Penguatan Rantai Para-Pihak Perumusan Strategi

109 Pembangunan ekowisata di DW Cibodas melibatkan banyak pihak dengan berbagai motif dan kepentingan. Apapun yang menjadi pembeda di antara para- pihak tersebut, maka diperlukan suatu kolaborasi positif dari setiap elemen para- pihak tersebut. Banyak teori yang menyatakan bahwa kolaborasi setiap elemen para-pihak tersebut yang positif hanya dapat dibangun atas dasar prinsip-prinsip kemitraan, seperti saling mempercayai, saling memberi manfaat, saling berempati, kesetaraan, dan lain-lain. Di sisi lain, Teori Hubungan Sosial Kontemporer Paloma, 1984, menyebutkan bahwa kemitraan atau kolaborasi di antara berbagai pihak akan menuntut korbanan dari pihak yang berada dalam posisi tawar lebih lemah. Dalam kondisi demikian, maka pihak yang lebih kuat akan lebih mendominasi dalam pola hubungan yang terjadi dan memperoleh manfaat atau keuntungan lebih besar dari hubungan tersebut. Pertanyaannya adalah mengapa hampir tidak pernah terjadi kolaborasi yang ideal seperti diharapkan? Tentu hal ini dapat diberi makna ada sesuatu yang keliru. Diakui atau tidak, sesungguhnya akan sulit terjadi suatu kolaborasi bila dimulai dengan pernyataan sebagaimana yang disampakan dalam berbagai Teori Kolaborasi. Bila demikian, pendekatan apa yang dapat digunakan? Setiap elemen pada para-pihak memiliki peran tertentu yang spesifik dan bernilai penting dalam rantai para-pihak. Di samping itu, setiap elemen para- pihak memiliki dorongan sangat kuat untuk menjalankan peranannya dan berperan penting pada rantai nilai yang terjadi. Atas dasar pertimbangan ini, maka pembangunan dan pengembangan ekowisata di DW Cibodas seharusnya dilakukan dengan mengarahkan setiap elemen para-pihak untuk menjalankan peranannya secara fokus sesuai dengan fungsi dan kinerja yang sudah melekat. Dari kenyataan yang ada di DW Cibodas dapat disimpulkan bahwa setiap elemen para-pihak belum menjalankan perannya dengan efektif, sehingga pelaksanaan fungsi dan kinerjanya tidak dilakukan dengan efisien. Hampir semua elemen para-pihak melakukan fungsi dan kinerja elemen para-pihak yang lain, sehingga rantai para-pihak yang tercipta tidak optimal. Sebagai ilustrasi, setiap penyedia tapak jasa wisata, baik pemilik atau yang memegang hak menguasai atau yang mengusahakan destinasi wisata, tidak hanya menjalankan fungsi dalam 110 menyelenggarakan penyediaan jasa wisata, tetapi juga mengurusi berbagai hal yang menyangkut kegiatan penjualan produk, mulai dari melakukan promosi, melakukan pemasaran, melakukan penjualan dan mengurusi tiket. Semestinya urusan ini menjadi peran operator perjalanan tour operator. Akibatnya setiap elemen tidak dapat menjalankan fungsinya secara ideal sehingga kinerja pada setiap fungsi elemen juga menjadi tidak ideal. Dengan demikian, pengembalian peran kepada yang memiliki fungsi dan kinerja yang tepat merupakan suatu keharusan dalam pembangunan ekowisata di DW Cibodas. Untuk itu dibutuhkan kedisiplinan dari setiap elemen para-pihak dengan melepaskan berbagai pekerjaan yang bukan menjadi fungsi dan kinerjanya. Pertanyaan berikutnya yang muncul adalah apakah ada konsekuensi yang akan timbul? Jawaban pertanyaan tersebut adalah ada, yaitu ada suatu kondisi dorman dalam industri pariwisata di DW Cibodas yang diperkirakan hanya terjadi selama 2 - 6 bulan; untuk selanjutnya diyakini akan terjadi pemulihan recovery dan akan memberikan hasil lebih baik, yaitu sejalan dengan semua elemen para- pihak yang berjalan serempak dengan derap yang saling menopang sehingga visi pembangunan dan pengembangan ekowisata dapat dicapai. Hal tersebut dapat digambarkan seperti terlihat pada Gambar 15. Gambar 16 Dinamika perubahan akses terbuka open acces menjadi akses terdaftar booked acces. 111 Selanjutnya, dikaitkan dengan pentingnya pendekatan akses terdaftar yang telah dipaparkan pada bagian terdahulu, maka perwujudan dari penguatan para- pihak chain perlu dilengkapi dengan suatu sistem pemasaran bersama yang terintegrasi dan menguntungkan untuk semua pihak; baik bagi setiap elemen dalam rantai suplai maupun bagi setiap kelompok karakteristik wisatawan dalam rantai-permintaan. Salah satu bentuk pemasaran terpadu dan bersama yang perlu dipertimbangkan adalah pembentukan suatu institusi pemasaran bersama yang dimotori oleh pemerintah; yang ringkasnya bisa disebut sebagai Bopunjur Coorporation, sebagaimana dijabarkan pada Gambar 16. Kondisi Stagnasi dan memburuk Pola Kunjungan dan Perilaku Kunjungan Open access destination Strategi: Rebranding Booked Access Pembentukan strategi dan langkah pemasaran bersama Marketing Portal Tidak Jelasnya Visi dan misi Respon keliru stakeholder Situasi persaingan yang kontra produktif Gambar 17 Strategi Penguatan Para-pihak dalam Bopunjur Corporation. Fungsi utama Bopunjur Coorporation yang diusulkan tersebut adalah sebagai badan pemasaran bersama yang bersifat satu pintu bagi semua proses pemasaran marketing dan penjualan sales jasa wisata dari setiap para-pihak yang terdapat di KW Bopunjur secara umum, termasuk di DW Cibodas. Untuk mencegah timbulnya berbagai konflik kepentingan, maka sebaiknya badan pemasaran bersama tersebut dibangun dalam kerangka dasar portal pemasaran 112 marketing portal, yaitu suatu sistem teknologi informasi yang menjadi pintu masuk satu-satunya untuk melakukan proses pendaftaran booking bagi semua jasa yang ditawarkan; dengan proses pembayaran transaksi langsung pada rekening para pemilik jasa. Melalui pembentukan badan pemasaran bersama yang bersifat “marketing portal ” tersebut maka pemerintah dapat mengetahui berbagai dinamika suplai dan permintaan ekowisata yang terdapat pada KW Bopunjur secara baik dan kontinyu. Selain berguna dalam aspek pemantauan pajak serta retribusi yang secara resmi bisa dipungut oleh pemerintah, maka berbagai data mengenai dinamika suplai dan permintaan supppy-demand yang dimiliki juga akan bisa menjadi bahan berguna bagi berbagai proses perencanan selanjutnya. Di sisi lain, keberadaan badan promosi bersama yang bersifat portal marketing ini sangat membantu pihak swasta dalam mempromosikan jasa dan fasilitas yang dimiliki, yang dianggap dapat menekan biaya promosi sekaligus juga sebagai jendela untuk melakukan pemantauan produk jasa pesaing. Dengan demikian nanti bisa diharapkan munculnya suatu kompetisi yang positif untuk kemajuan bersama. 113

VII. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan.

1. Performa kinerja elemen suplai di Destinasi Wisata DW Cibodas dan Kawasan Wisata KW Bogor-Puncak-Cianjur Bopunjur secara rata-rata tergolong buruk skor 2 sampai dengan biasa saja skor 4. Visi dan misi yang dimiliki pada hampir semua penyedia tapak jasa wisata tidak mendorong terciptanya keberlanjutan pariwisata pada setiap tapak destinasi wisata. Terjadi respon yang keliru dalam menyikapi berbagai kondisi negatif oleh para penyedia jasa wisata untuk tetap bertahan dalam bisnis industri pariwisata di DW Cibodas dan KW Bopunjur, yaitu dengan tidak memberikan perhatian secara cukup terhadap sumberdaya manusia SDM, tidak menempatkan posisi pelayanan pengunjung dalam skala prioritas penting dan tidak cukup untuk berupaya meeningkatkan kualitas suplai wisata. 2. Motivasi rekreasi atau wisata dari wisatawan di kedua lokasi penelitian berturut-turut adalah untuk berekreasi, piknik, foto-foto, bermain dan kontak sosial. Motivasi ini termasuk kategori wisatawan yang melakukan kegiatan wisata dalam suatu keputusan yang sangat singkat dan hampir tanpa rencana serta kategori wisatawan yang dalam kegiatan wisatanya mempunyai motivasi untuk melakukan kontak sosial dengan pengunjung lain dan ataupun dengan masyarakat lokal. 3. Dalam kurun waktu 20 tahun terakhir terjadi stagnasi di DW Cibodas dan KW Bopunjur dan bahkan dalam beberapa hal terjadi kondisi yang lebih buruk. Atraksi wisata yang dipasok nyaris tidak memunculkan kreativitas dan originalitas. Khusus dalam kondisi kualitas lingkungan dan kenyamanan berwisata bahkan mengalami penurunan. Udara kawasan ini menjadi semakin tidak sejuk dengan kemacetan lalu lintas yang tidak pernah teratasi. 4. Keterhubungan para pihak stakeholder, baik dalam para pihak sejenis intra- stakeholder maupun para pihak yang berlainan jenis inter-stakeholder, bernilai rendah, yaitu rata-rata nilai skor 3 agak buruk dari nilai skor 114 maksimal 7 sangat baik yang menunjukkan terjadinya kondisi disharmoni. Sebagai akibatnya, hampir semua fungsi dan kenerja setiap elemen para- pihak jauh dari nilai ideal yang harus dicapai. 5. Keberlanjutan pariwisata di DW Cibodas dan KW Bopunjur menjadi tumpuan harapan masyarakat lokal. Sebagian besar yang menjadi pedagang berbagai jenis makanan, minuman, buah-buahan, sayur-sayuran dan cinderamata merupakan masyarakat lokal dengan status modal sendiri dan melakukan pekerjaan dengan waktu penuh. Namun sejuh ini, masyarakat menilai bahwa dampak kegiatan pariwisata hanya memberikan pengaruh biasa saja nilai skor 4. 6. Terjadi reciprocal dynamic yang merugikan banyak pihak yang berada dalam rantai nilai ekowisata pada DW Cibodas dan KW Bopunjur. Dalam konteks rantai suplai, kinerja pada sebagian besar elemen rantai pasok yang selama bertahun-tahan hanya didominasi oleh visi ekonomi telah menjadikan suburnya motivasi penguasaan lahan yang menyebabkan tidak terkendalinya pola penggunaan lahan; yaitu lahan yang telah dikuasaipun ternyata tidak mampu diwujudkan dalam bentuk penyediaan jasa wisata yang kreatif dan variatif untuk memberikan kepuasan optimal kepada pengunjung dan juga telah menyebabkan degradasi lingkungan. 7. Di sisi lain, dalam konteks rantai permintaan, maka karakteristik kawasan yang bersifat open-access juga telah menyebabkan munculnya pola kunjungan dan pola perilaku kunjungan yang bersifat sangat fleksibelnya motivasi kunjungan; yang kemudian diwujudkan dalam bentuk perilaku kunjungan yang eksploratif dan juga eksploitatif untuk mensubtitusi adanya kesenjangan antara kondisi jasa yang tersedia dengan motivasi kunjungan. Dalam waktu yang berjalan, perubahan perilaku kunjungan ini telah mendorong elemen dalam rantai suplai untuk merespon permintaan yang muncul secara keliru, sehingga tanpa disadari oleh semua pihak maka telah terbentuk suatu image dan dinamika kawasan yang sangat tidak kondusif untuk mewujudkan paradigma ekowisata secara utuh.