Masalah dan Kendala. STRATEGI PENGUATAN PARA PIHAK

101 Tabel 41 Kekuatan bagi DW Cibodas dan KW Bopunjur dalam Perencanaan Pembangunan Ekowisata Wilayah Ekowisata Kekuatan Destinasi Cibodas 1. Kepemilikan tapak wisata utama adalah milik pemerintah 2. Keanekaragaman obyek dan jenis atraksi wisata relatif tinggi 3. Tapak destinasi tergolong bebas dari konflik sosial 4. Kualitas obyek ekowisata sangat tinggi 5. Memiliki kekuatan sejarah yang panjang dan penting 6. Memiliki ikatan emosional dengan populasi konsumen tertentu 7. Telah dikenal secara nasional dan manca negara 8. Kondisi sumberdaya ekowisata masih terjaga sangat baik 9. Luasan tapak tergolong memadai untuk beragam kegiatan 10. Telah memiliki permintaan aktual yang memadai 11. Telah memiliki rantai suplai yang memadai 12. Telah memiliki insfrastruktur dan fasilitas yang cukup Kawasan Bopunjur 1. Keanekaragaman obyek dan jenis atraksi relatif sangat tinggi 2. Kualitas obyek ekowisata tergolong relatif tinggi 3. Telah dikenal secara nasional 4. Luasan tapak sangat mendukung untuk beragam kegiatan 5. Telah memiliki permintaan aktual yang tinggi 6. Telah memiliki rantai suplai yang komprehensif 7. Telah memiliki infrastruktur dan fasilits yang beragam 8. Kondisi sumberdaya belum tergolong terlalu rusak Kelemahan Weakness. Meskipun hampir semua kategori kelemahan yang telah dipaparkan pada bab terdahulu adalah terdapat pada kedua kelompok wilayah ekowisata tersebut di atas, namun kelemahan yang terdapat di KW Bopunjur adalah tergolong lebih rentan dari pada kelemahan di DW Cibodas. Berbagai konflik sosial yang ditimbulkan oleh kemandulan regulasi penataan ruang di KW Bopunjur adalah sangat krusial dalam proses pembangunan dan pengembangan ekowisata yang akan dielaborasi. Berbagai kelemahan yang ada di kawasan wisata ini terlihat pada Tabel 42. Tabel 42 Kelemahan bagi DW Cibodas dan KW Bopunjur dalam Perencanaan Pembangunan Ekowisata Wilayah Ekowisata Kelemahan Destinasi Cibodas 1. Lokasi tapak tergolong single entry access 2. Fungsi peruntukan tapak tergolong spesifik 3. Kualitas SDM belum memadai 4. Terikat akan aturan keuangan negara 5. Stake holde belum optimal 6. Pola perilaku kunjungan wisatawan terpusat pada hari libur 7. Ekespenditur wisatawan tergolong relatif rendah 8. Motivasi kunjungan turis belum berorientasi pada kualitas suplay Kawasan Bopunjur 1. Tata guna lahan terlanjur tidak tertata dengan baik dan benar 2. Investasi swasta terlanjur sudah tergolong tinggi 3. Kualitas SDM belum memadai 4. Rantai suplai relatif kompleks 5. Kinerja stake holder belum optimal 6. Pola perilaku kunjungan wisatawan terpusat pada hari libur 7. Ekespenditur wisatawan tergolong relatif rendah 8. Motivasi kunjungan turis belum berorientasi pada kualitas suplay 9. Konflik kepentingan tergolong relatif sangat tinggi. 102 Peluang Opportunity. Salah satu peluang terpenting bagi berbagai para- pihak yang terdapat pada kedua wilayah tujuan ekowisata di atas adalah adanya kebijakan pemerintah untuk menjadikan wilayah tersebut sebagai salah satu daerah tujuan ekowisata unggulan; baik pada skala regional maupun pada skala nasional. Kebijakan pemerintah tersebut akan menjadi landasan berpijak dan motivasi utama bagi berbagai para-pihak untuk terus melakukan berbagai usaha pembangunan dan pengembangan ekowisata yang baik dan benar di wilayah tersebut. Berbagai peluang lain yang dimiliki oleh para-pihak yang masuk dalam rantai suplai ekowisata di wilayah tersebut dapat dilihat pada Tabel 43. Tabel 43 Peluang bagi DW Cibodas dan KW dalam Perencanaan Pembangunan Ekowisata Wilayah Ekowisata Peluang Destinasi Cibodas 1. Kebijakan pemerintah dalam konservasi dan lingkungan 2. Kebijakan pemerintah dalam kepariwisataan 3. Persaingan tapak sejenis tergolong rendah 4. Persaingan captive market area tergolong rendah 5. Permintaan potensial tergolong tinggi 6. Perilaku wisatawan masih tergolong dapat dibentuk 7. Berbagai aset investasi yang ada tergolong masih bisa diotimalkan Kawasan Bopunjur 1. Kebijakan pemerintah dalam kepariwisataan dan lingkungan 2. Persaingan tapak sejenis tergolong rendah 3. Persaingan captive market area tergolong rendah 4. Permintaan potensial tergolong sangat tinggi 5. Perilaku wisatawan masih tergolong dapat dibentuk 6. Berbagai aset investasi yang ada tergolong masih bisa diotimalkan Ancaman Threat. Salah satu ancaman terpenting bagi DW Cibodas maupun bagi KW Bopunjur adalah keberadaan Gunung Gede yang tergolong vulkano yang masih aktif. Ancaman erupsi lava dari gunung berapi yang masih aktif ini adalah sangat laten dan krusial terhadap eksistensi berbagai obyek ekowisata yang terdapat pada kedua wilayah tersebut. Meskipun hingga saat ini 103 gunung berapi tersebut belum menunjukkan gejala aktif yang membahayakan, namun hingga saat ini pemerintah juga belum pernah melakukan suatu kegiatan antisipasi penyelamatan berbagai aset wisata yang terdapat pada kawasan tersebut. Selain itu, berbagai hal yang menjadi ancaman bagi rencana pembangunan dan pengembangan ekowisata di kedua wilayah tersebut disajikan pada Tabel 44. Tabel 44 Ancaman bagi Destinasi Ekowisata Cibodas dan Kawasan Ekowisata Bopunjur dalam Perencanaan Pembangunan Ekowisata. Wilayah Ekowisata Ancaman Destinasi Cibodas 1. Ancaman letusan gunung berapi Gn. Gede 2. Rencana jalan tol menuju Bandung dan Sukabumi 3. Rencana pengembangan ekowisata di Kabupaten Sukabumi 4. Rencana pengembangan ekowisata Salak Endah 5. Rencana pengembangan ekowisata Kab. Bandung Barat Kawasan Bopunjur 1. Ancaman letusan gunung berapi Gn. Gede 2. Rencana jalan tol menuju Bandung dan Sukabumi 3. Rencana pengembangan ekowisata di Kabupaten Sukabumi 4. Rencana pengembangan ekowisata Salak Endah 5. Rencana pengembangan ekowisata Kab. Bandung Barat

B. Perumusan Strategi

Avenzora 2003 secara sederhana membedakan perencanaan ekowisata menjadi dua kategori yang berbeda, yaitu perencanaan yang bersifat sainstifik wissenschaftliche plannung dan perecanaan praktis leitbildplannung atau sering juga dikenal sebagai perencanaan apriori atau coba-coba. Dalam proses perencanaan yang bersifat ilmiah scientific dijelaskan bahwa proses penetapan berbagai keputusan strategis yang akan dielaborasi menjadi berbagai rencana tindakan yang akan diambil harus mempunyai suatu keterkaitan yang tidak terputus satu sama lain dan jelas sebab akibatnya. Adapun dalam proses perencanaan apriori berbagai keputusan strategis yang dipakai untuk mengelaborasi serangkaian rencana tindakan yang akan dilakukan dapat saja berasal dari suatu kebijakan pimpinan yang mendominasi proses perencanaan ataupun berdasarkan selera para pengambil keputusan. 104 1 . Penguatan Kapasitas para-pihak dalam Rantai Suplai Mempertimbangkan berbagai potensi dan dinamika pada mata rantai pasokan wisata yang terdapat di DW Cibodas saat ini, maka sebaiknya visi pembangunan ekowisata tersebut adalah sebagai berikut: “ Terciptanya suatu pasokan ekowisata yang atraktif, variatif dan berkualitas yang menjamin optimalnya fungsi ekologi, sosial budaya dan ekonomi serta kepuasan dan kualitas wisata yang optimal bagi pengunjung di setiap ruang yang digunakan sebagai destinasi ekowisata” Untuk mencapai visi tersebut, beberapa misi penting yang harus dilakukan oleh penyedia jasa tapak wisata di Kawasan Wisata Cibodas setidaknya harus terdiri dari beberapa hal berikut: 1. Mengoptimasi fungsi-fungsi ekologis, sosial budaya serta ekonomi dari setiap tapak yang dijadikan destinasi wisata; 2. Mengoptimasi nilai kreatif dan originalitas produk wisata pada setiap destinasi wisata; 3. Mengoptimasi keragaman produk wisata yang dipasokkan pada setiap destinasi wisata; dan 4. Mengoptimasi kualitas produk wisata yang dipasokkan pada setiap destinasi wisata . Terdapat masalah yang sama yang terjadi pada semua destinasi wisata di KW Cibodas, yaitu pasokan jasa wisata bersifat akses terbuka open acccess. Secara sederhana sifat pasokan jasa wisata dapat dibedakan menjadi dua, yaitu bersifat eksklusif dan inklusif. Pada pasokan jasa wisata yang bersifat eksklusif, pelanggan tidak bisa mengakses pasokan jasa wisata kecuali menjadi anggota atau ada sistem keanggotaan. Sebaliknya, pada pasokan jasa wisata yang bersifat inklusif, maka setiap pelanggan dapat mengakses pasokan jasa wisata tersebut. Sejalan dengan sifat akses terbuka dari pasokan jasa wisata yang ada di kawasan ini, maka sumberdaya wisata di kawasan tersebut tergolong dalam kelompok jasa wisata yang bersifat inklusif.