW-h=1.07 0.1434 XINA
Ekspor Indonesia Intercept
13.25154 0.6713
GDP Indonesia YINA 0.15918
0.0096 A
Exchange Rate Indonesia ERINA 0.000095
0.9697 Lag XINA [XINA-1]
0.271389 0.0182
A R2=0.94; F-Hit=111.13; DW=0.72; DW-h=3.16 0.0008
MINA Impor Indonesia
Intercept 3.495441
0.5129 GDP Indonesia YINA
0.17378 0.0001
A Lag MINA [MINA-1]
0.267589 0.0078
A R2=0.95; F-Hit=198.8; DW=0.74; DW-h=2.76 0.0029
0.20, sementara tingkat suku bunga secara statistik tidak mempengaruhi investasi. Investasi Indonesia akan meningkat sebesar 0.30 milyar US jika GDP meningkat
1 milyar US, ceteris paribus. Fluktuasi pengeluaran pemerintah Indonesia 96 persennya dipengaruhi
oleh variabel penjelas GDP, lag pengeluaran pemerintah, dan variabel dummy tentang krisis ekonomi. Hal ini terlihat dari hasil
estimasi parameter persamaan
pengeluaran pemerintah dengan nilai koefisien diterminasi R
2
sebesar 0.96. Dengan nilai statistik F sebesar 169.28 menunjukkan bahwa secara bersama-sama
variabel penjelas ini mempengaruhi variabel endogen pada taraf nyata 0.01.
Demikian juga halnya secara individu ketiga variabel penjelas ini mempengaruhi variabel endogen masing-masing pada taraf nyata
0.05. Peningkatan GDP sebesar 1 miliar US akan meningkatkan pengeluaran pemerintah sebesar 0.04
miliar US. Dan saat terjadi krisis ekonomi, pengeluaran pemerintah mengalami penurunan sebesar 16.3 miliar US, ceteris paribus.
Hasil estimasi
parameter persamaan ekspor Indonesia menunjukkan bahwa variasi ekspor 94 persennya dipengaruhi oleh variabel penjelas GDP,
exchanger rate , dan lag ekspor. Hal ini terlihat dari besarnya nilai koefisien
diterminasi R
2
0.94. Dengan nilai statistik F sebesar 111.13 menunjukkan bahwa secara bersama-sama variabel penjelas mempengaruhi variabel endogen pada taraf
nyata 0.01. Namun secara individu yang mempengaruhi ekspor Indonesia
hanya variabel penjelas GDP dan lag ekspor pada taraf nyata 0.05. Sedangkan
exchange rate secara statistik tidak mempengaruhi ekspor. Peningkatan GDP
sebesar 1 miliar US akan meningkatkan ekspor Indonesia sebesar 0.16 miliar US, ceteris paribus.
Hasil estimasi
parameter persamaan impor Indonesia memberikan nilai koefisien diterminasi R
2
sebesar 0.95 yang berarti bahwa fluktuasi impor 95 persennya dipengaruhi oleh variabel penjelas GDP dan lag impor. Secara
bersama-sama kedua variabel penjelas ini mempengaruhi impor pada taraf nyata 0.01 dengan nilai statistik F-nya sebesar 198.80. Secara individu kedua
variabel ini juga mempengaruhi impor pada taraf nyata 0.05. Kemampuan
negara untuk mengimpor barang dan jasa dari luar negeri tergantung dari pendapatannya. Dalam hal ini peningkatan GDP Indonesia sebesar 1 milyar
US akan meningkatkan impor sebesar 0.17 milyar US dengan menjaga variabel lainnya konstan.
Besar kecilnya devisa pariwisata yang ke luar Indonesia tergantung dari rata-rata pengeluaran mereka selama di luar negeri selain dari jumlah orangnya.
Bardasarkan hasil pendugaan parameter persamaan pengeluaran penduduk Indonesia di luar negeri menunjukkan bahwa 79 persen variasi pengeluaran ini
dipengaruhi oleh variabel penjelas GDP per kapita, exchange rate, dan variabel dummy
setelah krisis ekonomi. Hal ini terlihat dari nilai koefisien diterminasi R
2
sebesar 0.79. Secara bersama-sama variabel penjelas ini mempengaruhi variabel endogen pada taraf nyata
0.01 dengan nilai statistik F sebesar 18.32. Dari empat variabel penjelas ternyata semua variabel penjelas tersebut secara individu
mempengaruhi variabel endogen, yaitu GDP per kapita dan variabel dummy pada taraf nyata
0.05 serta variabel exchange rate pada taraf nyata 0.10. Peningkatan GDP sebesar 1 miliar US akan meningkatkan pengeluaran
penduduk Indonesia di luar negeri sebesar US737.07, dengan menjaga variabel lainnya konstan. Setelah krisis ekonomi pengeluaran penduduk Indonesia yang
melakukan perjalanan ke luar negeri mengalami peningkatan.
Tabel 18. Lanjutan
Variabel Estimasi
Parameter Prob
T Signifikansi
TEINA Pengeluaran Wisman Indonesia
Intercept 332.2165
0.7637 GDP per Capita Indonesia YCINA
737.0696 0.0314
A Exchange Rate Indonesia ERINA
-0.25106 0.1009
B Dummy D1
2406.432 0.0333
A Dummy D2
810.9151 0.0090
A R2=0.79; F-Hit=18.32; DW=0.97
ONH Ongkos Naik Haji
Intercept -0.17523
0.7236 Harga Minyak Mentah Dunia
POIL 0.058938
0.0075 A
Exchange Rate Indonesia ERINA 0.001068
0.0077 A
Lag ONH [ONH-1] 0.494261
0.0032 A
Dummy D4 -6.20046
0.0394 A
Dummy D5 13.74432
0.0001 A
R2=0.99; F-Hit=292.3; DW=1.04; DW-h=3.13 0.0009 CPIINA
Indeks Harga Konsumen Indonesia Intercept
3.129916 0.8590
Suku Bunga Indonesia RINA -2.78435
0.2752 Money Supply Indonesia MSINA
0.635352 0.0001
A Dummy D1
73.7301 0.0001
A R2=0.92; F-Hit=72.51; DW=0.47
ERINA Exchange Rate Indonesia
Intercept 9056.008
0.0001 A
GDP per Capita Indonesia YCINA -2473.68
0.0001 A
IHK Indonesia CPIINA 14.17779
0.0010 A
Dummy D4 1426.221
0.0501 A
R2=0.98; F-Hit=289.66; DW=0.97 RINA
Suku Bunga Indonesia Intercept
5.555244 0.0001
A Money Supply Indonesia MSINA
-0.0045 0.5701
Exchange Rate Indonesia ERINA -0.00011
0.3282 Dummy D4
7.068425 0.0001
A R2=0.60; F-Hit=10.04; DW=0.99
Penetapan ONH oleh pemerintah ditentukan oleh banyak faktor, antara lain harga minyak dunia dan ongkos naik haji pada tahun sebelumnya. Dari hasil
pendugaan parameter persamaan ONH menunjukkan bahwa fluktuasi ONH 99 persennya dipengaruhi oleh variabel penjelas harga minyak, exchange rate, ONH
pada tahun sebelumnya, variabel dummy terjadinya krisis ekonomi, dan variabel dummy
pasca krisis. Hal ini terlihat dengan besarnya nilai koefisien diterminasi R
2
yang mencapai 0.99. Namun secara bersama-sama variabel penjelas tersebut mempengaruhi variabel endogennya pada taraf nyata
0.01 dengan nilai
statistik F-nya sebesar 291.01. Secara individu semua variabel signifikan pada taraf nyata
0.05. Hasil
estimasi parameter persamaan indeks harga konsumen Indonesia
menunjukkan bahwa 92 persen fluktuasi indeks harga konsumen ini dipengaruhi oleh variabel penjelas suku bunga, money supply, dan variabel dummy krisis
ekonomi dengan nilai koefisien diterminasi R
2
yang dihasilkan sebesar 0.92. Secara bersama-sama variabel penjelas ini mempengaruhi variabel endogen pada
taraf nyata 0.01 dengan nilai statistik F-nya sebesar 72.51. Secara individu
hanya money supply dan variabel dummy krisis ekonomi yang mempengaruhi indeks harga konsumen pada taraf nyata
0.05. Peningkatan money supply sebesar 1 milyar US akan meningkatkan indeks harga konsumen sebesar 0.64
persen, ceteris paribus. Pada persamaan exchange rate memberikan hasil
estimasi parameter
yang cukup signifikan pada taraf nyata 0.05 dari ketiga variabel penjelasnya
yaitu GDP, indeks harga konsumen, dan variabel dummy krisis multidimensi. Demikian pula secara bersama-sama variabel penjelas ini mempengaruhi variabel
endogen pada taraf nyata 0.01 dengan nilai F-nya sebesar 289.66. Pengaruh
variabel penjelas ini terhadap variasi exchange rate sebesar 98 persen, terlihat dari nilai koefisien diterminasinya R
2
sebesar 0.98. Hasil
estimasi parameter persamaan tingkat suku bunga menunjukkan
bahwa 60 persen fluktuasi tingkat suku bunga dipengaruhi oleh variabel penjelas money supply
, exchange rate, dan variabel dummy krisis ekonomi dengan nilai koefisien diterminasinya R
2
sebesar 0.60. Secara bersama-sama variabel penjelas ini mempengaruhi variabel endogen pada taraf nyata
0.01 dengan nilai statistik F-nya sebesar 10.04. Namun secara individu yang mempengaruhi
suku bungan hanya variabel dummy saat terjadinya krisis ekonomi di Indonesia.