Savage et al., 1991 mendefinisikan para pihak sebagai kelompok atau individu yang memiliki kepentingan dalam tindakan dari suatu organisasi dan
kemampuan untuk mempengaruhinya. Adapun Carroll 1993 memaknai para pihak sebagai kelompok-kelompok atau individu dengan organisasi yang
berinteraksi atau memiliki saling ketergantungan dan setiap individu atau
kelompok yang dapat mempengaruhi atau dipengaruhi oleh tindakan, keputusan, kebijakan, praktek atau tujuan organisasi. Dengan demikian, para pihak
memenuhi syarat jika memiliki kekuatan baik untuk mempengaruhi perusahaan atau saham dalam kinerja perusahaan. Berdasarkan analisis ini, dapat dikatakan
bahwa stakeholder memiliki potensi untuk membantu atau merusak perusahaan. Mitchell et al., 1997 mengemukakan bahwa kekuasaan dan legitimasi
adalah atribut inti dari sebuah tipologi identifikasi para pihak. Dalam hal ini kekuasaan didefinisikan sebagai kemampuan pihak yang telah atau dapat
mendapatkan akses untuk memaksakan kehendak dalam hubungan yang terjadi. Adapun legitimasi adalah persepsi umum atau asumsi bahwa tindakan dari suatu
entitas yang diinginkan, tepat, atau sesuai dalam beberapa sistem sosial dibangun dari norma-norma, nilai-nilai, keyakinan, dan definisi. Kedua atribut tersebut
diperlakukan sebagai variabel. Dengan kata lain, kekuasaannya dapat diperoleh dan hilang, dan legitimasi dapat hadir atau tidak ada.
Mitchell et al., 1997 menambahkan urgensi para pihak dalam istilah manajerial adalah persepsi positif yang terkait dengan kepemilikan tiga macam
atribut, yaitu kekuasaan, legitimasi, dan urgensi. Para pihak yang dianggap memiliki tiga atribut adalah cenderung lebih menonjol daripada mereka yang
dimiliki satu atau dua dari atribut. Studi lain tentang identifikasi para pihak mengidentifikasikan kekuasaan sebagai atribut pemangku kepentingan inti
Frooman, 1999. Para pihak kunci didefinisikan sebagai mereka yang menguasai sumberdaya penting untuk kelangsungan hidup organisasi. Atribut inti yang
digunakan dalam definisi Frooman adalah kekuatan. Dalam hal ini Frooman berpendapat bahwa sifat hubungan antara para pihak dan perusahaan adalah
tergantung pada siapa dan berapa banyak dalam menentukan segala sesuatu mengenai sumberdaya tertentu.
Ketergantungan perusahaan pada para pihak untuk suatu sumberdaya menentukan kekuatanpara pihak.
I. Persaingan
Persaingan dalam konteks pemasaran adalah keadaan yang menunjukkan perusahaan pada pasar produk atau jasa tertentu akan memperlihatkan
keunggulannya masing-masing, dengan atau tanpa terikat peraturan tertentu dalam rangka meraih pelanggannya Kotler dan Keller, 2007. Adapun menurut
Kertajaya dan Yuswohady 2004 menyatakan persaingan akan terjadi pada beberapa kelompok pesaing yang tidak hanya pada produk atau jasa sejenis, dapat
pada produk atau jasa substitusi maupun persaingan pada hulu dan hilir. Persaingan mencakup semua tawaran dari pesaing serta barang pengganti
yang aktual dan potensial yang mungkin dipertimbangkan oleh seorang pembeli. Kita dapat memperluas gambaran lebih lanjut dengan membedakan empat level
persaingan, berdasarkan tingkat kemampuan produk untuk menggantikan: 1.
Persaingan Merek adalah ketika sebuah perusahaan memandang perusahaan
lain yang menawarkan produk dan jasa serupa dengan harga yang sama sebagai pesaingnya;
2. Persaingan Industri merupakan sebuah perusahaan memandang semua perusahaan yang menghasilkan produk atau jenis produk yang sama sebagai
pesaingnya; 3.
Persaingan Bentuk terjadi ketika sebuah perusahaan memandang semua
perusahaan penghasil produk yang memasok jasa yang sama sebagai pesaingnya;
4. Persaingan Generik muncul ketika sebuah perusahaan melihat semua perusahaan yang bersaing untuk mendapatkan uang konsumen yang sama
sebagai pesaingnya. Suatu Bisnis Jasa bisa menjadi sangat komplek karena banyaknya elemen
yang mempengaruhinya, seperti sistem internal organisasi, lingkungan fisik, kontak personal, iklan, tagihan dan pembayaran, komentar dari mulut ke mulut,
dan sebagainya. Berkenaan dengan hal itu Kotler dan Keller 2007 menegaskan bahwa pemasaran jasa tidak hanya membutuhkan pemasaran eksternal, tetapi juga
pemasaran internal dan pemasaran interaktif. Juga dijelaskan bahwa perusahaan jasa perlu melakukan diferensiasi melalui inovasi yang bersifat pre-emptive dalam
jangka panjang. Pre-emptive adalah implementasi suatu strategi yang baru bagi suatu bisnis tertentu, karena merupakan yang pertama maka dapat menghasilkan
keterampilan atau aset yang dapat merintangi, mencegah atau menghalangi para pesaing untuk melakukan duplikasi atau membuat tandingannya. Dalam hal ini
suatu perusahaan jasa juga dapat mendiferensiasikan dirinya melalui citra di mata pelanggan, misalnya melalui simbol-simbol dan merek yang digunakan. Selain itu
perusahaan dapat melakukan diferensiasi kompetitif dalam penyampaian jasa service delivery melalui 3 tiga aspek yang juga dikenal sebagai 3P dalam
pemasaran jasa, yaitu melalui: Orang People. Perusahaan jasa dapat membedakan dirinya dengan cara
merekrut dan melatih karyawan yang lebih mampu dan lebih dapat diandalkan dalam berhubungan dengan pelanggan, daripada karyawan
pesaingnya. Lingkungan
fisik Physical
environment. Perusahaan
jasa dapat
mengembangkan lingkungan fisik yang lebih atraktif. Proses Process. Perusahaan jasa dapat merancang proses penyampaian jasa
yang superior, misalnya home banking yang dibentuk oleh bank tertentu. Syarat yang harus dipenuhi oleh suatu perusahaan jasa agar dapat sukses
dalam persaingan adalah berusaha mencapai tujuan untuk menciptakan dan mempertahankan pelanggan. Dengan demikian, setiap perusahaan harus mampu
memahami perilaku konsumen pada pasar sasarannya. Melalui pemahaman perilaku konsumen, pihak manajemen perusahaan dapat menyusun strategi dan
program yang tepat dalam rangka memanfaatkan peluang yang ada dan mengungguli para pesaingnya Kotler dan Keller, 2007.
Kertajaya dan Yuswohady 2004 menjelaskan bahwa terdapat tiga syarat dalam melakukan diferensiasi, yakni: 1 diferensiasi harus mampu mendatangkan
nilai tambah yang tinggi kepada pelanggan, 2 diferensaiasi harus merupakan keunggulan dari pesaing dan 3 diferensiasi harus memiliki keunikan. Adapun
berkaitan dengan tingkat persaingan, pada dasarnya terdapat 5 lima macam ancaman persaingan yang mempengaruhi kemampuan perusahaan untuk