Keterkaitan Waktu Luang, Rekreasi dan Pariwisata
Common Behavior Existensi
Time Existence
Activities - Exclusive
Behavior - The Have’s
Behavior - Trend Follower
Meet The Tourism
Incidental Need on Duty Travelling
Criteria
TIME
Subsistence Time
Leisure Subsistence
Activities
Leisure Common Behavior
Recreation A Trip Cross The
Hometown Border
TOURISM
Time Activities
Recreation in The Hometown Border
Hobbies Additional
Existence Additional
Subsistence
Gambar 2 Skema Time-Budget Avenzora 2008. Avenzora 2008 menjelaskan bahwa dalam konteks leisure studies ada dua
hal penting yang perlu dimengerti secara baik, yaitu: 1 the leisure time pattern, dan 2 the pattern of leisure activities. Pola waktu luang perlu untuk dimengerti
guna mengukur peluang danatau kebutuhan rekreasi yang dapat danatau dibutuhkan oleh individupopulasi dalam waktu luang. Adapun pola waktu luang
the pattern of leisure activities adalah mengilustrasikan tingkat partisipasi yang secara aktif diambil oleh individu dalam memanfaatkan waktu luang.
Dalam konteks perencanaan, Avenzora 2008 menjelaskan bahwa pengetahuan tentang rekreasi dapat disimplifikasikan melalui pengertian yang
baik tentang recreation demand dan recreation supply. Dipaparkan bahwa
berbicara tentang recreation demand adalah berbicara tentang: 1 siapa yang meminta, 2 apa dan berapa banyak yang diminta
dan 3 kapan diminta. Berbicara tentang recreation supply dapat dipahami melalui pengertian tentang:
1 apa dan berapa banyak dapat diberikan, 2 kapan dapat diberikan dan 3 kepada siapa dapat diberikan.
Sejalan dengan pendekatan waktu dan ruang yang digunakannya, maka Avenzora 2008 memaknai suatu sumberdaya rekreasiwisata recreation-
resources sebagai: “suatu ruang tertentu dengan batas-batas tertentu yang
mengandung elemen-elemen ruang tertentu yang dapat: 1 menarik minat orang untuk berekreasi, 2 menampung kegiatan rekreasi dan 3 memberikan
kepuasan orang berekreasi” . Dijelaskan, untuk mempelajari kompleksitas dalam
tourism , suatu model yang diajukan oleh Ja’fari cited in Cooper et. al., 1999
dapat dipertimbangkan sebagai suatu model yang baik dan komprehensif lihat Gambar 2. Model tersebut menggambarkan berbagai aspek yang dibutuhkan
untuk mendukung suatu tourism development dan sekaligus menunjukkan betapa kompleksnya studi tentang tourism. Dengan mengenali berbagai komponen yang
terlibat, maka akan lebih mudah untuk memahami interdependensi yang ada. Menurut Webster’s Dictionary ditulis oleh Thatcher, 1996 pariwisata
tourism adalah suatu perjalanan ekskursi yang biasanya berakhir di titik awal mulanya kegiatan. Murphy 1985 memaknai pariwisata sebagai suatu kunjungan
ke daerah lain, entah untuk keperluan bersena-senang pleasure, bisnis ataupun kombinasi dari keduanya. Adapun Holloway 1985 mengartikan pariwisata
sebagai suatu kumpulan berbagai fenomena dan hubungan yang timbul karena adanya perjalanan dan kedatangan seseorang ke suatu wilayah dengan tujuan
bukan untuk menetap dan bukan pula untuk mencari uang. Namun Prentice
1993 menyatakan bahwa secara prinsip pariwisata meliputi perjalanan berlibur, mengunjungi teman, perjalanan bisnis termasuk berbagai bentuk perjalanan lain
yang setidak-tidaknya satu malam tinggal di luar rumah. Secara luas pariwisata didefinisikan oleh Spillane 1987 sebagai perjalanan dari suatu tempat ke tempat
lain, bersifat sementara, dilakukan perorangan maupun kelompok sebagai usaha mencari keseimbangan atau keserasian dan kebahagian dengan lingkungan hidup
dalam dimensi sosial, budaya, alam dan ilmu.
Batasan-batasan dan pengertian tersebut di atas kembali menunjukkan perbedaan pengertian tentang pariwisata tourism. Batasan dan pengertian yang
dikemukakan oleh Holloway bahkan mencirikan ambiguitas antara pariwisata dan rekreasi recreation. Dalam berbagai literatur, “not connected to any earning
activity ” adalah dikhususkan untuk mendefinisikan rekreasi. Avenzora 2003
menyatakan bahwa secara umum para scholars telah sepakat atas 5 lima karakteristik rekreasi, yaitu: 1 harus dilaksanakan dalam waktu luang, 2
sukarela voluntarily, 3 menyenangkan, 4 tidak terikat akan aturan tertentu dan 5 tidak untuk mencari nafkah.
Gambar 3 Ja’fari Model cited in Cooper et al., 1999. Secara umum konsumen dalam bisnis wisata merupakan orang-orang yang
melakukan perjalanan, yang biasanya disebut wisatawan tourist. United Nation Conference on Travel and Tourism
di Roma 1963 memberikan batasan yang umum, yang disebut pengunjung visitors, yaitu setiap orang yang mengunjungi
negara yang bukan tempat tinggalnya untuk berbagai tujuan, tetapi bukan untuk mencari pekerjaan atau penghidupan dari negara yang dikunjungi.
United Nation Convention Concerning Customs Facilites For Touring 2001 mendefinisikan wisatawan merupakan orang yang datang ke suatu negara
karena alasan yang sah kecuali untuk berimigrasi dan yang tinggal setidak- tidaknya 24 jam dan selama-lamanya enam bulan dalam tahun yang sama. Dalam
pengertian ini wisatawan dibedakan berdasarkan waktu dan tujuan yang disebut wisatawan adalah orang-orang yang berkunjung setidaknya 24 jam dan yang
datang berdasarkan motivasi mengisi waktu senggang seperti bersenang-senang, berlibur, untuk kesehatan, studi, keperluan agama, olahraga, bisnis, keluarga,
perutusan dan pertemuan-pertemuan. Definisi tersebut senada dengan yang
dikemukakan Organisasi Wisata Dunia WTO yang menyatakan wisatawan sebagai pelancong yang melakukan perjalanan pendek, yaitu yang melakukan
perjalanan ke sebuah daerah atau negara lain dan menginap minimal 24 jam atau maksimal enam bulan di tempat tersebut untuk berlibur, berobat, berbisnis,
berolahraga serta menuntut ilmu dan mengunjungi tempat-tempat yang indah. Menurut Avenzora 2008 tipologi wisatawan yang dibuat oleh Plog 1987
cited in Lowyck, E., L. van Langenhove, and L Bollaert, 1993 dapat dipandang
sebagai tipologi yang baik untuk mulai mengenali berbagai tipe dasar “tourist”, yaitu:
Venture-someness: wisatawan yang mencari dan mengeksplorasi serta
berkecenderungan sebagai pengguna pertama dari setiap destinasi yang mereka kunjungi;
Pleasure-seeking: wisatawan yang menginginkan sejumlah kenyamanan dan
kemewahan dalam setiap aspek perjalanan yang mereka lakukan, baik dalam hal trasnportasi, akomodasi dan entertain;
Impassivity: wisatawan yang membuat keputusan perjalanan dengan cara
yang sangat cepat, yang biasanya pada hanya babetapa menit menjelang keberangkatan sehingga dapat dikatakan hampir tanpa perencanaan;
Self-confidence: wisatawan yang ingin melakukan segala sesuatu yang
sangat berbeda dari apa yang dilakukan orang lain, yang biasanya diwujudkan dalam bentuk pemilihan tapak wisata ataupun kegiatan wisata yang berbeda
dengan pilihan umum;
Planfulness: wisatawan yang merencanakan perjalanannya secara baik tetapi
tidak menyukai kegiatan-kegiatan dalam bentuk paket wisata yang terpimpin;
Masculinity: wisatawan yang berorientasi untuk mendapatkan kepuasan
wisata melalui jenis aktivitas yang dilakukan dan mencari berbagai sumberdaya yang sangat tradisional, dimana biasanya perjalanan wisatanya
cenderung dilakukan bersama keluarga; yang jika tidak maka mereka cenderung untuk memilih tinggal di rumah;
Intellectualism:
wisatawan yang memberi perhatian dan mempunyai ketertarikan yang sangat besar terhadap aspek-aspek sejarah dan kebudayaan
dari destinasi yang dikunjunginya; dan
People orientation: wisatawan yang menginginkan adanya kontak dan
komunikasi dengan masyarakat di destinasi yang dikunjungi. World Tourism Organization 1995 menyatakan meskipun terdapat
berbagai pemahaman mengenai batasan pariwisata, namun terdapat beberapa komponen pokok yang secara umum disepakati, khususnya dalam batasan
pariwisata internasional, yaitu: 1 traveler, yaitu orang-orang yang melakukan perjalanan antar dua atau lebih lokalitas, 2 visitor, yaitu orang yang melakukan
perjalanan ke daerah yang bukan merupakan tempat tinggalnya, kurang dari 12 bulan dan tidak bertujuan untuk mencari nafkah, pendapatan atau penghidupan di
tempat tujuan, dan 3 tourist, yaitu bagian dari pengunjung yang menghabiskan waktu paling sedikit satu malam 24 jam di daerah yang dikunjungi. Richardson
dan Fluker 20040 menyatakan bahwa semua definisi tentang pariwisata tersebut, meskipun berbeda dalam penekanan, selalu mengandung beberapa ciri pokok,
yaitu: 1 adanya unsur perjalanan travel, 2 adanya unsur tinggal sementara di tempat yang bukan merupakan tempat tinggal yang biasanya dan 3 bukan
bertujuan untuk mencari penghidupan.