4. Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata, yaitu data tentang rata-rata pengeluaran dan jenis pengeluaran dari wisman maupun penduduk Indonesia
yang pergi ke luar negeri, lama tinggal, dan informasi tentang peristiwa maupun kebijakan pariwisata yang ada di Indonesia.
5. Kementerian Agama, yaitu data tentang jumlah haji dan Ongkos Naik Haji ONH.
Untuk penyusunan model ekonometrika digunakan data time series selama 25 tahun, yaitu dari tahun 1984 sampai dengan 2008.
3.3.2. Variabel Kualitatif
Faktor yang mempengaruhi jumlah kunjungan maupun pengeluaran wisatawan tidak hanya berupa variabel kuantitatif tetapi juga variabel kualitatif.
Dalam model ekonometrika, variabel kualitatif menggunakan variabel dummy. Misalnya dampak diterapkannya travel warning oleh negara asal wisatawan
variabel dummy-nya adalah D1 = 0 ketika tidak ada travel warning; dan D1 = 1 ketika travel warning diterapkan.
3.4. Model Ekonometrika
Sebagian besar studi tentang permintaan pariwisata menggunakan persamaan tunggal di mana jumlah kunjungan wisatawan ke suatu destinasi
merupakan fungsi dari pendapatan, harga pariwisata, nilai tukar mata uang negara asal dengan negara tujuan, biaya transportasi serta variabel dummy tentang faktor
kualitatif yang mempengaruhi kunjungan wisatawan. Model yang digunakan bisa berupa model log linier di mana koefisien dari variabel penjelasnya
mencerminkan nilai elastisitasnya maupun model linier biasa di mana koefisien variabel penjelasnya
merupakan constant marginal effect Stabler et al., 2010.
Penelitian permintaan pariwisata banyak dilakukan dengan menggunakan model ekonometrika, model spasial, dan model deret waktu. Dari model
ekonometrika menunjukkan bahwa tidak mungkin menyusun model tunggal yang cocok untuk semua negara asal wisatawan. Variabel bebas tertentu yang
berpangaruh pada wisman suatu negara namun belum tentu berlaku untuk negara lain, dan hasil estimasi koefisiennya juga sangat bervariasi antarnegara Mavri and
Angelis, 2009. Menurut teori ekonomi bahwa permintaan suatu barang merupakan
fungsi dari pendapatan dan harga barang tersebut maupun barang lainnya. Demikian juga halnya dengan permintaan pariwisata yang dipengaruhi oleh
pendapatan wisatawan dan harga pariwisata. Dalam hubungan ini peningkatan pendapatan akan meningkatkan permintaan pariwisata, jika komoditi pariwisata
yang terdiri dari barang dan jasa yang dikonsumsi oleh wisatawan merupakan barang normal. Jika peningkatan pendapatan menurunkan permintaan pariwisata
maka komoditi pariwisata ini merupakan barang inferior. Hal ini bisa terjadi pada daerah tujuan wisata massal di mana saat pendapatannya meningkat justru
wisatawan tidak akan memilih daerah tersebut sebagai tujuan wisata tetapi akan memilih daerah tujuan wisata lain yang privasinya lebih tinggi Stabler et al.,
2010. Di sisi lain peningkatan harga pariwisata akan menurunkan permintaan pariwisata, namun permintaan pariwisata tidak hanya dipengaruhi oleh harga dari
barang dan jasa pariwisata itu sendiri tetapi juga dipengaruhi harga barang dan jasa lainnya, apakah sebagai barangjasa komplemen atau barangjasa substitusi.
Permintaan pariwisata internasional di suatu negara dipengaruhi oleh pendapatan dari negara asal wisatawan, harga pariwisata negara tujuan dan harga