114 maksimal 7 sangat baik yang menunjukkan terjadinya kondisi disharmoni.
Sebagai akibatnya, hampir semua fungsi dan kenerja setiap elemen para- pihak jauh dari nilai ideal yang harus dicapai.
5. Keberlanjutan pariwisata di DW Cibodas dan KW Bopunjur menjadi tumpuan harapan masyarakat lokal. Sebagian besar yang menjadi pedagang berbagai
jenis makanan, minuman, buah-buahan, sayur-sayuran dan cinderamata merupakan masyarakat lokal dengan status modal sendiri dan melakukan
pekerjaan dengan waktu penuh. Namun sejuh ini, masyarakat menilai bahwa dampak kegiatan pariwisata hanya memberikan pengaruh biasa saja nilai
skor 4. 6. Terjadi reciprocal dynamic yang merugikan banyak pihak yang berada dalam
rantai nilai ekowisata pada DW Cibodas dan KW Bopunjur. Dalam konteks rantai suplai, kinerja pada sebagian besar elemen rantai pasok yang selama
bertahun-tahan hanya didominasi oleh visi ekonomi telah menjadikan suburnya motivasi penguasaan lahan yang menyebabkan tidak terkendalinya
pola penggunaan lahan; yaitu lahan yang telah dikuasaipun ternyata tidak mampu diwujudkan dalam bentuk penyediaan jasa wisata yang kreatif dan
variatif untuk memberikan kepuasan optimal kepada pengunjung dan juga telah menyebabkan degradasi lingkungan.
7. Di sisi lain, dalam konteks rantai permintaan, maka karakteristik kawasan
yang bersifat open-access juga telah menyebabkan munculnya pola kunjungan dan pola perilaku kunjungan yang bersifat sangat fleksibelnya
motivasi kunjungan; yang kemudian diwujudkan dalam bentuk perilaku kunjungan yang eksploratif dan juga eksploitatif untuk mensubtitusi adanya
kesenjangan antara kondisi jasa yang tersedia dengan motivasi kunjungan. Dalam waktu yang berjalan, perubahan perilaku kunjungan ini telah
mendorong elemen dalam rantai suplai untuk merespon permintaan yang muncul secara keliru, sehingga tanpa disadari oleh semua pihak maka telah
terbentuk suatu image dan dinamika kawasan yang sangat tidak kondusif untuk mewujudkan paradigma ekowisata secara utuh.
115 8.
Untuk memperbaiki semua hal tersebut di atas, maka diperlukan penguatan kapasitas para pihak yang strategis dan taktis. Dalam konteks strategis, maka
ada dua hal penting yang perlu untuk dilakukan, yaitu pencitraan wilayah regional rebranding dan kerja bersama collaborative works. Adapun
dalam konteks implementasi taktis, maka pemasaran terintegrasi integrated marketing
yang diwujudkan dalam suatu portal pemasaran marketing portal
adalah dipercaya akan efisien dan efektif untuk mencapai tujuan dan sasaran.
B. Saran
1. Semua elemen stakeholder yang terlibat harus menyadari bahwa visi dan misi yang ditetapkan dalam pembangunan ekowisata tidak dapat dicapai secara
sendiri, melainkan harus dilakukan secara bersama. Dalam hal ini, orientasi visi dan misi yang dibangun harus menjamin keberlangsungan fungsi-fungsi
ekologi, sosial budaya dan ekonomi pada setiap tapak destinasi wisata serta harus dimantapkan serta diimplementarikan secara disiplin dan komitmen.
2. Penerapan pencitraan kembali wilayah regional rebranding melalui kerja
bersama collaborative works dan portal pemasaran marketing portal tersebut di atas kiranya perlu untuk diberlakukan setidak-tidaknya melalui
suatu Peraturan Pemerintah atau Keputusan Presiden; dengan yang paling ideal sesungguhnya adalah dalam bentuk Undang-undang. Guna mendukung
pembentukan Peraturan Pemerintah atau Undang-undang yang dibutuhkan tersebut, maka penelitian ini kiranya perlu untuk dilanjutkan dan dilengkapi
dengan penelitian lain yang fokus untuk menghitung nilai keekonomian Kawasan Wisata Bopunjur secara umum dan penelitian yang fokus terhadap
opini publik tentang restorasi Kawasan Bopunjur.
116
DAFTAR PUSTAKA
Anko, B. 1992. Modern Forestry and Sustainable Tourism - Some Common Traits. In Baine, J. et. al. 1992. Educating For Sustainable Tourism.
Proceeding of the International Conference Helds In Slovenia, Sept. 17-24, 1992. IUCN.
Avenzora, R. 1995.
Ekoturisme : Suatu overview terhadap konsep. Media
Konservasi, Vol 6 4. Juni 1995. Avenzora, R. 1997. Ecotourism - strategy for mountainous national parks – in
Indonesia. Master of Science Thesis. Georg-August Universitaet, Germany. Avenzora, R. 2003. Integrated and Ecological Planning of Sustainable Tourism
Development in Rural Area in Indonesia : the case study of Tana Toraja, Sulawesi. Doctoral Dissertation at Georg-August Universitaet, Germany.
Avenzora, R. 2008. Ekoturisme Teori dan Praktek. BRR NAD dan Nias. Banda Aceh.
Baines, J. et al. eds.. 1992. Educating for Sustainable Tourism. Proceeding of the International Conference, Slovenia. Univ. Ljubljana.
Baloglu, S. 2001. An Investigation of a Loyalty Typology and The Multidestination Loyalty of International Travelers. Tourism Analysis, 61,
41–52. Barney, J.B. 1977. Gaininh and Suistaining Competitive Advantage . Addison
Wesley Publishing Company Inc. USA. Bayu S, Ibnu S. 1995. Pengantar Bisnis Modern. Liberty. Yogyakarta.
Beerli, A. Martin, J.D. 2004. Tourists’ Characteristics and The Perceived Image of Iourist Destinations: a Quantitative Analysis-a Case Study of Lanzarote,
Spain. Tourism Management, 25: 623-636. Boo, E. 1990. Ecotourism ; The Potentials and Pitfalls. WWF. Washington DC.
Bornemeier, J., M. Victor and P. Durst. eds. 1997. Ecotourism for Forest Conservation
and Community
Development. Proceedings
of an
International Seminar held in Chiang Mai, Thailand 28-31 January 1997. [BPSP]. Biodiversity Planning Support Programme. 2001.
Guide to Best Practices for Sectoral Integration: Integrating Biodiversity into The Tourism
Sector. UNEPUNDP. Brandon, K. 1996. Ecotourism and Concervation ; A Review of Key Issues.
World Bank. Buhalis, D.
2000. Marketing The Competitive Destination of The Future.
Tourism Management, Vol. 21, pp. 97-116. Bui H.T. and L. Jolliff. 2011. Vietnamese Domestic Tourism : An Investigation of
Travel Motivations. Austrian Journal of South-East Asian Studies ASEAS 4 1: 10-29.