Dampak ekonomi pariwisata internasional pada perekonomian Indonesia suatu pendekatan ekonometrika dan analisis input output

(1)

DAMPAK EKONOMI PARIWISATA INTERNASIONAL

PADA PEREKONOMIAN INDONESIA:

SUATU PENDEKATAN EKONOMETRIKA DAN

ANALISIS INPUT-OUTPUT

DISERTASI

Oleh:

ADI LUMAKSONO

SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR


(2)

SURAT PERNYATAAN

Saya menyatakan dengan sebenar-benarnya bahwa segala pernyataan dalam disertasi saya yang berjudul ”DAMPAK EKONOMI PARIWISATA

INTERNASIONAL PADA PEREKONOMIAN INDONESIA: SUATU

PENDEKATAN EKONOMETRIKA DAN ANALISIS INPUT-OUTPUT”

merupakan gagasan atau hasil penelitian disertasi sendiri dengan pembimbingan Komisi Pembimbing, kecuali yang dengan jelas ditunjukkan dengan rujukannya. Disertasi ini belum pernah diajukan untuk memperoleh gelar pada program yang sejenis di perguruan tinggi lain. Semua data dan informasi yang digunakan telah dinyatakan dengan jelas dan dapat diperiksa kebenarannya.

Bogor, Desember 2011

Adi Lumaksono A.161040234


(3)

ABSTRACT

ADI LUMAKSONO. The Economic Impact of International Tourism in Indonesian Economy: An Econometric and Input-Output Analysis Approach. D.S. PRIYARSONO, as Chairman; KUNTJORO and RUSMAN HERIAWAN, as Members of the Advisory Committee

Tourism has played an important role in the Indonesian economy especially inbound tourists which give foreign exchange earnings. On the other hand, outbound tourists bring dollars outside Indonesia. It will have an impact on tourism balance which is still surplus in the case of Indonesia. In this study found that the surplus of tourism balance tends to decrease where the increase of outbound tourists and their expenditure was faster than the increase of inbound tourist and their expenditure.

By using econometric models, this study will also identify the variables which influence inbound and outbound tourists both the number of arrival/departure and their average expenditure per visit. GDP was the most influenced variable beside Indonesian tourism price and neighbour countries’ tourism price as competitors of Indonesian tourism.

Simulation will be applied to know the impact of economic growth and monetary policy on the flow of foreign exchange through international tourism. The results of this simulation will be used to know the economic impact of inbound tourists such as tourism balance, added value, indirect tax, and wages & salaries as well as employment by using Input-Output Model. It shows that economic growth of tourists’ country of origin will give a higher impact to the Indonesian economy compared to the both exchange rate and monetary policy.

Key words: Inbound-outbound tourist, economic impact, econometric model, input-output analysis


(4)

RINGKASAN

ADI LUMAKSONO. Dampak Ekonomi Pariwisata Internasional pada Perekonomian Indonesia: Suatu Pendekatan Ekonometrika dan Analisis Input-Output. D.S.PRIYARSONO, sebagai ketua; KUNTJORO dan RUSMAN HERIAWAN, sebagai anggota komisi pembimbing.

Pariwisata telah berperan penting dalam perekonomian Indonesia khususnya karena wisatawan mancanegara yang membawa devisa dari luar negeri. Di sisi lain penduduk Indonesia yang pergi ke luar negeri juga membelanjakan uangnya di luar negeri. Ini akan mempengaruhi neraca pariwisata yang selama ini masih surplus. Penelitian ini menunjukkan bahwa surplus neraca pariwisata cenderung menurun di mana peningkatan jumlah penduduk yang pergi ke luar negeri beserta pengeluarannya lebih cepat jika dibandingkan dengan peningkatan jumlah wisman yang masuk ke Indonesia beserta uang yang mereka belanjakan.

Dengan menggunakan model ekonometrika penelitian ini juga mengidentifikasi variable-variabel yang mempengaruhi jumlah wisman datang ke Indonesia maupun penduduk yang pergi ke luar negeri beserta uang yang mereka belanjakan. Pendapatan Domestik Bruto (PDB) adalah salah satu variabel penting yang mempengaruhi pariwisata internasional di Indonesia selain harga pariwisata Indonesia maupun harga pariwisata negara tetangga sebagai pesaing Indonesia.

Pertumbuhan ekonomi yang terjadi di Indonesia memicu jumlah penduduk Indonesia untuk melakukan perjalanan ke luar negeri. Di sisi lain pertumbuhan ekonomi ini akan menguatkan nilai mata uang rupiah terhadap US$ sehingga harga pariwisata Indonesia menjadi lebih mahal di mata wisatawan mancanegara yang pada giliran berikutnya akan mengurangi minat wisatawan mancanegara untuk berkunjung ke Indonesia. Keadaan ini jika terus menerus terjadi, neraca pariwisata yang selama ini selalu mengalami surplus akan menjadi defisit di mana jumlah devisa yang diterima melalui wisman lebih kecil jika dibandingkan dengan jumlah devisa yang dibawa oleh penduduk Indonesia ke luar negeri.

Simulasi berdasarkan model ekonometrika dilakukan untuk mengetahui dampak pertumbuhan ekonomi maupun kebijakan moneter terhadap lalulintas devisa yang masuk maupun keluar melalui aktivitas pariwisata internasional. Hasil


(5)

iv

simulasi ini digunakan untuk mengetahui dampak ekonomi pariwisata dalam neraca pariwisata, produk domestik bruto, penerimaan pemerintah melalui pajak tak langsung, dan upah gaji serta jumlah tenaga kerja yang terserap karena aktifitas wisatawan mancanegara di Indonesia. Hasil ini menunjukkan bahwa pertumbuhan ekonomi negara asal wisatawan memberikan dampak yang lebih besar jika dibandingkan dengan nilai tukar mata uang mereka maupun kebijakan moneter yang terjadi di Indonesia. Adanya travel warning dari negara asal wisatawan terhadap Indonesia karena faktor keamanan sangat memperpuruk pariwisata Indonesia khususnya dari sisi wisatawan mancanegara.

Kata kunci: wisatawan mancanegara, penduduk Indonesia yang pergi ke luar negeri, dampak ekonomi, model ekonometrika, analisis input-output


(6)

©Hak Cipta milik IPB, tahun 2011

Hak Cipta dilindungi Undang-undang

1. Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumbernya.

a. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik atau tinjauan suatu masalah.

b. Pengutipan tidak merugikan kepentingan yang wajar IPB. 2. Dilarang mengumpulkan dan memperbanyak sebagian atau


(7)

DAMPAK EKONOMI PARIWISATA INTERNASIONAL PADA

PEREKONOMIAN INDONESIA: SUATU PENDEKATAN

EKONOMETRIKA DAN ANALISIS INPUT-OUTPUT

ADI LUMAKSONO

Disertasi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Doktor

pada

Program Studi Ilmu Ekonomi Pertanian

SEKOLAH PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2011


(8)

Judul Disertasi : DAMPAK EKONOMI PARIWISATA

INTERNASIONAL PADA PEREKONOMIAN

INDONESIA: SUATU PENDEKATAN

EKONOMETRIKA DAN ANALISIS INPUT-OUTPUT Nama Mahasiswa : Adi Lumaksono

Nomor Pokok : A.161040234

Program Studi : Ilmu Ekonomi Pertanian

Menyetujui, 1. Komisi Pembimbing

Dr. Ir. D.S. Priyarsono, MS. Ketua

Prof. Dr. Ir. Kuntjoro Dr. Rusman Heriawan, SE, MS.

Anggota Anggota

Mengetahui,

2. Ketua Program Studi 3. Dekan Sekolah Pascasarjana-IPB Ilmu Ekonomi Pertanian

Prof.Dr.Ir. Bonar M. Sinaga, MA. Dr.Ir. Dahrul Syah, MSc.Agr


(9)

Didedikasikan kepada orang yang sangat saya hormati: Ibunda Hj. Sriyati (almarhumah) dan Ayahnda H. Suyitno Dipersembahkan kepada orang yang saya cintai: Istriku Suci Prihastuti dan Kedua anakku Ina Travelia dan Reza Hidayat


(10)

KATA PENGANTAR

Ungkapan puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas selesainya penyusunan disertasi ini. Judul yang dipilih adalah: Dampak Ekonomi Pariwisata Internasional pada Perekonomian Indonesia: Suatu Pendekatan Ekonometrika dan Analisis Input-Output.

Pariwisata Indonesia saat ini menunjukkan adanya peningkatan yang cukup signifikan dari sisi kunjungan, baik oleh wisatawan mancanegara (wisman/inbound), wisatawan nusantara (wisnus), maupun wisatawan Indonesia (outbound) yang pergi ke luar negeri. Peningkatan ini sejalan dengan pertumbuhan ekonomi negara asal wisman maupun pertumbuhan ekonomi Indonesia. Selain itu berbagai kemudahan penduduk di berbagai negara untuk melakukan perjalanan di dalam negeri maupun ke luar negeri semakin terbuka dengan diberikannya beberapa fasilitas bebas visa kunjungan singkat maupun visa saat kedatangan (visa on arrival) bagi beberapa warga negara asing untuk berkunjung ke Indonesia dan kemudahan warga negara Indonesia untuk melakukan perjalanan ke luar negeri dengan dibebaskannya biaya fiskal. Namun demikian penguatan nilai rupiah akan memicu harga pariwisata Indonesia menjadi mahal di mata wisman sehingga minat wisman untuk berkunjung ke Indonesia beserta pengeluarannya akan mengalami penurunan. Di sisi lain menguatnya nilai rupiah terhadap mata uang US$ akan meningkatkan daya beli penduduk Indonesia terhadap barang dan jasa di luar negeri sehingga jumlah penduduk Indonesia yang melakukan perjalanan ke luar negeri akan mengalami peningkatan.

Pariwisata merupakan salah sektor yang saat ini diyakini telah memberikan kontribusi positif dalam perekonomian Indonesia. Pariwisata internasional, dalam hal ini wisatawan mancanegara (wisman), mendatangkan devisa dari luar negeri melalui pengeluaran mereka selama berada di Indonesia seperti untuk keperluan makan, minum, dan menginap maupun belanja untuk souvenir. Semakin banyak wisman membelanjakan uangnya akan semakin banyak devisa yang mengalir ke Indonesia yang berdampak langsung pada penerimaan perusahaan atau usaha yang melayani wisman, seperti: hotel, restoran, biro perjalanan, dan penjual souvenir. Selain itu aktifitas pariwisata ini juga memberikan dampak tidak langsung kepada sektor lainnya, seperti sektor pertanian yang memasok produk sektor ini kepada restoran sebagai salah satu bahan baku untuk makanan.

Topik penelitian dalam disertasi ini sudah mulai penulis rancang sejak awal memasuki perkuliahan di Institut Pertanian Bogor (IPB) pada Program Studi Ilmi Ekonomi Pertanian sehingga tugas-tugas paper dari berbagai mata kuliah sudah penulis arahkan untuk menjadi bagian dalam penelitian. Ketertarikan penulis pada pariwisata karena sejak lulus dari Akedemi Ilmu Statistik pada tahun 1982 bekerja pada Badan Pusat Statistik, Bagian Statistik Niaga dan Jasa di mana salah satu pekerjaannya adalah mengumpulkan data pariwisata. Selanjutnya sampai dengan saat ini penulis masih berkecimpung dengan statistik pariwisata sebagai Kepala Direktorat Statistik Keuangan, Teknologi Informasi, dan Pariwisata.

Dalam penelitian ini, berbagai pihak telah banyak memberikan masukan secara konstruktif baik secara langsung maupun tidak langsung sehingga penyusunan disertasi ini bisa terselesaikan. Penulis menyadari bahwa masih ada


(11)

x

x

kesalahan yang mungkin terjadi tetapi semua itu menjadi tanggung jawab penulis. Harapannya hasil penelitian ini bermanfaat bagi berbagai pihak.

Penulis menyampaikan penghargaan dan terima kasih kepada para pembimbing, yaitu: Dr. D.S. Priyarsono sebagai ketua komisi pembimbing, Prof. Dr. Ir. Kuntjoro dan Dr.Rusman Heriawan, SE, MS. sebagai anggota komisi pembimbing. Banyak arahan dan masukan yang telah diberikan oleh para pembimbing kepada penulis selama melakukan penelitian. Ucapan terima kasih dan penghargaan juga penulis sampaikan kepada Dr. Sapta Nirwanda; Prof. Dr. Ir. Bonar M. Sinaga, MA; Prof. Dr. Mangara Tambunan, MSc.; dan Dr.Yusman Syaukat, MSc., sebagai penguji yang telah memberikan kritik dan saran perbaikan sehingga menjadikan disertasi ini lebih sempurna. Tak lupa juga penulis sampaikan kepada para dosen di program studi EPN-IPB yang telah memberikan kuliah selama penulis menjadi mahasiswa IPB.

Ucapan terima kasih juga penulis sampaikan kepada Pimpinan Badan Pusat Statistik (BPS) yang telah memberikan ijin belajar untuk mengikuti kuliah di IPB, dan kepada Ahmad Tantowi, SSi. MS, MSc, yang telah membantu penulis dengan tekun dan teliti dalam mengolah data. Demikian juga kepada rekan-rekan penulis di BPS maupun di Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata yang selalu mendorong dan memberikan semangat untuk segera menyelesaikan studinya.

Kepada rekan-rekan penulis seangkatan di EPN Khusus Angkatan Kedua kami sampaikan ucapan terima kasih atas saran dan masukannya serta dorongan semangat untuk menuntaskan disertasi ini dengan saling mengingatkan antara satu dengan yang lain.

Secara khusus penulis mengucapkan terima kasih kepada istri (Suci Prihastuti) dan kedua anak (Ina Travelia dan Reza Hidayat) yang telah dengan penuh kasih sayang dan kesabaran dalam memberikan doa dan dukungannya selama penulis menjalani hari-hari yang penuh dengan kesibukan dalam menyelesaikan tugas-tugas kuliah. Tanpa dukungan istri dan anak, niscaya penulis bisa menyelesaikan disertasi ini.

Penulis sadari bahwa tanpa dukungan dari berbagai pihak yang tidak penulis sebutkan satau per satu, disertasi ini tidak akan diselesaikan dengan baik. Oleh karena itu ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada mereka yang telah membantu baik langsung maupun tidak langsung dalam memberikan masukan selama penulis melakukan penelitian. Mudah-mudahan Tuhan akan memberikan keberkahan kepada pihak-pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan disertasi.

Bogor, Desember 2011 Adi Lumaksono


(12)

RIWAYAT HIDUP

Penulis lahir kota Magelang Jawa Tengah pada tanggal 31 Agustus 1960 merupakan anak kedua dari delapan bersaudara dari pasangan orang tua H. G. Suyitno dan Hj. Sriyati (almarhumah) yang beristerikan Suci Prihastuti dan telah dikaruniai dua orang anak, Ina Travelia dan Reza Hidayat.

Pada tahun 1982 penulis menamatkan pendidikannya di Akademi Ilmu Statistik (AIS) di Jakarta yang merupakan perguruan tinggi kedinasan di bawah Badan Pusat Statistik (BPS). Oleh karena itu sejak menamatkan pendidikan di AIS dengan gelar Bachelor of Statistics (B.St.) penulis langsung bekerja di BPS. Pada bulan September tahun 1989 penulis mendapatkan kesempatan untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi melalui program beasiswa bank dunia yaitu Overseas Fellowship Program (OFP) di Institute of Social Studies (ISS) di Den Haag Belanda. Tujuh bulan kemudian penulis menyelesaikan pendidikannya pada jenjang Post Graduate Diploma pada jurusan Development Planning Techniques (DPT). Pada tahun 1990 penulis melanjutkan pendidikan ke jenjang pendidikan master degree dengan pemberi beasiswa dan lembaga pendidikan yang sama ketika menempuh pendidikan program Post Graduate Diploma. Pada tahun 1991 penulis menamatkan pendidikan master degree dengan gelar Master of Arts

(MA) pada jurusan Economic Policy and Planning (EPP).

Setelah menyelesaikan pendidikan master degree penulis kembali bekerja di BPS pada Bagian Statistik Pariwisata dan Akomodasi sebagai staf teknis. Tahun 1992 penulis dipercaya untuk memegang jabatan sebagai Kepala Subbagian Statistik Harga Produsen. Setelah BPS melakukan reorganisasi pada tahun 1993


(13)

xii

xii

penulis kembali dipercaya memegang jabatan sebagai Kepala Seksi Statistik Wisatawan dan enam tahun berikutnya diberi kepercayaan untuk memegang jabatan yang lebih tinggi sebagai Kepala Bagian Statistik Pariwisata.

Pada tahun 2005 penulis melanjutkan pendidikannya ke program doktor (S3) pada Institut Pertanian Bogor (IPB) jurusan Ekonomi Pertanian (EPN) fakultas pertanian.

Selama bekerja di BPS penulis banyak memberikan kontribusi dalam penyusunan program dan pengembangan kepariwisataan di Indonesia melalui berbagai penelitian yang dilakukan atas kerjasama BPS dengan Kementerian Kebudayaan Pariwisata maupun dengan lembaga penelitian lainnya. Salah satu hasil penelitian yang selama ini masih relevan dan terus dikembangkan adalah penyusunan Neraca Satelit Pariwisata Nasional/Nesparnas (Tourism Satellite Accounts) yang merupakan rekomendasi dari United Nation World Tourism Organization (UNWTO). Penyusunan Nesparnas dimulai pada tahun 2001 dan setiap tahunnya selalu di-update data maupun metodologinya.

Berbagai workshop maupun seminar yang berkaitan dengan pariwisata telah diikuti oleh penulis baik sebagai narasumber ataupun pembicara pada tingkat nasional maupun internasional.

Pada tahun 2006 penulis dipindahtugaskan ke BPS Jakarta Timur sebagai Kepala Wilayah selama tiga tahun. Selanjutnya sejak tahun 2009 penulis menduduki jabatan sebagai Kepala Direktorat Statistik Keuangan, Teknologi Informasi, dan Pariwisata pada Badan Pusat Statistik sampai dengan saat ini.


(14)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL . . . DAFTAR GAMBAR . . . DAFTAR LAMPIRAN . . . .

xxiii xxvii xxix

I. PENDAHULUAN . . . .. . .

1.1.Latar Belakang ………..

1.2.Rumusan Masalah ..………... 1.3.Tujuan Penelitian ...……….………. 1.4.Manfaat Penelitian ………..……... 1.5.Ruang Lingkup dan Keterbatasan ……….………....

1 1 7 12 12 12

II. TINJAUAN PUSTAKA . . .

2.1.Pemahaman Pariwisata ………... 2.1.1. Pariwisata dari Sisi Penawaran ... 2.1.2. Pariwisata dari Sisi Permintaan ... 2.1.3. Neraca Perjalanan Wisata ... 2.2.Penelitian yang Pernah Dilakukan ……....………...

2.3.Dampak Kebijakan ………..

2.3.1. Dampak Travel Warning………... 2.3.2. Dampak Kebijakan Fiskal dan Moneter ……...……. 2.3.3. Dampak Biaya Fiskal ………... 2.3.4. Dampak Nilai Tukar Rupiah ...

15 15 15 17 21 22 35 36 39 42 44

III. METODOLOGI . . .

3.1. Kerangka Pikir ………..………. 3.2. Hipotesis Penelitian ……….….. 3.3. Data dan Proses Permodelan ………... 3.3.1. Sumber dan Jenis Data yang Digunakan …………... 3.3.2. Variabel Kualitatif ……….………...…...

49 49 51 51 51 52


(15)

xiv

3.4. Model Ekonometrika ....………... 3.4.1. Persamaan Struktural dan Identitas ………....

3.4.1.1. Blok Penerimaan Devisa ... 3.4.1.2. Blok Pengeluaran Devisa ... 3.4.2. Uji Identifikasi…...………. 3.4.3. Metode Estimasi Model …………... 3.4.4. Pengujian Parameter Model ………... 3.4.5. Simulasi ... 3.5.Model Input-Output ………....………... 3.5.1. Kontribusi terhadap Output ……….. 3.5.2. Kontribusi terhadap Nilai Tambah Bruto ….…….... 3.5.3. Kontribusi terhadap Upah/Gaji dan Pajak Tak

Langsung …... 3.5.4. Kontribusi terhadap Kesempatan Kerja …………...

52 56 56 79 84 85 85 86 88 89 90 91 91

IV. GAMBARAN UMUM PARIWISATA DUNIA ...

4.1. Pariwisata Dunia ... 4.1.1. Eropa ... 4.1.2. Amerika ... 4.1.3. Afrika ... 4.1.4. Timur Tengah ... 4.1.5. Asia Pasifik ... 4.2. Pariwisata Internasional di Indonesia ... 4.2.1. Wisatawan Mancanegara Singapura ... 4.2.2. Wisatawan Mancanegara Malaysia ... 4.2.3. Wisatawan Mancanegara Jepang ... 4.2.4. Wisatawan Mancanegara Australia ... 4.2.5. Wisatawan Mancanegara Amerika Serikat ... 4.2.6. Wisatawan Mancanegara Inggris ...

93 93 96 97 98 99 100 102 105 108 112 114 118 123

V. ANALISIS MODEL DUGAAN PERSAMAAN

STRUKTURAL ...

5.1. Penerimaan Devisa dari Singapura ...

127 127


(16)

xv

5.2. Penerimaan Devisa dari Malaysia ... 5.3. Penerimaan Devisa dari Jepang ... 5.4. Penerimaan Devisa dari Australia ... 5.5. Penerimaan Devisa dari Amerika Serikat ... 5.6. Penerimaan Devisa dari Inggris ... 5.7. Penerimaan Devisa dari Negara Lainnya ... 5.8. Pengeluaran Devisa Penduduk Indonesia yang Pergi ke Luar Negeri ...

133 140 147 153 159 166 168

VI. SIMULASI KEBIJAKAN DAN PEMBAHASAN ...

6.1. Validasi Model ... 6.2. Simulasi Dasar ... 6.3. Gross Domestic Product Enam Negara Asal Wisman Naik

2 Persen ... 6.4. Gross Domestic Product Indonesia Naik 6.5 Persen ... 6.5. Suku Bunga Indonesia Naik 25 Basis Poin ... 6.6. Gross Domestic Product Negara Asal Wisatawan

Mancanegara Naik 2 Persen dan Gross Domestic Product

Indonesia Naik 6.5 Persen ... 6.7. Gross Domestic Product Negara Asal Wisman Naik 2

Persen dan Suku Bunga Indonesia Naik 25 Basis Poin ... 6.8. Gross Domestic Product Indonesia Naik 6.5 Persen dan

Suku Bunga Indonesia Naik 25 Basis Poin ... 6.9. Gross Domestic Product Indonesia Naik 6.5 Persen dan

Suku Bunga Indonesia Turun 25 Basis Poin ... 6.10. Diterapkannya Travel Warning ... 6.11. Rupiah Menguat 10 Persen terhadap Mata Uang Negara Asal Wisatawan ... 6.12. Rupiah Menguat 10 Persen terhadap Mata Uang Negara Asal Wisatawan dan Inflasi Indonesia Sebesar 5 Persen ...

177 177 178 180 182 186

190 193 195 201 206 209 214

VII. ANALISIS DAMPAK EKONOMI PARIWISATA

INTERNASIONAL ...

7.1. Neraca Pariwisata ... 7.2. Analisis Dampak Ekonomi Wisatawan Mancanegara ... 7.2.1. Daya Penyebaran dan Derajat Kepekaan. ...

219 219 225 226


(17)

xvi

7.2.2. Dampak Ekonomi Pengeluaran Wisatawan

Mancanegara ... 7.2.2.1. Grosss Domestic Product Negara Asal

Wisatawan Mancanegara Meningkat 2 Persen ... 7.2.2.2. Gross Domestic Product Indonesia

Meningkat 6.5 Persen ... 7.2.2.3. Tingkat Suku Bunga Naik 25 Basis Poin ... 7.2.2.4. Gross Domestic Product Negara Asal

Wisatawan Mancanegara Naik 2 Persen dan

Gross Domestic Product Indonesia Naik 6.5 Persen ... 7.2.2.5. Gross Domestic Product Negara Asal

Wisatawan Mancanegara Naik 2 Persen dan Tingkat Suku Bunga di Indonesia Naik 25 Basis Poin ... 7.2.2.6. Gross Domestic Product Indonesia Naik 6.5

Persen dan Tingkat Suku Bunga Naik 25 Basis Poin ... 7.2.2.7. Gross Domestic Product Indonesia Naik 6.5

Persen dan Tingkat Suku Bunga Turun 25 Basis Poin ... 7.2.2.8. Travel Warning ... 7.2.2.9. Penguatan Nilai Rupiah Sebesar 10 Persen

terhadap Mata Uang Negara Asal Wisatawan Mancanegara ... 7.2.2.10. Penguatan Nilai Rupiah Sebesar 10 Persen

terhadap Mata Uang Negara Asal Wisatawan Mancanegara dan Inflasi di Indonesia

Sebesar 5 Persen ... 7.2.3. Dampak Sektoral Pengeluaran Wisatawan

Mancanegara ... 7.2.3.1. Gross Domestic Product Negara Asal

Wisman Meningkat 2 Persen ... 7.2.3.2. Gross Domestic Product Indonesia

Meningkat 6.5 Persen ... 7.2.3.3. Tingkat Suku Bunga Naik 25 Basis Poin ...

228

229

230 232

234

236

237

239 240

242

243 244

244 247 249


(18)

xvii

7.2.3.4. Gross Domestic Product Negara Asal Wisatawan Mancanegara Naik 2 Persen dan

Gross Domestic Product Indonesia Naik 6.5 Persen ... 7.2.3.5. Gross Domestic Product Negara Asal

Wisatawan Mancanegara Naik 2 Persen dan Tingkat Suku Bunga di Indonesia Naik 25 Basis Poin ... 7.2.3.6. Gross Domestic Product Indonesia Naik 6.5

Persen dan Tingkat Suku Bunga Naik 25 Basis Poin ... 7.2.3.7. Gross Domestic Product Indonesia Naik 6.5

Persen dan Tingkat Suku Bunga Turun 25 Basis Poin ... 7.2.3.8. Travel Warning ... 7.2.3.9. Penguatan Nilai Rupiah Sebesar 10 Persen

terhadap Mata Uang Negara Asal Wisatawan Mancanegara ... 7.2.3.10.Penguatan Nilai Rupiah Sebesar 10 Persen

Terhadap Mata Uang Negara Asal Wisatawan Mancanegara dan Inflasi Indonesia Sebesar 5 Persen ... 7.2.4. Dampak Ekonomi Pengeluaran Penduduk Indonesia

yang Pergi ke Luar Negeri dan Jemaah Haji ...

252

255

258

261 264

267

269 272

VIII KESIMPULAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN ...

8.1. Kesimpulan ... 8.2. Implikasi Kebijakan ...

279 279 282 . DAFTAR PUSTAKA . . . 285


(19)

DAFTAR TABEL

Nomor Halaman

1. Penerimaan Devisa Pariwisata Dibanding dengan Komoditi Ekspor

Lainnya Tahun 2006 – 2008 ... 3

2. Harapan Besaran Koefisien Blok Penerimaan Devisa dari Singapura ... 60

3. Harapan Besaran Koefisien Blok Penerimaan Devisa dari Malaysia ... 63

4. Harapan Besaran Koefisien Blok Penerimaan Devisa dari Jepang ... 67

5. Harapan Besaran Koefisien Blok Penerimaan Devisa dari Australia ... 70

6. Harapan Besaran Koefisien Blok Penerimaan Devisa Amerika Serikat ... 73

7. Harapan Besaran Koefisien Blok Penerimaan Devisa dari Inggris ... 77

8. Harapan Besaran Koefisien Blok Penerimaan Devisa Negara Lainnya ... 78

9. Harapan Besaran Koefisien Blok Pengeluaran Devisa ... 81

10. Input-Output Untuk Sistem Perekonomian dengan Tiga Sektor Produksi... 89

11. Hasil Pendugaan Parameter Persamaan Wisatawan Mancanegara Asal Singapura, Tahun 1984-2008 ... 128

12. Hasil Pendugaan Parameter Persamaan Wisatawan Mancanegara Asal Malaysia, Tahun 1984-2008 ... 135

13. Hasil Pendugaan Parameter Persamaan Wisatawan Mancanegara Asal Jepang, Tahun 1984-2008 ... 142

14. Hasil Pendugaan Parameter Persamaan Wisatawan Mancanegara Asal Australia, Tahun 1984-2008 ... 149

15. Hasil Pendugaan Parameter Persamaan Wisatawan Mancanegara Asal Asal Amerika Serikat, Tahun 1984-2008 ... 154

16 Hasil Pendugaan Parameter Persamaan Wisatawan Mancanegara Asal Inggris, Tahun 1984-2008 ... 161

17. Hasil Pendugaan Parameter Persamaan Wisatawan Mancanegara Asal Negara Lainnya, Tahun 1984-2008 ... 167


(20)

xix

18. Hasil Pendugaan Parameter Persamaan Penduduk Indonesia yang Pergi ke

Luar Negeri, Tahun 1984-2008 ... 172 19. Distribusi Persamaan Menurut Klasifikasi Nilai RMSPE dan U-Theil ... 177 20. Hasil Simulasi Dasar Kunjungan Wisatawan Mancanegara dan

Penerimaan Devisa, Tahun 2012 ... 179 21. Hasil Simulasi Dasar Penduduk Indonesia Yang Pergi ke Luar Negeri dan

Pengeluaran Devisanya, Tahun 2012 ... 179 22. Hasil Simulasi Saat Gross Domestic Product Negara Asal Wisatawan

Macanegara Naik 2 Persen ... 181 23. Hasil Simulasi Saat Gross Domestic Product Indonesia Naik 6.5 Persen... 184 24. Hasil Simulasi Outbound Ketika Gross Domestic Product Indonesia Naik

6.5 Persen ... 185 25. Hasil Simulasi Wisatawan Mancanegara Saat Suku Bunga Naik 25 Basis

Poin ... 187 26. Hasil Simulasi Outbound dan Haji Saat Suku Bunga Naik 25 Basis Poin 189 27. Hasil Simulasi Saat Gross Domestic Product Enam Negara Asal

Wisatawan Mancanegara Naik 2 Persen dan Gross Domestic Product

Indonesia Naik 6.5 Persen ... 191 28. Hasil Simulasi Wisatawan Mancanegara Saat Gross Domestic Product

Enam Negara Asal Wisman Naik 2 Persen dan Suku Bunga Indonesia

Naik 25 Basis Poin ... 194 29. Hasil Simulasi Wisatawan Mancanegara Saat Gross Domestic Product

Indonesia Naik 6.5 Persen dan Suku Bunga Indonesia Naik 25 Basis Poin. 196 30. Hasil Simulasi Outbound Ketika Gross Domestic Product Indonesia Naik

6.5 Persen dan Suku Bunga Naik 25 Basis Poin ... 199 31. Hasil Simulasi Wisatawan Mancanegara Saat Gross Domestic Product

Indonesia Naik 6.5 Persen dan Suku Bunga Indonesia Turun 25 Basis

Poin ... 203 32. Hasil Simulasi Outbound Ketika Gross Domestic Product Indonesia Naik

6.5 Persen dan Suku Bunga Turun 25 Basis Poin ... 205 33. Hasil Simulasi Ketika Travel Warning Diterapkan oleh Enam Negara


(21)

xx

34. Hasil Simulasi Ketika Nilai Rupiah Menguat 10 Persen terhadap Mata

Uang Enam Negara Asal Wisatawan Mancanegara ... 210 35. Hasil Simulasi Outbound Ketika Nilai Rupiah Menguat 10 Persen

terhadap Mata Uang Amerika Serikat ... 213 36. Hasil Simulasi Ketika Nilai Rupiah Menguat 10 Persen terhadap Mata

Uang Enam Negara Asal Wisatawan Mancanegara dan Inflasi 5 Persen di

Indonesia ... 215 37. Hasil Simulasi Gross Domestic Product Indonesia Meningkat 6.5 Persen 219 38. Hasil Simulasi Tingkat Suku Bunga Meningkat 25 Basis Poin ... 220 39. Hasil Simulasi Gross Domestic Product Indonesia Meningkat 6.5 Persen

dan Tingkat Suku Bunga Naik 25 Basis Poin ... 221 40. Hasil Simulasi Gross Domestic Product Indonesia Meningkat 6.5 Persen

dan Tingkat Suku Bunga Turun 25 Basis Poin ... 222 41. Hasil Simulasi Penguatan Nilai Rupiah Sebesar 10 Persen terhadap Mata

Uang Negara Asal Wisatawan Mancanegara ... 223 42. Hasil Simulasi Inflasi Indonesia Sebesar 5 Persen dan Penguatan Nilai

Rupiah Sebesar 10 Persen terhadap Mata Uang Negara Asal Wisatawan

Mancanegara ... 224 43. Sepuluh Sektor dengan Indeks Daya Penyebaran Tertinggi ... 227 44. Sepuluh Sektor dengan Indeks Derajat Kepekaan Tertinggi ... 228 45. Dampak Wisatawan Mancanegara dalam Perekonomian Indonesia Akibat

Peningkatan Gross Domestic Product Negara Asal Wisatawan

Mancanegara Sebesar 2 Persen Menurut Sektor/Subsektor (Persen) ... 245 46. Dampak Wisatawan Mancanegara dalam Perekonomian Indonesia Akibat

Peningkatan Gross Domestic Product Indonesia Sebesar 6.5 Persen

Menurut Sektor/Subsektor (Persen) ... 248 47. Dampak Wisatawan Mancanegara dalam Perekonomian Indonesia Akibat

Peningkatan Tingkat Suku Bunga Sebesar 25 Basis Poin Menurut

Sektor/Subsektor (Persen) ... 250 48 Dampak Wisatawan Mancanegara dalam Perekonomian Indonesia Akibat

Peningkatan Gross Domestic Product Negara Asal Wisatawan

Mancanegara Sebesar 2 Persen dan Gross Domestic Product Indonesia


(22)

xxi

49. Dampak Wisatawan Mancanegara dalam Perekonomian Indonesia Akibat Peningkatan Gross Domestic Product Negara Asal Wisatawan

Mancanegara Sebesar 2 Persen dan Tingkat Suku Bunga Naik Sebesar 25

Basis Poin Menurut Sektor/Subsektor (Persen) ... 256 50. Dampak Wisatawan Mancanegara dalam Perekonomian Indonesia Akibat

Peningkatan Gross Domestic Product Indonesia Sebesar 6.5 Persen dan Peningkatan Suku Bunga Sebesar 25 Basis Poin Menurut

Sektor/Subsektor (Persen) ... 259 51. Dampak Wisatawan Mancanegara dalam Perekonomian Indonesia Akibat

Peningkatan Gross Domestic Product Indonesia Sebesar 6.5 Persen dan Penurunan Tingkat Suku Bunga Sebesar 25 Basis Poin Menurut

Sektor/Subsektor (Persen) ... 262 52. Dampak Wisatawan Mancanegara dalam Perekonomian Indonesia Akibat

Diterapkannya Travel Warning Menurut Sektor/Subsektor (Persen) ... 266 53. Dampak Wisatawan Mancanegara dalam Perekonomian Indonesia Akibat

Menguatnya Nilai Rupiah terhadap Mata Uang Negara Asal Wisatawan

Mancanegara Sebesar 10 Persen Menurut Sektor/Subsektor (Persen) ... 268 54. Dampak Wisatawan Mancanegara dalam Perekonomian Indonesia Akibat

Menguatnya Nilai Rupiah terhadap Mata Uang Negara Asal Wisatawan Mancanegara Sebesar 10 Persen dan Inflasi di Indonesia Sebesar 5 Persen

Menurut Sektor/Subsektor (Persen) ... 270 55. Dampak Outbound dalam Perekonomian Indonesia Akibat Peningkatan

Gross Domestic Product Sebesar 6.5 Persen Jika Dibelanjakan di

Indonesia, Menurut Komponen Ekonomi ... 272 56. Dampak Outbound dalam Perekonomian Indonesia Akibat Peningkatan

Suku Bunga Sebesar 25 Basis Poin Jika Dibelanjakan di Indonesia,

Menurut Komponen Ekonomi ... 273 57. Dampak Outbound dalam Perekonomian Indonesia Akibat Penguatan

Mata Uang Rupiah Sebesar 10 Persen terhadap US$ Jika Dibelanjakan di

Indonesia, Menurut Komponen Ekonomi ... 274 58. Dampak Outbound dalam Perekonomian Indonesia Akibat Peningkatan

Gross Domestic Product Sebesar 6.5 Persen dan Peningkatan Suku Bunga 25 Basis Poin Jika Dibelanjakan di Indonesia, Menurut Komponen

Ekonomi ... 275 59. Dampak Outbound dalam Perekonomian Indonesia Akibat Peningkatan

Gross Domestic Product Sebesar 6.5 Persen dan Penurunan Suku Bunga 25 Basis Poin Jika Dibelanjakan di Indonesia, Menurut Komponen


(23)

xxii

60. Dampak Outbound dalam Perekonomian Indonesia Akibat Penguatan Nilai Rupiah Terhadap US$ Sebesar 10 Persen Jika Dibelanjakan di


(24)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Halaman

1. Distribusi Penerimaan Devisa Menurut Komoditi Tahun 2008 ... 1 2. Neraca Perjalanan Pariwisata di Indonesia Tahun 1993 – 2008 ... 6 3. Form of Tourism ... 18 4. Klasifikasi Orang yang Melakukan Perjalanan ... 20 5. Dampak Travel Warning ... 38 6. Dampak Kebijakan Fiskal dan Moneter terhadap Output ... 40 7. Dampak Biaya Fiskal ... 42 8. Dampak Kebijakan terhadap Nilai Tukar Rupiah dan Neraca Pariwisata .. 46 9. Kerangka Pikir ... 50 10. Model Penerimaan Devisa Pariwisata ... 82 11. Model Pengeluaran Devisa oleh Penduduk Indonesia ... 83 12. Jumlah Kunjungan Wisatawan Mancanegara Dunia Menurut Area, Tahun

1995-2008 ... 93 13. Kunjungan Wisatawan Mancanegara Asal Singapura, Tahun 1996-2008 ... 107 14. Rata-Rata Pengeluaran Wisatawan Mancanegara Asal Singapura Per

Kunjungan, Tahun 1996 – 2008 ... 108 15. Kunjungan Wisatawan Mancanegara Asal Malaysia, Tahun 1996 – 2008 ... 109 16. Rata-Rata Pengeluaran Wisatawan Mancanegara Asal Malaysia Per

Kunjungan, Tahun 1996 – 2008 ... 111 17. Kunjungan Wisatawan Mancanegara Asal Jepang, Tahun 1996 – 2008 ... 113 18. Kunjungan Wisatawan Mancanegara Asal Australia, Tahun 1996 – 2008 ... 115 19. Rata-Rata Pengeluaran Wisatawan Mancanegara Asal Australia Per

Kunjungan, Tahun 1996 – 2008 ... 117 20. Kunjungan Wisatawan Mancanegara Asal Amerika Serikat, Tahun 1996 –

2008 ... 120 21. Rata-Rata Pengeluaran Wisatawan Mancanegara Asal Amerika Serikat Per


(25)

xxiv

22. Kunjungan Wisatawan Mancanegara Asal Inggris, Tahun 1996 – 2008 .... 124 23. Rata-Rata Pengeluaran Wisatawan Mancanegara Asal Inggris Per

Kunjungan, Tahun 1996 -2008 ... 125 24. Dampak Ekonomi Pertumbuhan Gross Domestic Product Enam Negara

Utama Asal Wisatawan Mancanegara Sebesar 2 Persen ... 230 25. Dampak Ekonomi Peningkatan Gross Domestic Product Indonesia 6.5

Persen ... 231 26. Dampak Ekonomi Peningkatan Suku Bunga 25 Basis Poin ... 233 27. Dampak Ekonomi Gross Domestic Product Negara Asal Wisatawan

Mancanegara Naik 2 Persen dan Gross Domestic Product Indonesia Naik

6.5 Persen ... 235 28. Dampak Ekonomi Gross Domestic Product Negara Asal Wisatawan

Mancanegara Naik 2 Persen dan Tingkat Suku Bunga di Indonesia Naik 25

Basis Poin ... 236 29. Dampak Ekonomi Peningkatan Gross Domestic Product Indonesia 6.5

Persen dan Suku Bunga Naik 25 Basis Poin ... 238 30. Dampak Ekonomi Peningkatan Gross Domestic Product Indonesia 6.5

Persen dan Suku Bunga Turun 25 Basis Poin ... 240 31. Dampak Diterapkannya Travel Warning ... 241 32. Dampak Ekonomi Penguatan Nilai Rupiah terhadap Mata Uang

Negara Asal Wisatawn Mancanegara Sebesar 10 Persen ... 242 33. Dampak Ekonomi Penguatan Nilai Rupiah terhadap Mata Uang Negara

Asal Wisatawan Mancanegara Sebesar 10 Persen dan Inflasi di Indonesia


(26)

I. PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang

Sektor pariwisata memegang peranan penting dalam perekonomian Indonesia, baik sebagai salah satu sumber penerimaan devisa maupun penciptaan lapangan kerja serta kesempatan berusaha. Pariwisata merupakan salah satu sektor yang memberikan kontribusi terbesar dalam perolehan devisa negara. Seperti diungkapkan oleh presiden Republik Indonesia Susilo Bambang Yudhoyono dalam Rakortas di Tampak Siring, Bali pada tahun 2005 yang lalu bahwa selain pendapatan pajak, bea cukai, BUMN, dan Migas, pariwisata juga menjadi andalan pendapatan negara.

Bahan kimia 3.3%

Kertas dan barang dari kertas

4.5%

Kayu olahan 3.3%

Tekstil 4.9%

Alat listrik 6.2%

Pakaian jadi 7.2%

Pariwisata 8.8%

Karet olahan 9.0%

Minyak klp sawit 14.7%

Minyak & gas bumi 34.5% Makanan olahan

3.6%

Sumber: Badan Pusat Statistik, 2008 (diolah)

Gambar 1. Distribusi Penerimaan Devisa Menurut Komoditi Tahun 2008

Pariwisata dapat memberikan sumbangan kepada pemulihan kepercayaan investasi asing kembali masuk ke Indonesia. Jika aman, pariwisata akan berkembang yang selanjutnya dapat mendorong investasi asing dan memacu


(27)

2

kembali pertumbuhan dunia usaha di Indonesia. Selama ini sektor pariwisata masuk dalam kelompok sepuluh besar penyumbang ekspor di Indonesia.

Dari sepuluh komoditi utama yaitu: (1) minyak dan gas bumi, (2) minyak kelapa sawit, (3) karet olahan, (4) pakaian jadi, (5) alat listrik, (6) tekstil, (7) kertas dan barang dari kertas, (8) makanan olahan, (9) kayu olahan, dan (10) bahan kimia, ternyata pariwisata yang merupakan penerimaan devisa yang dibawa oleh wisatawan mancenagara menempati urutan yang keenam pada tahun 2006. Peningkatan ekspor barang dan jasa pada tahun 2006 sampai tahun 2008 terus terjadi, demikian halnya dengan pariwisata. Peningkatan devisa dari sektor pariwisata lebih cepat dibandingkan dengan ekspor barang dan jasa lainnya. Sehingga urutan penerimaan devisa sektor pariwisata terus menunjukkan adanya peningkatan. Pada tahun 2007 sektor ini menempati posisi terbesar kelima dibandingkan dengan ekspor lainnya, dan terus meningkat menjadi urutan keempat pada tahun 2008. Hal ini tentu menggembirakan bahwa sektor pariwisata merupakan salah satu sektor andalan dalam pemasukan devisa. Apabila dari 11 komoditi di atas (termasuk pariwisata) dijumlahkan maka sumbangan pariwisata terhadap total ekspor jasa pada tahun 2006 mencapai 46.67 persen atau 4.02 persen terhadap total ekspor barang dan jasa. Pada tahun 2007 ekspor jasa meningkat lebih lambat dibandingkan ekspor sektor pariwisata sehingga kontribusi sektor ini masih mengalami peningkatan. Namun demikian pertumbuhan ekspor barang lebih cepat dibandingkan dengan ekspor jasa maupun pariwisata sehingga kontribusi sektor pariwisata terhadap total ekspor barang dan jasa mengalami penurunan pada tahun 2007, yaitu dari 4.02 persen menjadi 3.97 persen. Selanjutnya pada tahun 2008, kontribusi sektor pariwisata terhadap total ekspor jasa sudah melebihi separuhnya (52.84 persen) dan terhadap total ekspor barang dan jasa mencapai 4.56 persen, seperti terlihat dalam Tabel 1.


(28)

(29)

4

Kinerja sektor pariwisata sebagai penghasil devisa ditentukan oleh kemampuan kita untuk mendatangkan sebanyak mungkin wisatawan mancanegara ke Indonesia. Oleh karena itu, jumlah kunjungan wisatawan mancanegara sangat berpengaruh terhadap besarnya devisa yang diperoleh dari sektor pariwisata. Semakin besar jumlah wisatawan mancanegara, maka secara total akan semakin besar uang yang dibelanjakan oleh wisatawan.

Kunjungan wisatawan mancanegara ke Indonesia memiliki pergerakan positif dari tahun ke tahun. Tetapi sejak tahun 1998 jumlah kunjungan wisatawan mancanegara mengalami pergerakan naik turun yang tidak menentu. Begitu juga dengan devisa dari sektor pariwisata, karena devisa sektor pariwisata sangat tergantung jumlah wisatawan mancanegara yang datang ke Indonesia. Bahkan penurunan devisa sudah tampak sejak tahun 1997.

Di masa mendatang, sektor pariwisata ini diharapkan akan lebih memainkan peran yang semakin kuat terutama dalam menghadapi berlangsungnya revolusi 3T (Transportation, Telecomunication, and Tourism). Keberhasilan dalam revolusi 3T ini ditunjukkan melalui beberapa indikator, seperti semakin berkembangnya berbagai kegiatan ekonomi, volume perdagangan serta jumlah manusia yang melakukan perjalanan, yang hampir merata di seluruh dunia. Untuk mengantisipasi perkembangan yang terjadi, dibutuhkan adanya suatu kajian kuantitatif untuk menunjang rencana yang matang agar kebijakan pemerintah di bidang pariwisata lebih terarah sehingga pembangunan pariwisata Indonesia dapat lebih berkembang secara pesat di masa yang akan datang.

Kegiatan pariwisata beserta pengeluarannya dalam melakukan perjalanan, rekreasi, menginap di hotel, serta penggunaan fasilitas jasa-jasa


(30)

5

hiburan lainnya, yang dilakukan baik oleh wisatawan mancanegara maupun nusantara, memberikan penghasilan pada sektor-sektor terkait. Di samping itu permintaan wisatawan akan barang dan jasa akan merangsang pertumbuhan produksi dan pendapatan nasional/regional, baik langsung maupun tidak langsung. Di sisi lain pengeluaran penduduk Indonesia yang melakukan perjalanan di luar negeri untuk rekreasi, menginap di hotel, serta penggunaan fasilitas jasa-jasa hiburan lainnya di luar Indonesia akan mengurangi penerimaan devisa negara, termasuk di dalamnya perjalanan ibadah haji dan umroh. Hal ini akan berpengaruh dalam neraca pembayaran luar negeri.

Neraca pembayaran luar negeri (Balance of Payment/BOP) mempunyai peranan sangat strategis dalam pembangunan ekonomi Indonesia, yang sistem ekonominya terbuka dan transaksi eksternalnya makin terus membesar. Total perdagangan luar negeri (jumlah ekspor) berkembang sangat pesat dari US$100,798.6 juta menjadi US$137 020.4 juta dalam kurun waktu 2006 - 2008.

Di samping peranannya secara nyata yang memang terus meningkat, BOP punya peran strategis dalam menjamin stabilitas pembangunan ekonomi. Defisit dalam BOP yang besar dan berkepanjangan menimbulkan kekhawatiran kalau ekonomi Indonesia tidak dapat membiayai impor dan membayar kewajiban-kewajiban internasional. Sehingga menimbulkan spekulasi bahwa pemerintah akan melakukan tindakan moneter maupun fiskal untuk memperbesar penerimaan devisa dan menekan pengeluaran. Spekulasi akan jatuhnya nilai rupiah (devaluasi) justru mendorong permintaan akan valuta asing, sehingga menimbulkan goncangan ekonomi, dan memerlukan kebijaksanaan yang tepat untuk mengatasinya.


(31)

6

Peran BOP di masa depan dalam era globalisasi dan perdagangan bebas akan makin bertambah penting dengan makin berkembangnya perdagangan dan investasi luar negeri. Sementara itu peran pariwisata dalam BOP sangat positip, karena menyumbang "surplus" dalam perolehan devisa. Sedang neraca jasa secara keseluruhan masih selalu defisit. Namun demikian surplus neraca perjalanan ini ada kecenderungan yang terus semakin menurun.

Pada tahun 1993 sampai dengan 1996 terjadi peningkatan penerimaan devisa dari sektor pariwisata, sementara pengeluaran devisa pariwisata masih lebih rendah jika dibandingkan dengan peningkatan penerimaannya sehingga neraca pariwisatanya masih menunjukkan pertumbuhan yang positip seperti terlihat dalam Gambar 2.

-6.00 -4.00 -2.00 0.00 2.00 4.00 6.00 8.00

Tahun

M

il

ia

r

U

S

$

Inbound 3.99 4.79 5.23 6.31 5.32 4.33 4.71 5.75 5.43 4.5 4.04 4.8 4.52 4.45 5.35 7.35 Outbound -1.54 -1.9 -2.17 -2.4 -2.41 -2.1 -2.35 -3.2 -2.35 -2.96 -3.19 -3.39 -2.81 -3.86 -4.33 -5.25 Balance 2.45 2.89 3.06 3.91 2.91 2.23 2.36 2.55 3.08 1.53 0.85 1.41 1.71 0.59 1.02 2.1

1993 1994 1995 1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008

Sumber: Badan Pusat Statistik, 2008 (diolah)


(32)

7

Sejak terjadinya krisis ekonomi pada pertengahan 1997 telah mengakibatkan neraca perjalanan ini mengalami penurunan walaupun jumlah penduduk Indonesia yang pergi ke luar negeri juga menurun tetapi penurunan jumlah wisman yang berkunjung ke Indonesia jauh lebih banyak. Hal ini semata-mata tidak disebabkan oleh jatuhnya nilai rupiah terhadap semata-mata uang US$ yang mestinya akan lebih meningkatkan jumlah kunjungan wisman ke Indonesia karena harga barang di Indonesia menjadi murah di mata asing, akan tetapi terjadinya krisis multidimensi di Indonesia menjadi salah satu penyebab menurunnya jumlah kunjungan wisman, terutama yang berkaitan dengan masalah keamanan.

Untuk mengatisipasi fluktuasi penerimaan devisa di sektor pariwisata perlu adanya metode estimasi yang secara statistik bisa dipertanggung-jawabkan agar supaya arah kebijakan nasional di sektor ini menjadi lebih terarah. Sampai dengan saat ini masih terbatas adanya kajian tentang model ekonometrika untuk mencari faktor-faktor yang mempengaruhi neraca pariwisata. Dengan model ekonometrika bisa dilakukan simulasi untuk melihat fluktuasi penerimaan maupun pengeluaran devisa pariwisata jika faktor yang mempengaruhinya terjadi perubahan.

1.2. Rumusan Masalah

Sesuai dengan definisi dalam Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2009 tentang Kepariwisataan, yang dimaksud dengan pariwisata adalah berbagai macam kegiatan wisata dan didukung berbagai fasilitas serta layanan yang disediakan oleh masyarakat, pengusaha, dan pemerintah baik pusat maupun daerah. Selanjutnya pariwisata internasional dapat didefinisikan sebagai rangkaian


(33)

8

kegiatan wisata yang dilakukan oleh wisatawan mancanegara (inbound) maupun wisatawan Indonesia yang pergi ke luar negeri (outbound).

Perkembangan teknologi informasi yang begitu cepat saat ini memudahkan seseorang untuk memperoleh informasi secara cepat dan mudah. Mudahnya memperoleh informasi ini sejalan dengan era globalisasi dan terjadinya liberalisasi sektor ekonomi di berbagai negara, merupakan tantangan besar bagi segenap negara di dunia pada abad 21 ini. Liberalisasi dan globalisasi tentu saja menempatkan negara-negara berkembang, termasuk Indonesia, pada posisi yang harus menghadapi tantangan semakin kompleks untuk menuju pada langkah kompetitif dan tetap dapat berpartisipasi dalam persaingan global.

Pariwisata seperti halnya sektor perekonomian lainnya, memiliki peluang semakin berkembang yang cukup besar, dengan adanya liberalisasi. Hal tersebut disebabkan oleh karena semakin mudahnya akses sarana transportasi antarnegara serta semakin terbukanya penduduk melakukan perjalanan antarnegara, meningkatnya volume perdagangan internasional, dan masuknya/ keluarnya investasi dari/ke luar negeri.

Kunjungan wisatawan mancanegara ke Indonesia mengalami pertumbuhan yang cukup signifikan terjadi pada periode tahun 1991-1994, di mana pada tahun 1991 Indonesia mencanangkan program Visit Indonesia Year

1991 walaupun pada tahun tersebut terjadi perang teluk antara Irak dengan Kuwait yang didukung oleh Amerika Serikat. Pada saat itu Indonesia cukup optimis bahwa jumlah kunjungan wisatawan mancanegara ke Indonesia bisa mencapai 6 juta sebelum tahun 2000.


(34)

9

Terjadinya krisis ekonomi global pada bulan Juli 1997 menjadi salah satu pemicu turunnya jumlah wisatawan mancanegara yang berkunjung ke Indonesia. Pada tahun tersebut pertumbuhan jumlah wisatawan mancanegara hanya mencapai 2.99 persen jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya, dimana 7 tahun sebelumnya selalu mengalami pertumbuhan 2 dijit. Pada tahun berikutnya terjadi krisis multidemensi yang memperparah imej Indonesia di mata dunia dengan terjadinya kerusuhan yang melanda di hampir semua kota-kota besar Indonesia. Tingkat keamanan inilah yang menjadi pemicu turunnya jumlah kunjungan wisatawan mancanegara di Indonesia di mana pada tahun 1998 terjadi penurunan jumlah kunjungan wisman sebesar 11.16 persen. Di sisi lain jumlah penduduk Indonesia yang pergi ke luar negeri meningkat cukup signifikan.

Upaya pemulihan untuk keluar dari krisis multidemensi sudah mulai nampak hasilnya di awal tahun 2002. Namun demikian pada tahun 2002 jumlah kunjungan wisatawan mancanegara menurun 2.33 persen dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Hal ini dipengaruhi oleh berbagai gejolak, khususnya faktor keamanan seperti tragedi peledakan Bom 14 Oktober 2002 di Bali yang sangat mempengaruhi pertumbuhan pariwisata secara signifikan, khususnya wisatawan mancanegara. Kondisi stagnasi pariwisata Indonesia tentu saja memerlukan pemikiran kembali dari berbagai pijakan pengembangannya dan terobosan-terobosan baru sangat diperlukan sebagai salah satu langkah untuk mengangkat citra pariwisata nasional.

Namun tiga tahun terakhir jumlah kunjungan wisatawan mancanegara ke Indonesia menunjukkan adanya pertumbuhan positip dua dijit, yaitu 13.02 persen pada tahun 2007 dan 13.24 persen pada tahun 2008. Hal ini merupakan prestasi


(35)

10

sendiri bagi dunia pariwisata Indonesia yang didukung oleh pemerintah baik pusat maupun daerah untuk terus meningkatkan jumlah kunjungan wisatawan dari luar negeri. Banyak faktor yang mempengaruhi minat seseorang untuk melakukan perjalanan, termasuk wisatawan mancanegara. Selain faktor keamanan di negara yang akan dikunjungi wisatawan seperti yang telah diuraikan di atas, faktor pendapatan, harga tiket penerbangan, dan lain sebagainya juga akan berpengaruh terhadap minat sesorang untuk melakukan perjalanan wisata.

Di satu sisi pariwisata sebagai industri yang tengah berada dalam lingkungan kompetisi dunia yang sangat ketat memerlukan inovasi dan strategi bersaing dalam memposisikan produk dan pasarnya. Keterkaitan lintas sektoral pariwisata akan menjadi mata rantai pendukung bagi gerak ke depan (moving forward) pembangunan nasional. Tingginya efek multiganda dari pendapatan di sektor pariwisata akan sangat banyak memberikan kontribusi dan dampak berantai terhadap berbagai sektor dalam pendapatan nasional maupun regional.

Industri pariwisata banyak memiliki keterkaitan dengan berbagai isu yang populer di dunia. Sebagai salah satu sektor yang bergerak pada bidang jasa, isu-isu yang ada memiliki pengaruh besar terhadap keyakinan konsumen, yaitu wisatawan terutama dalam kaitannya dengan motivasi perjalanan pada suatu daerah tujuan wisata. Isu yang negatif akan cenderung berakibat negatif terhadap penilaian konsumen, sementara isu-isu yang positif juga akan berdampak pada penilaian yang positif dari wisatawan.

Beberapa isu pariwisata internasional yang diperkirakan cukup mempengaruhi industri kepariwisataan dunia, khususnya Indonesia adalah isu mengenai hak asasi, terorisme, dan keamanan. Ketiganya memiliki keterkaitan


(36)

11

erat, dan dalam hal ini Indonesia masuk sebagai salah satu kawasan yang rawan terhadap isu-isu tersebut.

Pasca peristiwa WTC (World Trade Center) 11 September 2001 isu mengenai terorisme terus berkembang dan meluas di berbagai negara. Sikap anti terorisme yang kemudian berkembang menjadi isu SARA terutama terhadap agama Islam, di mana kemudian muncul berbagai reaksi dan memiliki dampak yang kurang baik terhadap kaum muslimin. Dalam konsekuensi yang lebih besar isu ini kemudian berkembang menjadi sikap anti muslim, yang berdampak pada citra negatif negara-negara Islam, termasuk Indonesia. Keadaan demikian secara tidak langsung telah menjadi hambatan bagi pihak-pihak yang ingin mengadakan perjalanan ke negara-negara Islam, termasuk wisatawan.

Berdasarkan uraian di atas, maka rumusan masalahnya adalah:

1. Banyaknya faktor yang mempengaruhi penduduk untuk melakukan perjalanan internasional berbeda-beda untuk setiap negara. Demikian juga halnya dengan pengeluaran mereka selama dalam perjalanan yang merupakan lalu-lintas devisa antarnegara. Oleh karena itu salah satu rumusan masalah dalam disertasi ini adalah: faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi penerimaan devisa yang dibawa oleh wisatawan mancanegara dan pengeluaran devisa yang dibawa oleh penduduk Indonesia ke luar negeri?

2. Bagaimana dampak inbound dan outbound serta lalu lintas devisa yang masuk dan keluar Indonesia saat terjadi shock di dalam negeri?

3. Pemasukan devisa yang dibawa oleh wisman akan memberikan dampak ekonomi yang positip. Seberapa jauh dampak tersebut terhadap perkonomian Indonesia?


(37)

12

1.3. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah:

1. Mengkaji faktor-faktor yang mempengaruhi penerimaan devisa yang dibawa oleh wisman dan pengeluaran devisa yang dibawa oleh penduduk Indonesia ke luar negeri.

2. Melakukan estimasi jumlah kunjungan wisman dan penduduk Indonesia yang pergi ke luar negeri serta berapa banyaknya devisa yang masuk dan ke luar Indonesia dengan menggunakan model ekonometrika serta melakukan simulasi kebijakan untuk mengetahui dampaknya terhadap inbound dan

outboud serta lalu lintas devisanya

3. Mengukur dan menganalisis dampak ekonomi dari devisa yang dibawa oleh wisman.

1.4. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat:

1. Sebagai bahan masukan pemerintah dalam merumuskan kebijakan di bidang pariwisata dalam upaya meningkatkan penerimaan devisa melalui wisman serta pengeluaran devisa melalui penduduk Indonesia yang pergi ke luar negeri.

2. Sebagai bahan rencana pengembangan usaha oleh penyedia jasa pariwisata dengan melihat peluang dan prospek meningkatnya lalu lintas penduduk antarnegara.

1.5. Ruang Lingkup dan Keterbatasan

Pembahasan dalam penelitian ini akan mencakup peran pariwisata internasional dalam perekonomian Indonesia, analisis perkembangan pariwisata


(38)

13

dengan menggunakan model ekonometrika untuk mengetahui peran masing-masing faktor yang mempengaruhi kunjungan wisatawan mancanegara serta penduduk Indonesia yang pergi ke luar negeri.

Ada beberapa keterbatasan dalam penelitian ini:

1. Data pergerakan manusia antar negara selama ini pencatatannya dilakukan oleh imigrasi, sehingga mereka yang melakukan perjalanan secara ilegal (tidak melalui pintu imigrasi) maka tidak akan dicatat dalam statistik inbound dan

outbound.

2. Data penduduk Indonesia yang pergi ke luar negeri dari imigrasi hanya bisa diketahui jumlahnya, sementara tujuan negara mereka pergi ke luar negeri tidak dicatat oleh imigrasi. Di sisi lain wisatawan mancanegara bisa diketahui asal negaranya maupun kebangsaaannya.

3. Lalu lintas devisa yang dihitung tidak bisa langsung dilakukan secara bersamaan dan terus menerus seperti pencatatan ekspor-impor barupa barang yang dilakukan oleh bea cukai. Sehingga data lalu lintas devisanya dihitung berdasarkan perkalian jumlah orang yang berkunjung dengan rata-rata pengeluarannya yang diperoleh melalui survei secara terpisah.

4. Survei rata-rata pengeluaran wisman (inbound) maupun penduduk Indonesia yang pergi ke luar negeri (outbound) yang dilakukan setahun dua kali, yaitu pada masa low dan peak, belum sepenuhnya mewakili pengeluaran inbound

maupun outbound karena keterbatasan jumlah sampel serta karakteristik populasi yang selalu berubah setiap tahunnya sehingga sampling frame yang digunakan bisa berbeda dengan karakteristik populasi pada tahun saat survei dilaksanakan. Namun demikian data pengeluaran ini tidak tersedia selain dari hasil survei ini.


(39)

14

5. Survei tentang pengeluaran haji selama ini belum pernah dilakukan. Oleh karena itu diasumsikan bahwa Ongkos Naik Haji (ONH) atau Biaya Perjalanan Ibadah Haji (BPIH) sebagai proxy pengeluaran haji selama berada di luar negeri.


(40)

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pemahaman Pariwisata

2.1.1. Pariwisata dari Sisi Penawaran

Pariwisata dapat di lihat dari dua sisi, yaitu sisi penawaran dan sisi permintaan. Dari sisi penawaran, pariwisata adalah usaha yang menyediakan barang dan atau jasa bagi pemenuhan kebutuhan wisatawan dan penyelenggaraan pariwisata. Berdasarkan Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2009 tentang Kepariwisataan, usaha pariwisata terdiri dari 13 jenis usaha, yaitu:

1. Usaha daya tarik wisata, yaitu usaha yang kegiatannya mengelola daya tarik wisata alam, daya tarik wisata budaya, dan daya tarik wisata buatan manusia. 2. Usaha kawasan pariwisata, yaitu usaha yang kegiatannya membangun dan

atau mengelola kawasan dengan luas tertentu untuk memenuhi kebutuhan pariwisata.

3. Usaha jasa transportasi wisata, yaitu usaha khusus yang menyediakan angkutan untuk kebutuhan dan kegiatan pariwisata, bukan angkutan transportasi reguler/umum.

4. Usaha jasa perjalanan wisata terdiri dari usaha biro perjalanan wisata dan usaha agen perjalanan wisata. Usaha biro perjalanan wisata meliputi usaha penyediaan jasa perencanaan perjalanan dan atau jasa pelayanan dan penyelenggaraan pariwisata, termasuk penyelenggaraan perjalanan ibadah. Sementara usaha agen perjalanan wisata adalah usaha jasa pemesanan sarana, seperti pemesanan tiket dan pemesanan akomodasi serta pengurusan dokumen perjalanan.


(41)

16

5. Usaha jasa makanan dan minuman, yaitu usaha jasa penyediaan makanan dan minuman yang dilengkapi dengan peralatan dan perlengkapan untuk proses pembuatan, dapat berupa restoran, kafe, jasa boga, dan bar/kedai minum. 6. Usaha penyediaan akomodasi, yaitu usaha yang menyediakan pelayanan

penginapan yang dapat dilengkapi dengan pelayanan pariwisata lainnya. Usaha penyediaan akomodasi bisa berupa hotel, vila, pondok wisata, bumi perkemahan, persinggahan karavan, dan akomodasi lainnya yang digunakan untuk tujuan pariwisata.

7. Usaha penyelenggaraan kegiatan hiburan dan rekreasi, yaitu usaha yang ruang lingkup kegiatannya berupa usaha seni pertunjukan, arena permainan, karaoke, bioskop, sertakegiatan hiburan dan rekreasi lainnya yang bertujuan untuk pariwisata.

8. Usaha penyelenggaraan pertemuan, perjalanan insentif, konferensi, dan pameran, yaitu usaha yang memberikan jasa bagi suatu pertemuan sekelompok orang, menyelenggarakan perjalanan bagi karyawan dan mitra usaha sebagai imbalan atas prestasinya, serta menyelenggarakan pameran dalam rangka menyebarluaskan informasi dan promosi suatu barang dan jasa yang berskala nasional, regional, dan internasional.

9. Usaha jasa informasi pariwisata, yaitu usaha yang menyediakan data, berita,

feature, foto, video, dan hasil penelitian mengenai kepariwisataan yang disebarluaskan dalam bentuk bahan cetak dan atau elektronik.

10.Usaha jasa konsultan pariwisata, yaitu usaha yang menyediakan saran dan rekomendasi mengenai studi kelayakan, perencanaan, pengelolaan usaha, penelitian, dan pemasaran di bidang kepariwisataan.


(42)

17

11.Usaha jasa pramuwisata, yaitu usaha yang menyediakan dan atau mengoordinasikan tenaga pemandu wisata untuk memenuhi kebutuhan wisatawan dan atau kebutuhan biro perjalanan wisata.

12.Usaha wisata tirta, yaitu usaha yang menyelenggarakan wisata dan olahraga air, termasuk penyediaan sarana dan prasarana serta jasa lainnya yang dikelola secara komersial di perairan laut, pantai, sungai, danau, dan waduk.

13.Usaha spa, yaitu usaha perawatan yang memberikan layanan dengan metode kombinasi terapi air, terapi aroma, pijat, rempah-rempah, layanan makanan/minuman sehat, dan olah aktivitas fisik dengan tujuan menyeimbangkan jiwa dan raga dengan tetap memperhatikan tradisi dan budaya bangsa.

2.1.2. Pariwisata dari Sisi Permintaan

Berdasarkan rekomendasi tentang statistik pariwisata yang diadopsi dari

World Tourism Organization oleh United Nations Statistical Commission pada tahun 1993 bahwa pariwisata dari sisi permintaan dapat dibedakan menjadi tiga jenis (Gambar 3), yaitu:

1. Domestic tourism1, yaitu penduduk suatu negara yang melakukan perjalanan dalam wilayah terotori negara dimana mereka tinggal

2. Inbound tourism, yaitu penduduk luar negeri yang melakukan perjalanan ke suatu negara

1

Domestik dalam pengertian pariwisata di sini berbeda dengan domestik dalam pendapatan nasional. Dalam konteks pariwisata pengertian domestik ini merujuk pada penduduk Indonesia yang melakukan perjalanan di wilayah Indonesia baik WNI maupun WNA tetapi tidak termasuk penduduk luar negeri, sementara domestik dalam pendapatan nasional merujuk pada semua aktivitas ekonomi yang ada di wilayah Indonesia baik yang dilakukan oleh penduduk Indonesia maupun penduduk luar negeri


(43)

18

3. Outbound tourism, yaitu penduduk yang melakukan perjalanan ke luar negeri.

Sumber: Recommendation of Tourism Statistics, World Tourism Organization, 1994

Gambar 3. Form of Tourism

Dari tiga klasifikasi seperti yang terlihat pada Gambar 3 dapat dilakukan redefinisi menjadi tiga jenis, yaitu:

1. Internal tourism, yang terdiri dari inbound tourism dan domestic tourism di mana aktivitas pariwisata terjadi dalam wilayah teritori suatu negara baik yang dilakukan oleh penduduk yang ada di negara tersebut maupun penduduk luar negeri

2. National tourism, terdiri dari domestic tourism dan outbound tourism adalah aktivitas pariwisata yang dilakukan oleh penduduk suatu negara baik di dalam negeri maupun di luar negeri

Domestic

Outbound

Inbound

International

Inte rna

l Nationa

l


(44)

19

3. International tourism, yaitu aktivitas pariwisata internasional yang melibatkan penduduk suatu negara di luar negeri dan penduduk luar negeri di negara yang bersangkutan.

Pokok bahasan dalam tulisan ini adalah international tourism yang berkaitan dengan inbound (wisatawan mancanegara) dan outbound (penduduk Indonesia yang pergi ke luarnegeri).

Batasan wisatawan mancanegara (wisman) atau inbound adalah setiap orang yang mengunjungi suatu negara di luar tempat tinggalnya, didorong oleh satu atau beberapa keperluan tanpa bermaksud memperoleh penghasilan di tempat yang dikunjungi. Wisatawan mancanegara pada dasarnya dibagi dalam dua golongan (Gambar 4).

1. Wisatawan (tourist), yaitu pengunjung yang tinggal di negara yang dituju paling sedikit 24 jam, akan tetapi tidak lebih dari 6 (enam)2 bulan, dengan tujuan: (1) berlibur, rekreasi dan olah raga; (2) bisnis, mengunjungi teman dan keluarga, misi, menghadiri pertemuan, konferensi, kunjungan dengan alasan kesehatan, belajar, dan keagamaan.

2. Pelancong (excursionist), yaitu pengunjung yang tinggal di negara yang dituju kurang dari 24 jam, termasuk cruise passanger (penumpang kapal pesiar)yang berkunjung ke suatu negara dengan kapal pesiar untuk tujuan wisata, lebih atau kurang dari 24 jam tetapi tetap menginap di kapal bersangkutan.

2

Batasan yang digunakan oleh WTO sebenarnya adalah 1 (satu) tahun, namun karena konsep kependudukan di Indonesia adalah 6 (enam) bulan, maka definisi wisatawan ini disesuaikan dengan konsep Indonesia.


(45)

20

Orang yg Melakukan Perjalanan

Termasuk dlm

Statistik Tdk. Masuk dlm Statistik

Wisatawan Pelancong

Bukan Penduduk Indonesia

WNI yang Tinggal di Luar Negeri

Awak Kapal/ Pesawat Bukan Penduduk

Indonesia

Awak Kapal/ Pesawat Pengunjung Kurang dari 24 jam Penumpang Kapal Pesiar Maksud

Kunjungan Berlibur

Bisnis

Kesehatan

Belajar

Misi/ Pertemuan/

Kongres

Mengunjungi Teman/ Keluarga

Lainnya Olahraga Agama

Pengungsi Penumpang

Transit Nomaden

Pekerja Perbatasan

Anggota Angkatan Bersenjata

Perwakilan Konsulat

Diplomat Imigran Sementara

Imigran Tetap

Pengunjung

Sumber: Recommenation on Tourism Statistics, World Tourism Organization, 1993


(46)

21

Konsep wisatawan Indonesia yang pergi ke luar negeri (outbound) adalah kebalikan dari inbound, yaitu penduduk Indonesia yang melakukan perjalanan ke luar negeri bukan untuk bekerja atau memperoleh penghasilan di luar negeri dan tinggal tidak lebih dari 6 bulan3 berturut-turut dengan maksud kunjungan untuk: (1) Berlibur, (2) Pekerjaan/bisnis, (3) Kesehatan, (4) Pendidikan, (5) Misi/pertemuan/kongres, (6) Mengunjungi teman/keluarga, (7) Keagamaan, (8) Olahraga, dan (9) Lainnya. Sehingga dalam klasifikasi ini termasuk penduduk Indonesia yang melakukan perjalanan untuk ibadah haji dan umroh.

2.1.3. Neraca Perjalanan Wisata

Wisatawan mancanegara yang membelanjakan uangnya selama mereka di Indonesia akan berdampak secara nasional maupun lokal di daerah yang mereka kunjungi. Pengeluaran 4 mereka untuk akomodasi, makan, transportasi lokal (domestic transport), souvenir dan lain-lain adalah merupakan pemasukan devisa melalui konsumsi barang dan jasa seperti tersebut di atas yang mereka nikmati selama mereka di Indonesia maupun yang mereka bawa pulang ke negeri asalnya.

Dalam konteks balance of payment (neraca pembayaran), pariwisata merupakan bagian daritravel balance (neraca perjalanan)dalam neraca jasa-jasayang didefinisikan sebagai selisih antara penerimaan devisa dari luar negeri yang dibawa oleh wisatawan mancanegara (inbound) dengan pengeluaran devisa

3

Berdasarkan konsep WTO adalah 1 (satu) tahun. Namun disesuaikan dengan konsep kependudukan Indonesia, apabila mereka tinggal sudah lebih dari 6 (enam) bulan di luar negeri secara berturut-turut meraka tidak dianggap sebagai penduduk Indonesia. Dalam menghitung jumlah outbound di sini menurut IMF termasuk mereka yang tinggal lebih dari satu tahun di luar negeri dengan tujuan untuk belajar (student) dan berobat (medical patient)

4

Sebenarnya konsumsi mereka tidak hanya jasa tetapi juga barang, namun semua ini tidak melalui proses kepabeanan sehingga secara internasional transaksi ini dimasukkan dalam kelompok jasa.


(47)

22

ke luar negeri yang dibawa oleh penduduk Indonesia yang melakukan perjalanan ke luar negeri (outbound). Perjalanan dalam hal ini adalah perjalanan di luar lingkungan kesehariannya kurang dari enam bulan berturut-turut dan bukan untuk memperoleh penghasilan di tempat (negara) yang dikunjungi. Dalam neraca jasa sektor pariwisata ini sering juga disebut sebagai “invisible” ekspor dan impor

karena keunikan proses terjadinya perdagangan,di mana wisatawan sebagai konsumen mengkonsumsi jasa/barang di negara asal jasa/barang.

Penghitungan devisa pariwisata ini tidak seperti penghitungan ekspor-impor barang yang dicatat melalui bea cukai. Devisa pariwisata yang diterima dihitung melalui estimasi berdasarkan jumlah wisatawan yang berkunjung ke Indonesia dikalikan dengan rata-rata pengeluaran mereka selama berada di Indonesia yang diperoleh dari hasil “Passangers’ Exit Survey” (PES) yang

dilakukan oleh Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata. Sementara hal yang sama juga dilakukan untuk menghitung jumlah devisa yang dibawa oleh penduduk Indonesia yang melakukan perjalanan ke luar negeri, yaitu merupakan perkalian antara jumlah penduduk Indonesia yang pergi ke luar negeri dengan rata-rata pengeluaran mereka selama berada di luar negeri yang diperoleh melalui

Survey Outbound yang dilakukan oleh instansi yang sama.

2.2. Penelitian yang Pernah Dilakukan

Pariwisata adalah merupakan produk jasa yang sulit jika menghitungnya dengan pendekatan dari sisi penawaran. Untuk menghitung volume maupun nilai perdagangan jasa (services) jauh lebih sulit jika dibandingkan dengan volume dan nilai perdagangan barang (goods) sehingga baik besaran maupun pertumbuhan


(48)

23

perdagangan jasa menjadi kurang yakin. Lipsey (2006) mencoba untuk mendiskripsikan tentang perdagangan jasa (export dan import) dengan menggunakan beberapa contoh angka dari beberapa negara, antara lain Amerika Serikat. Berdasarkan data terakhir perdagangan jasa di dunia ini mencapai seperempat dari total perdagangan barang. Dari tahun ke tahun pertumbuhan perdagangan jasa ini terus meningkat, khususnya sejak tahun 1975. Ini dikarenakan sudah mulai banyak negara yang menghitung perdagangan jasa secara cermat, di mana pada tahun tahun sebelumnya masih sekedar diperkirakan dengan hasil yang masih underestimate.

Di Amerika sendiri, menurut Lepsey (2006), ekspor jasa, termasuk pariwisata telah mencapai 40 persen dari total ekspor barang, sementara impor jasanya mencapai 20 persen dari total impor jasa. Namun peningkatan impor jasa ini meningkat lebih cepat jika dibandingkan dengan peningkatan impor barang dalam lima tahun terakhir ini. Dibandingkan dengan output barang dan jasa, ekspor dan impor jasa ini jauh lebih kecil dari pada ekspor dan impor barang.

Untuk menghitung nilai ekspor dan impor jasa pariwisata ini berbeda dengan cara menghitung ekspor dan impor barang, di mana ekspor jasa dikonsumsi oleh bukan penduduk suatu negara (non-resident) sementara impor jasa dikonsumsi oleh penduduk suatu negara (resident) atas produk luar negeri di negara yang mereka kunjungi. Dalam hal ini jasa yang diekspor atau diimpor tidak melalui pencatatan oleh bea cukai (custom) yang bertugas untuk mencatat semua keluar-masuk barang dari dalam dan ke luar negeri. Kesulitan muncul saat jasa pendidikan di Amerika Serikat yang menerima mahasiswa dari luar negeri sebagai


(49)

24

menjadi tidak benar karena pada hakekatnya tidak terjadi ekspor. Dan perdagangan jasa yang terjadi adalah perdagangan domestik karena jasa tersebut dikonsumsi oleh penduduk dalam negeri sendiri. Namun berdasarkan Balance of Payment Manual edisi kelima oleh IMF (1993) dinyatakan bahwa khusus untuk pasien rumah sakit (medical patients) dan mahasiswa (students) tetap sebagai non-resident walaupun masa tinggalnya lebih dari satu tahun. Secara umum apabila penduduk tinggal di suatu negara lebih dari satu tahun tanpa melihat kewarganegaraanya dianggap sebagai resident.

Perbedaan antara data statistik dengan Balance of Payment dalam pencatatan perdagangan barang dan jasa terletak pada perpindahan kepemilikan barang bukan pada perpindahan fisik lokasi barang. Barang dan jasa yang dibeli dalam suatu negara oleh non-resident dicatat sebagai transaksi domestik untuk data statistik sementara dalam BOP dicatat sebagai ekspor jasa karena kepemilikannya telah berpindah dari produk negara tersebut ke non-resident. Sebaliknya, penduduk suatu negara yang pergi ke luar negeri dan mengkonsumsi barang/jasa di luar negeri, tidak akan dicatat dalam data statistik. Namun dalam BOP transaksi ini dicatat sebagai impor jasa karena adanya perpindahan kepemilikan dari barang/jasa produk luar negeri ke penduduk suatu negara.

Ada dua lembaga dunia yang menaungi aktivitas pariwisata yaitu WTO (World Trade Organization) dan UNWTO (United Nation World Tourism Organization). Pemahaman pariwisata dari kedua lembaga tersebut berbeda. Dalam WTO pengertian pariwisata hanya terbatas pada hotel, restoran, biro perjalanan dan pemandu wisata. Definisi ini mengacu pada General Agreement on Trade in Services (GATS). Sementara pengertian pariwisata dari UNWTO sangat


(50)

25

luas selain mencakup yang didefinisikan oleh WTO juga meliputi semua usaha yang melayani wisatawan (Roe et al., 2004).

Dalam menghadapi era globalisasi ini, negara berkembang, seperti Indonesia, menghadapi tantangan eksternal yang terus menekan laju pertumbuhan ekonomi yaitu meningkatnya harga minyak dunia dan gejolak nilai mata uang rupiah terhadap dolar Amerika Serikat. Selain itu tantangan eksternal yang dihadapi adalah komitmen Indonesia untuk melakukan liberalisasi perdagangan sesuai kesepakatan AFTA dan WTO. Di sisi lain tantangan internal juga menjadi hambatan tersendiri dalam mengatasinya seperti masalah kesempatan kerja (pengangguran yang meningkat), defisit neraca pembayaran yang kronis dan terus meningkat, hutang luar negeri yang terus meningkat dan kesenjangan yang semakin lebar dalam distribusi pendapatan (Gonarsyah etal., 2002).

Attanayake (1983) mengatakan, seperti aktivitas ekonomi lainnya, pariwisata internasional (inbound dan outbound) juga dipengaruhi oleh perekonomian dunia yang dinamis serta perubahan sosial ekonomi masyarakat. Kenaikan harga minyak dunia, isu terorisme serta situasi sosial politik dunia berdampak terhadap aktivitas perjalanan penduduk dunia. Namun tidak diragukan lagi bahwa pariwisata akan terus berkembang menjadi industri utama dunia.

Aly dan Mark (2002) dalam tulisannya mempertanyakan apakah terorisme akan memberikan dampak permanen atau sementara terhadap perkembangan pariwisata. Di Timur Tengah, terorisme, perang yang berkecamuk, dan ketidakstabilan negara menjadi faktor utama yang kontra produktif terhadap upaya pengembangan pariwisata. Untuk melihat shock dalam waktu tertentu apakah bersifat permanen atau sementara dengan menggunakan metode minimum


(51)

26

LM unit root test guna menentukan data series yang digunakan apakah stasioner atau tidak stasioner. Dari hasil uji hipotesa dengan level of significant sebesar 10persen untuk Mesir dan 1 persen untuk Israel menolak null hipotesa bahwa data series yang diuji ternyata stasioner artinya bahwa shock yang terjadi secara tidak langsung hanya bersifat sementara terhadap kunjungan wisatawan yang ada di kedua negara tersebut. Dalam tulisan tersebut juga dijelaskan bahwa terorisme yang terjadi di Mesir sebagian besar ditujukan kepada wisatawan dan daerah tujuan wisata, namun tidak demikian halnya yang terjadi di Israel. Dari data series yang dipakai untuk uji hipotesa menyatakan bahwa pada tahun 1991 terjadi shock

yang sangat significant terhadap perkembangan pariwisata di Timur Tengah saat terjadinya perang teluk.

Pariwisata memiliki dampak yang cukup signifikan dalam perekonomian suatu negara yaitu penerimaan devisa dari luar negeri serta penciptaan lapangan kerja sehingga tidak mengherankan bahwa pariwisata adalah merupakan kegiatan ekonomi yang ikut menggerakkan perekonomian dunia (Katafano, 2004).

Pariwisata adalah industri yang cukup besar di dunia dan wisata cruise atau wisata dengan kapal pesiar berkembang cukup pesat dua puluh tahun terakhir ini. Dalam pelayanannya jenis wisata ini tidak membutuhkan fasilitas infrastruktur yang cukup besar seperti hotel karena mereka akan menggunakan sarana akomodasi di dalam kapal. Namun demikian kebocoran penerimaan devisa pada pariwisata cukup besar di mana pengeluaran mereka selama berada di Indonesia akan mengalir kembali ke luar negeri khususnya makanan dan minuman(Chase dan McKee, 2003).


(52)

27

SelanjutnyaChase dan McKee (2003) mengukur dampak ekonomi pariwisata kapal pesiar di Jamaica menggunakan model Keynesian dengan tiga persamaan regresi masing-masing untuk melihat dampak terhadap pengeluaran pemerintah, import, dan investasi. Dari hasil penelitiannya menunjukkan bahwa pariwisata kapal pesiar tidak berdampak terhadap pengeluaran pemerintah. Namun multiplier dalam persamaan investasi menunjukkan bahwa pariwisata kapal pesiar ini akan meningkatkan investasi di Jamaica. Demikian juga halnya dalam persamaan impor, jenis pariwisata ini memberikan pengaruh yang cukup signifikan. Ini menunjukkan bahwa devisa yang dibawa oleh wisatawan ke Jamaica oleh wisatawan, sebagian akan mengalir kembali ke luar negeri dalam bentuk impor makanan dan minuman yang dikonsumsi oleh wisatawan.

Pada tahun 1960an sampai dengan 1970an pariwisata mulai berperan dalam neraca pembayaran dan sebagai salah satu sumber utama penerimaan devisa. Pada tahun 1980an sampai dengan 1990an pariwisata mulai menjadi perhatian karena dampak positipnya dalam perekonomian baik langsung maupun tidak langsung terhadap penerimaan pemerintah, pendapatan nasional dan tenaga kerja. Secara umum pariwisata merupakan sektor yang tumbuh secara pesat di negara berkembang yang mempunyai dampak multidimensi (Aly, 2002).

Menurut Roe et tal. (2004), pariwisata sebagai sektor tumbuh begitu pesat di negara berkembang. Pada tahun 2004 sumbangan kegiatan pariwisata dan perjalanan sebesar 11 persen terhadap GDP dunia sementara ekpor pariwisata (inbound) mencapai 6-7 persen dari total ekspor barang dan jasa. Pada tahun 1980 ekspor ini baru mencapai 4 persen meningkat menjadi 5 persen pada tahun 1990 dan pada tahun 1995 meningkat menjadi 6 persen.


(1)

2. TA_MLY Y_MLY C_MLY I_MLY G_MLY X_MLY M_MLY POP_MLY TE_MLY

CPI_MLY ER_MLY R_MLY MS_MLY FA_MLY YC_MLY P_MLY

PS_MLY

PT_MLY FET_MLY ERI_MLY ERS_MLY ERT_MLY D1 D2 D3 D4

Wisman yang berasal dari Malaysia PDB Malaysia (atas dasar harga konstan) Nilai konsumsi negara Malaysia

Nilai investasi negara Malaysia Pengeluaran pemerintah Malaysia Nilai ekspor negara Malaysia Nilai impor negara Malaysia Jumlah penduduk Malaysia

Rata-rata pengeluaran wisman asal Malaysia di Indonesia

Indek harga konsumen di Malaysia Nilai tukar RM terhadap US$

Tingkat suku bunga deposito (mata uang asing) Uang beredar di Malaysia

Nilai asset asing di Malaysia Pendapatan per kapita Malaysia

Harga pariwisata Indonesia bagi wisman Malaysia

Harga pariwisata Singapura bagi wisman Malaysia

Harga pariwisata Thailand bagi wisman Malaysia Penerimaan devisa dari wisman Malaysia Nilai tukar RM terhadap Rupiah

Nilai tukar RM terhadap Dollar Singapura Nilai tukar RM terhadap Baht Thailand Tahun 1998 = 1, lainnya 0

Tahun 1997, 1998 = 1, Lainnya 0 Tahun 1997 = 1, lainnya 0 Tahun 1986 = 1, lainnya = 0

Orang Milyar US$ Milyar US$ Milyar US$ Milyar US$ Milyar US$ Milyar US$ Juta orang

US$

Persentase Unit Persentase Milyar US$ Milyar US$ 000 US$

Milyar US$ Unit Unit Unit


(2)

3. TA_JPN Y_JPN C_JPN I_JPN G_JPN X_JPN M_JPN POP_JPN TE_JPN

CPI_JPN ER_JPN R_JPN MS_JPN FA_JPN YC_JPN P_JPN PS_JPN PM_JPN PT_JPN FET_JPN ERI_JPN ERS_JPN

ERM_JPN ERT_JPN D1 D2

Wisman yang berasal dari Jepang PDB Jepang (atas dasar harga konstan) Nilai konsumsi negara Jepang

Nilai investasi negara Jepang Pengeluaran pemerintah Jepang Nilai ekspor negara Jepang Nilai impor negara Jepang Jumlah penduduk Jepang

Rata-rata pengeluaran wisman asal Jepang di Indonesia

Indek harga konsumen di Jepang Nilai tukar Yen Jepang terhadap US$

Tingkat suku bunga deposito (mata uang asing) Uang beredar di Jepang

Nilai asset asing di Jepang Pendapatan per kapita Jepang

Harga pariwisata Indonesia bagi wisman Jepang Harga pariwisata Singapura bagi wisman Jepang Harga pariwisata Malaysia bagi wisman Jepang Harga pariwisata Thailand bagi wisman Jepang Penerimaan devisa dari wisman Jepang Nilai tukar Yen Jepang terhadap Rupiah Nilai tukar Yen Jepang terhadap Dollar Singapura

Nilai tukar Yen Jepang terhadap Ringgit Malaysia Nilai tukar Yen Jepang terhadap Baht Thailand Tahun 2003 dan 2006 = 1, lainnya 0

Tahun 1991, 1992 = 1, Lainnya 0

Orang Milyar US$ Milyar US$ Milyar US$ Milyar US$ Milyar US$ Milyar US$ Juta orang

US$

Persentase Unit Persentase Milyar US$ Milyar US$ 000 US$

Milyar US$ Unit Unit

Unit Unit


(3)

4. TA_AUS Y_AUS C_AUS I_AUS G_AUS X_AUS M_AUS POP_AUS TE_AUS

CPI_AUS ER_AUS R_AUS MS_AUS FA_AUS YC_AUS P_AUS

PS_AUS

PM_AUS

PT_AUS

FET_AUS ERI_AUS ERS_AUS ERM_AUS ERT_AUS D1 D2

Wisman yang berasal dari Australia PDB Australia (atas dasar harga konstan) Nilai konsumsi negara Australia

Nilai investasi negara Australia Pengeluaran pemerintah Australia Nilai ekspor negara Australia Nilai impor negara Australia Jumlah penduduk Australia

Rata-rata pengeluaran wisman asal Australia di Indonesia

Indek harga konsumen di Australia Nilai tukar AUD terhadap US$

Tingkat suku bunga deposito (mata uang asing) Uang beredar di Australia

Nilai asset asing di Australia Pendapatan per kapita Australia

Harga pariwisata Indonesia bagi wisman Australia

Harga pariwisata Singapura bagi wisman Australia

Harga pariwisata Malaysia bagi wisman Australia

Harga pariwisata Thailand bagi wisman Australia

Penerimaan devisa dari wisman Australia Nilai tukar AUD terhadap Rupiah

Nilai tukar AUD terhadap Dollar Singapura Nilai tukar AUD terhadap Ringgit Malaysia Nilai tukar AUD terhadap Baht Thailand Tahun 2003, 2006 = 1, lainnya 0

Tahun 1997, 1998 = 1, Lainnya 0

Orang Milyar US$ Milyar US$ Milyar US$ Milyar US$ Milyar US$ Milyar US$ Juta orang

US$

Persentase Unit Persentase Milyar US$ Milyar US$ 000 US$

Milyar US$ Unit Unit Unit Unit


(4)

5. TA_USA Y_USA C_USA I_USA G_USA X_USA M_USA POP_USA TE_USA

CPI_USA ER_USA R_USA MS_USA FA_USA YC_USA P_USA

PS_USA

PM_USA

PT_USA

FET_USA ERI_USA ERS_USA ERM_USA ERT_USA D1 D2 D3

Wisman yang berasal dari Amerika Serikat PDB Amerika Serikat (atas dasar harga konstan) Nilai konsumsi negara Amerika Serikat

Nilai investasi negara Amerika Serikat Pengeluaran pemerintah Amerika Serikat Nilai ekspor negara Amerika Serikat Nilai impor negara Amerika Serikat Jumlah penduduk Amerika Serikat

Rata-rata pengeluaran wisman asal Amerika Serikat di indonesia

Indek harga konsumen di Amerika Serikat Nilai tukar SDR terhadap USD

Tingkat suku bunga deposito (mata uang asing) Uang beredar di Amerika Serikat

Nilai asset asing di Amerika Serikat Pendapatan per kapita Amerika Serikat Harga pariwisata indonesia bagi wisman Amerika Serikat

Harga pariwisata Singapura bagi wisman Amerika Serikat

Harga pariwisata Malaysia bagi wisman Amerika Serikat

Harga pariwisata Thailand bagi wisman Amerika Serikat

Penerimaan devisa dari wisman Amerika Serikat Nilai tukar USD terhadap Rupiah

Nilai tukar USD terhadap Dollar Singapura Nilai tukar USD terhadap Ringgit Malaysia Nilai tukar USD terhadap Baht Thailand Tahun 1998 = 1, lainnya 0

Tahun 2003 dan 2006 = 1, lainnya 0 Tahun 2008 = 1, lainnya 0

Orang Milyar US$ Milyar US$ Milyar US$ Milyar US$ Milyar US$ Milyar US$ Juta orang

US$

Persentase Unit Persentase Milyar US$ Milyar US$ 000 US$

Milyar US$ Unit Unit Unit Unit


(5)

6. TA_UK Y_UK C_UK I_UK G_UK X_UK M_UK POP_UK TE_UK

CPI_UK ER_UK R_UK MS_UK FA_UK YC_UK P_UK PS_UK PM_UK PT_UK FET_UK ERI_UK ERS_UK

ERM_UK

ERT_UK D1 D2 D3

Wisman yang berasal dari UK PDB UK (atas dasar harga konstan) Nilai konsumsi negara UK

Nilai investasi negara UK Pengeluaran pemerintah UK Nilai ekspor negara UK Nilai impor negara UK Jumlah penduduk UK

Rata-rata pengeluaran wisman asal UK di Indonesia

Indek harga konsumen di UK

Nilai tukar Poundsterling terhadap US$

Tingkat suku bunga deposito (mata uang asing) Uang beredar di UK

Nilai asset asing di UK Pendapatan per kapita UK

Harga pariwisata Indonesia bagi wisman UK Harga pariwisata Singapura bagi wisman UK Harga pariwisata Malaysia bagi wisman UK Harga pariwisata Thailand bagi wisman UK Penerimaan devisa dari wisman UK

Nilai tukar Poundsterling terhadap Rupiah Nilai tukar Poundsterling terhadap Dollar Singapura

Nilai tukar Poundsterling terhadap Ringgit Malaysia

Nilai tukar Poundsterling terhadap Baht Thailand

Tahun 1998 = 1, lainnya 0 Tahun 2003, 2006 = 1, Lainnya 0 Tahun 2003 = 1, lainnya 0

Orang Milyar US$ Milyar US$ Milyar US$ Milyar US$ Milyar US$ Milyar US$ Juta orang

US$

Persentase Unit Persentase Milyar US$ Milyar US$ 000 US$

Milyar US$ Unit Unit

Unit


(6)

7. TAO POIL TEO

D1 D2 D3

Wisman yang berasal dari selain 6 negara utama Harga minyak mentah dunia

Rata-rata pengeluaran wisman selain dari 6 negara utama di Indonesia

Tahun 1998 = 1, Lainnya = 0 Tahun 2003, 2006 = 1, lainnya = 0 Tahun 1991 = 1, lainnya = 0

Orang US$ US$

8. TDINA YINA CINA IINA GINA XINA MINA POPINA TEINA

CPIINA ERINA RINA MSINA FAINA YCINA FEINA

D1 D2

Orang Indonesia yang pergi ke luar negeri PDB Indonesia (atas dasar harga konstan) Nilai konsumsi Indonesia

Nilai investasi Indonesia

Pengeluaran pemerintah Indonesia Nilai ekspor Indonesia

Nilai impor Indonesia Jumlah penduduk Indonesia

Rata-rata pengeluaran orang Indonesia yang jalan ke luar negeri

Indek harga konsumen di Indonesia Nilai tukar Rupiah terhadap US$

Tingkat suku bunga deposito (mata uang asing) Uang beredar di Indonesia

Jumlah asset asing di Indonesia Pendapatan per kapita Indonesia

Nilai devisa yang dikeluarkan orang Indonesia yang jalan ke LN

Tahun > 1998 = 1, lainnya 0

Tahun 1997 dan 1998 = 1, lainnya 0

Orang Milyar US$ Milyar US$ Milyar US$ Milyar US$ Milyar US$ Milyar US$ Juta orang

US$

Persentase Unit Persentase Milyar US$ Milyar US$ 000 US$ Milyar US$

9. HDINA ONH FEHAJ

D1

Orang Indonesia yang pergi naik haji Ongkos Naik Haji

Jumlah pengeluaran orang Indonesia yang pergi haji

Tahun 1997 dan 1998 = 1, lainnya 0

Orang US$ Milyar US$