Evaluasi Rantai Suplai HASIL DAN PEMBAHASAN

68 swasta; baik pengusaha besar seperti pemilik hotel berbintang, pengusaha menengah seperti pemilik hotel non bintang, serta pengusaha kecil seperti penyedia jasa warung makan dan cinderamata. Persepsi para pihak dalam rantai suplai menunjukkan bahwa performa kinerja intra-elemen suplai pada DW Cibodas umumnya adalah tergolong buruk dan agak buruk seperti terlihat pada Tabel 9. Artinya dari 7 indikator lihat catatan “c” pada Tabel 9 hanya 2 sampai 3 indikator yang dipersepsikan positif. Meskipun demikian, persepsi pengusaha kecil terhadap pemerintah sebagai penyedia jasa wisata persepsi F terhadap B dan persepsi BUMN terhadap pemerintah sebagai penyedia jasa wisata persepsi C terhadap B serta persepsi pengusaha kecil terhadap pengusaha swasta besar persepsi F terhadap D adalah tergolong agak baik skor 5. Namun diduga kuat persepsi yang timbul tersebut adalah merupakan persepsi semu placebo perception seperti yang diungkapkan Hall dan Page 1999, yaitu suatu persepsi yang muncul sebagai akibat adanya interaksi kedua pihak dan karena karakter inheren yang bersifat feodal di antara para pihak yang memberi nilai terhadap para pihak yang dinilai. Tabel 9 Skor persepsi para pihak ekowisata tentang kinerja setiap intra-stakeholder dan kinerja inter-stakeholder di Cibodas No. Kriteria Stake Holder Skor Persepsi Untuk Kriteria Stakeholder A B C D E F Total Rata-rata A. Pemerintah sebagai regulator 3 4 3 3 4 3 20 3 B. Pemerintah penyedia jasa 3 3 3 4 4 4 21 3 C. BUMN 3 5 3 4 4 3 22 3 D. Usaha swasta besar 2 4 4 4 4 1 19 3 E. Usaha swasta menengah 4 4 3 2 4 4 21 3 F Usaha swasta kecil 4 5 2 5 2 2 20 3 Total 19 25 18 20 22 17 123 3 Rata-rata 3 4 3 3 3 2 3 3 Catatan: a. Skor 1-7, yaitu 1 untuk persepsi sangat buruk berturut-turut hingga 7 untuk persepsi yang sangat baik. b. Jumlah n = 45 stakeholder. c. Esensi persepsi : persaingan jenis usaha, lokasi usaha, waktu usaha, perilaku usaha, persaingan harga produk, kebijakan usaha dan kontribusi yang didapatkan dari stakeholder lain. Memperhatikan hasil studi yang digambarkan pada Tabel 9 di atas, salah satu hal yang menarik dan juga tergolong positif dalam proses perencanaan selanjutnya adalah adanya introspeksi internal dari responden atas kinerja dari sistem tempat responden bernaungbekerja. Responden pada institusi pemerintah 69 sebagai regulator, sebagai penyedia jasa dan responden pada kelompok usaha kecil ternyata memberikan skor persepsi yang rendah skor 2 sampai 3 terhadap kinerja institusikelompoknya sendiri. Kesadaran dan kejujuran responden pada institusi pemerintah tersebut dapat dijadikan sebagai indikator tentang masih adanya energi positif positive energy pada organisasi tersebut. Menurut Hellriegel dan Slocum 2004 energi positif dalam suatu institusi tersebut adalah merupakan salah satu pintu masuk yang sangat penting dalam menggerakkan organisasi untuk mencapai kinerja optimalnya dibandingkan dengan internal apastism yang umum terjadi pada suatu organisasiintitusi yang mengalami stagnansi. Adapun rendahnya skor persepsi di antara rantai pengusaha kecil diduga kuat adalah diakibatkan oleh adanya persaingan usaha sejenis yang sudah melebihi kelenturan persaingan yang mereka miliki seperti yang diungkapkan oleh Kotler dan Keller 2007. Sejalan dengan dinamika yang terjadi di DW Cibodas, maka data pada Tabel 10 juga menunjukkan skor persepsi yang buruk tentang kinerja para pihak pada KW Bopunjur. Jika pada DW Cibodas evaluasi internal internal evaluation yang dilakukan oleh responden pemerintah sebagai regulator masih memberikan rata-rata skor 3 agak buruk, maka tidak demikian halnya persepsi yang diberikan oleh responden pada KW Bopunjur yang memberikan rata-rata nilai skor 2. Namun para pengusaha kecil pada KW Bopunjur ternyata mempunyai persepsi biasa saja terhadap kinerja berbagai kelompok usaha kecil, yang berarti lebih baik dibandingkan dengan di DW Cibodas; hal ini diduga disebabkan oleh karena relatif lebih luasnya pasar yang sudah pasti captive market yang berupa pasar lokal di wilayah Bopunjur dibandingkan pasar yang sudah pasti captive market yang dimiliki oleh pedagang kecil di DW Cibodas. Semakin rendahnya skor persepsi responden tentang kinerja pemerintah sebagai regulator pada KW Bopunjur diduga kuat setidak-tidaknya adalah karena kompleksitas hirarki kepemerintahan antara Pemerintah Pusat, Pemerintah Propinsi dan Pemerintah Kabupaten serta Pemerintah Kecamatan dan Desa pada kabupaten yang sama ataupun pada Kabupaten yang berbeda, serta karena adanya benturan kepentingan antar hirarki dan benturan kepentingan antar wilayah 70 administrasi yang berbeda. Tidak selesainya Rencana Umum Tata Ruang Bopunjur hingga saat ini adalah dapat menjadi indikator penting tentang kompleksitas regulasi dan benturan kepentingan antar regulator di dalam menata DW Cibodas dan KW Bopunjur. Tabel 10 Skor persepsi para pihak ekowisata tentang kinerja setiap intra- stakeholder dan kinerja inter-stakeholder ekowisata di Bopunjur No. Kriteria Stake Holder Skor Persepsi Untuk Kriteria Stakeholder A B C D E F Total Rata-rata A. Pemerintah sebagai regulator 2 4 3 3 4 3 19 3 B. Pemerintah penyedia jasa 3 3 3 4 4 5 22 3 C. BUMN 3 5 3 4 4 3 22 3 D. Usaha swasta besar 2 4 4 4 4 4 22 3 E. Usaha swasta menengah 2 3 3 2 3 4 17 2 F Usaha swasta kecil 3 2 2 1 2 4 14 2 Total 15 21 18 18 21 23 116 2 Rata-rata 2 3 3 3 3 3 2 2 Catatan: a. Jumlah n = 45 stakeholder. b. Esensi persepsi : persaingan jenis usaha, lokasi usaha, waktu usaha, perilaku usaha, persaingan harga produk, kebijakan usaha dan kontribusi yang didapatkan dari stakeholder lain. Rendahnya skor persepsi kinerja pemerintah sebagai penyedia jasa wisata juga tampak pada statistik pengunjung yang mengkonsumsi jasa wisata yang disediakannya. Jika TN Gunung Gede Pangrango dijadikan sebagai contoh, maka data pada Gambar 12 menunjukkan bahwa dalam 10 tahun terakhir ternyata rata- rata jumlah pengunjung yang mendatangi TN tersebut hanyalah berkisar pada angka 70 ribu pengunjung; meskipun tampak terjadi kecenderungan peningkatan pada periode sebelum 2006, namun kembali menunjukkan kecendrungan penurunan sejak Tahun 2007. Jika rata-rata jumlah pengunjung melalui pintu Cibodas adalah 52,000 orang dan struktur data yang ada menunjukkan jumlah pengunjung dari Pintu Cibodas rata-rata adalah 65 dari jumlah total pengunjung TN Gunung Gede Pangrango yang juga mempunyai titik masuk entry point dari Pintu Salabitana dan Pintu Bodogol, ternyata setiap minggunya rata-rata hanya sekitar 1.000 pengunjung yang mendatangi TN Gunung Gede Pangrango melalui Pintu Cibodas untuk melakukan kegiatan wisata pada akhir minggu. 71 Jum la h Pe ngunjung 90000 80000 70000 Ora ng 60000 50000 40000 30000 20000 10000 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 Tahun Gambar 12 Pengunjung TN Gunung Gede Pangrango Tahun 2002 - 2009. Mempertimbangkan bahwa kegiatan wisata akhir minggu adalah dihitung dalam dua hari, yaitu hari Sabtu dan Minggu, maka dapat disimpulkan bahwa ternyata kinerja TN Gunung Gede Pangrango dalam menjadikan berbagai aset sumberdaya ekowisata yang mereka miliki untuk menjadi obyek dan atraksi yang mampu menarik wisatawan di DW Cibodas adalah masih sangat rendah yaitu hanya sekitar 500 orang pada setiap wisata akhir minggu di Hari Sabtu atau Hari Minggu dari titik optimal yang seharusnya potensial untuk dicapai. Meskipun hingga saat ini belum ada satu pihakpun yang menyatakan secara formal tentang berapa sesungguhnya nilai daya dukung total untuk pemanfaatan TN Gunung Gede Pangrango dalam jasa ekowisata, namun bisa dipastikan bahwa angka jumlah pengunjung tersebut adalah sangat jauh dari nilai daya dukung yang secara teoritis bisa ditentukan untuk tujuan tersebut. Memperhatikan apa yang diingatkan Avenzora 2008 tentang betapa pentingnya jumlah kunjungan number of visit daripada jumlah pengunjung number of visitor dalam membangun dan mengembangkan ekowisata, maka juga dapat dikatakan bahwa ternyata TN Gunung Gede Pangrango hingga saat ini masih belum mampu untuk membangun kerangka nilai pelayanan dalam aspek jasa yang menjadi tupoksinya. Hingga saat ini data statistik yang ada di TN Gunung Gede Pangrango adalah sama sekali belum menunjukkan adanya kesadaran institusi tentang pentingnya jumlah pengunjung dalam proses pelayanannya. Ju m lah Peng un jung _ d a lam ri bua n 72 Jika dilihat dari aspek jumlah pengunjung lihat Gambar 12, tampaknya performa kinerja KR Cibodas sebagai elemen pemerintah dalam menyediakan jasa wisata adalah jauh lebih bagus daripada yang dimiliki oleh TN Gunung Gede Pangrango seperti yang telah dipaparkan di atas. Meskipun demikian, angka rata- rata jumlah pengunjung per tahun yang lebih baik tersebut adalah harus diklasifikasikan sebagai belum kondusif untuk mencapai tujuan dari suatu penyelenggaraan ekowisata. Baiknya performa jumlah pengunjung rata-rata tahunan tersebut adalah lebih banyak disebabkan oleh karena terjadinya lonjakan pengunjung pada periode libur lebaran. 700 600 500 400 300 200 100 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 Tahun Gambar 13 Jumlah pengunjung Kebun Raya Cibodas selama 10 tahun terakhir. Pada Gambar 13 terlihat bahwa jumlah pengunjung di KR Cibodas pada tahun 2010 yang mencapai 453.000 orang adalah lebih banyak disebabkan besarnya angka jumlah pengunjung pada bulan September di saat terjadi musim libur lebaran pada tahun 2010 sebanyak 83.000 orang; yang nilainya melebihi 2 kali nilai rata-rata jumlah pengunjung setiap bulan yakni 36.000 orang. Dalam konteks ekowisata, jumlah pengunjung yang sangat fluktuatif tersebut adalah Pengunjung dalamribuan _ ua ri Fe M Ap M ei Ju ni Ju Ag us Se mb er Ok er No ve mb De be 73 dapat dijadikan sebagai indikator tentang terpicunya tekanan lingkungan, yang akan berujung pada turunnya kepuasan pengunjung pada periode kunjungan tersebut . 100 80 60 40 20 Hari Kerja Hari Libur Total Bulan Gambar 14 Fluktuasi jumlah pengunjung bulanan di Kebun Raya Cibodas. Data pada Tabel 11 dan 12 melengkapi persepsi intra-stakeholder dan inter- stakeholder ekowisata di KW Bopunjur dan di DW Cibodas yang telah dipaparkan di atas. Dari Tabel 11 dapat dilihat bahwa tidak satupun para pihak memberikan persepsi yang baik terhadap kinerja pemerintah sebagai bagian dari rantai suplai di kawasan dan destinasi tersebut. Baik untuk DW Cibodas maupun untuk KW Bopunjur, nilai rata-rata skor persepsi terhadap kinerja pemerintah menurut 10 kelompok elemen rantai suplai yang ada adalah hanya 2.6 antara agak buruk dan buruk. Tidak satupun kelompok para pihak yang terdapat pada dua kawasan ini yang mendapatkan skor persepsi yang tergolong baik skor 6. 74 Tabel 11 Persepsi para pihak ekowisata tentang kinerja setiap intra-stakeholder dan kinerja inter-stakeholder menurut jenis usaha di Destinasi Wisata Cibodas Skor Persepsi Stakeholder No. Kriteria Stakeholder A Pemerintah sebagai regulator A B C D E F G H I J K Total Rata -rata 3 4 5 3 4 5 5 5 4 4 3 45 4 B LSM 1 3 2 1 1 4 4 4 4 4 3 31 2 C Penyedia jasa tapak destinasi D Penyedia jasa akomodasi E Penyedia jasa transportasi F Penyedia jasa tour operator G Penyedia jasa rumah makan H Penyedia jasa factory outlet I Penyedia jasa convenient store J Penyedia jasa cindramata 2 2 4 4 3 3 4 4 4 4 3 3 2 5 4 3 3 4 4 4 4 4 2 2 5 4 3 4 3 4 4 2 4 2 2 5 3 4 3 3 3 4 2 4 2 2 5 4 3 3 4 4 3 4 3 4 2 4 4 3 3 4 5 5 5 5 4 2 5 5 3 2 3 4 3 4 4 3 2 5 5 4 2 3 2 4 4 5 37 3 40 3 37 3 35 3 37 3 44 4 39 3 39 3 K Penyedia jasa kaki lima 3 3 5 2 3 1 3 3 4 4 4 35 3 Total 29 26 50 39 34 33 40 42 43 41 42 419 3 Rata-rata 2 2 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 Catatan: a. Skor 1-7, yaitu 1 untuk persepsi sangat buruk berturut-turut hingga 7 untuk persepsi yang sangat baik. b. Jumlah n = 45 stakeholder. c. Esensi persepsi : persaingan jenis usaha, lokasi usaha, waktu usaha, perilaku usaha, persaingan harga produk, kebijakan usaha dan kontribusi yang didapatkan dari stakeholder lain. Tabel 11 dan 12 menggambarkan bahwa keseluruhan sistem rantai suplai yang ada di kedua lokasi ekowisata tersebut adalah belum memberikan performa kinerja yang optimal. Adapun nilai skor 1 sangat buruk, lihat Tabel 12 yang diberikan oleh LSM sebagai salah satu elemen suplai adalah lebih diduga karena pola kejujuran minoritas the frankly minority banyak dipilih oleh LSM dalam menyuarakan kepentingan yang dimilikinya ataupun kepentingan yang sedang menjadi perhatiannya. Lebih lanjut, relatif baiknya skor persepsi yang dimiliki oleh toko produk pabrik factory outletFO pada kawasan ini adalah diduga karena besarnya harapan para pihak lain kepada FO untuk bisa menjadi citra icon baru dalam 75 menarik pengunjung ke kawasan ini. Dengan demikian, kawasan tersebut tidak hanya dikunjungi pada setiap akhir pekan ataupun saat libur nasional, tetapi juga pada hari-hari biasa. Tabel 12 Persepsi para pihak ekowisata tentang kinerja setiap intra-stakeholder dan kinerja inter-stakeholder ekowisata menurut jenis usaha di Kawasan Wisata Bopunjur No. Kriteria Stakeholder A Pemerintah sebagai Regulator Skor Persepsi Stakeholder A B C D E F G H I J K Total Rata- rata 3 4 5 3 4 5 5 5 4 4 3 45 4 B LSM 1 3 2 1 1 4 4 4 5 4 3 32 2 C Penyedia jasa tapak destinasi D Penyedia jasa akomodasi E Penyedia jasa transportasi F Penyedia jasa tour operator G Penyedia jasa rumah makan H Penyedia jasa tactory outlet I Penyedia jasa convenient store J Penyedia jasa cindramata K Penyedia jasa kaki lima 2 2 4 5 4 3 4 4 4 4 3 3 2 5 4 4 3 4 5 4 4 4 2 2 4 4 3 4 3 4 3 2 4 2 3 5 3 4 3 3 3 4 1 4 2 2 5 4 3 3 4 4 3 4 3 4 2 4 5 3 3 4 5 5 5 5 4 2 4 5 3 2 3 3 3 4 4 3 2 4 5 4 2 3 2 4 4 5 3 3 5 2 3 1 3 3 4 4 4 39 3 42 3 35 3 35 3 37 3 45 4 37 3 38 3 35 3 Total 29 27 47 41 36 33 40 42 43 40 42 420 3 Rata-rata 2 2 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 Catatan: a. Skor 1-7, yaitu 1 untuk persepsi sangat buruk berturut-turut hingga 7 untuk persepsi yang sangat baik. b. Jumlah n = 45 stakeholder. c. Esensi persepsi : persaingan jenis usaha, lokasi usaha, waktu usaha, perilaku usaha, persaingan harga produk, kebijakan usaha dan kontribusi yang didapatkan dari stakeholder lain. Rendahnya persepsi berbagai para pihak terhadap kinerja pemerintah baik dalam konteks sebagai regulator maupun sebagai penyedia jasa, dalam pembangunan ekowisata di KW Bopunjur dan DW Cibodas juga diduga kuat sangat erat kaitannya dengan visi dan misi yang diemban oleh pemerintah. Sebagai contoh, pada Tabel 13 dan Tabel 14 visi dan misi dari beberapa para- pihak yang terdapat di Destinasi Ekowisata Cibodas dan yang terdapat di Kawasan Ekowisata Bopunjur. 76 Tabel 13 Orientasi visi dan misi penyedia jasa wisata contoh di Destinasi Wisata Cibodas No. Penyedia Jasa Wisata Orientasi Visi Orientasi Misi 1 KR Cibodas Ekologi Ekologi aktivitas ilmiah 2 TN Gn Gede Pangrango Ekologi Ekologi, sosial ekonomi budaya masyarakat 3 WA Mandalawangi Ekologi dan ekonomi Ekologi pendidikan lingkungan dan ekonomi Sumber : Diolah dari hasil penelusuran dokumen institusi penyedia jasa wisata Dari Tabel 13 terlihat bahwa KR Cibodas, TN Gunung Gede Pangrango dan TW Mandalawangi tidak secara nyata mencantumkan adanya visi dan misi jasa ekowisata di dalam statuta yang dimilikinya. Dengan demikian menjadi mudah untuk dipahami bahwa kebijakan-kebijakan yang ada pada institusi pemerintah tersebut menjadi tidak berpihak kepada ekowisata; baik dalam arti arah kegiatan setiap tahun maupun dalam bentuk dukungan dana untuk melakukan kegiatan. Sebaliknya, dari Tabel 14 data yang nampak malah menunjukkan bahwa tidak satupun para pihak yang secara eksplisit menyatakan adanya orientasi ekowisata, baik ekologi, sosial budaya dan ekonomi secara lengkap dalam visi dan misinya. Tabel 14 Orientasi visi dan misi penyedia jasa wisata di Kawasan Wisata Bopunjur No. Penyedia Jasa Wisata Orientasi Visi Orientasi Misi 1 TWA Telaga Warna Ekologi jasa rekreasi Ekologi dan ekonomi 2 TW Riung Gunung Ekonomi Ekonomi dan sosial ekonomi masyarakat 3 PTPN VIII WA Gunung Mas Ekonomi agribisnis Ekonomi agribisnis dan sosial ekonomi masyarakat 4 Perhutani WW Curug Cilember, WW Curug Panjang Ekonomi bisnis ekowisata Ekologi dan sosial ekonomi masyarakat dan WW Curug Naga 5 Taman Safari Indonesia TSI Ekologi dan Ekonomi Ekologi dan ekonomi 6 TW Matahari Ekonomi Ekonomi dan ekologi 7 Melrimba Garden Ekonomi Ekonomi 8 Cansebu Resort Ekonomi Ekonomi 9 Lembah Pertiwi Ekonomi Ekonomi Sumber : Diolah dari hasil penelusuran dokumen institusi penyedia jasa wisata Tidak komprehensifnya visi dan misi dari berbagai para pihak dalam rantai suplai ekowisata di KW Bopunjur dan DW Cibodas juga berlanjut dan diperburuk dengan kualitas SDM yang terdapat di berbagai para pihak yang termasuk dalam rantai suplai wisata. Data pada Tabel 15 bahkan memperlihatkan bahwa hanya 30 persen dari SDM di KR Cibodas dan TN Gunung Gede Pangrango yang berkualifikasi sarjana. Pangrango 142 3 Ada Ada Ada Ada Ada Strata Pari- 77 Tabel 15 Kondisi Sumberdaya Manusia SDM perusahaaninstitusi penyedia jasa wisata di Destinasi Wisata Cibodas Tahun 2011 Sumberdaya Manusia FungsiBidang Wisata No. Penyedia Jasa Wisata Jumlah orang Kualifikasi Pendidikan Pro- Stra- Pari- Eko- duk ta wisata Wisata Wisata Pema- saran dan Promosi Lain- nya 1 KR Cibodas 194 3 Ada Ada Ada Ada Ada 2 TN Gn Gede 3 WA Mandalawangi 7 7 - - Ada - Ada Keterangan: Strata pendidikan disusun berdasarkan persentase yang berpendidikan di atas SMA, yaitu: a = 0 – 10; b = 11 – 20; c = 21 – 30; d = 31 – 40; e = 41 -50; f = 51 – 60 dan g= 60. Sumber : Diolah dari hasil penelusuran dokumen institusi penyedia jasa wisata Data pada Tabel 16 menunjukkan bahwa sebagian besar SDM di berbagai para pihak yang terdapat di KW Bopunjur adalah juga tidak mempunyai kualifikasi SDM yang mencukupi. Performa SDM peyedia jasa wisata di KW Bopunjur relatif sama dengan di DW Cibodas. Dengan demikian, secara keseluruhan dapat ditarik kesimpulan bahwa SDM pada penyedia jasa wisata tidak memberikan penekanan pada latar belakang pendidikan yang khusus di bidang wisata, khususnya ekowisata. Hal ini diduga disebabkan oleh dua hal, yaitu 1 anggapan bahwa usaha ekowisata merupakan kegiatan bisnis yang tidak berbeda dengan bisnis lainnya dan 2 keterbatasan institusi pendidikan dengan kekhususan di bidang ekowisata. Para pelaku bisnis ekowisata lebih banyak menggunakan intuisi dan pengalaman dengan dilengkapi pengetahuan dalam aspek bisnis dan manajemen dalam menjalankan bisnis penyediaan jasa wisata. Tabel 16 Kondisi Sumberdaya Manusia SDM penyedia jasa wisata di Kawasan Bopunjur Tahun 2011 Sumberdaya Manusia FungsiBidang Wisata No. Penyedia Jasa Wisata Jumlah orang Kualifikasi Pendidikan Eko- wisata wisata Produk Wisata Pema- saran dan Promosi Lain- nya 1 TWA Telaga Warna 4 7 - - - - Ada 2 TW Riung Gunung 6 2 - - - - Ada 3 WA Gunung Mas 85 1 - - - - Ada 4 WW Curug Cilember 12 7 - - Ada Ada Ada 5 WW Curug Panjang 7 4 - Ada - - Ada 6 WW Curug Naga 6 4 - Ada Ada Ada Ada 7 TSI 500 3 Ada - Ada Ada Ada 8 TW Matahari 424 2 Ada - Ada Ada Ada 9 Melrimba Garden 73 1 - - Ada Ada Ada 10 Cansebu Resort 80 1 - - Ada Ada Ada 11 Lembah Pertiwi 12 1 - - Ada Ada Ada Keterangan: Strata pendidikan disusun berdasarkan persentase yang berpendidikan di atas SMA, yaitu: a = 0 – 10; b = 11 – 20; c = 21 – 30; d = 31 – 40; e = 41 -50; f = 51 – 60 dan g= 60. Sumber : Diolah dari hasil penelusuran dokumen institusi penyedia jasa wisata 78 Sumberdaya manusia SDM yang memiliki berbagai kelemahan kualifikasi sebagaimana dipaparkan di atas menjadi semakin sulit untuk diajak dan diharapkan mempunyai kreativitas dan prestasi kerja yang lebih baik, karena ternyata sebagian besar mereka yang hanya memiliki keterampilan kurang memadai tersebut dan tentunya juga mempunyai kemampuan kognitif yang lemah karena kualifikasi pendidikan yang tidak mencukupi, ternyata harus menanggung volume pekerjaan yang tidak sepadan dalam keseharian tugas-tugasnya. Sebagai contoh, pada Tabel 17 dapat dilihat betapa kecilnya rasio ketersediaan SDM pengelolaan dibandingkan dengan luas tapak ekowisata yang harus dikelola pada berbagai tapak DW Cibodas. Tabel 17 Proporsi Sumberdaya Manausia SDM pada obyek KW Cibodas Tahun 2011 No. Penyedia Jasa Wisata Luas Areal Obyek Wisata Ha Jumlah SDM orang Proporsi SDM orangHa 1 KR Cibodas 84,99 194 2,282 2 TN Gn Gede Pangrango 21.975,00 142 0,006 3 WA Mandalawangi 39,50 7 0,177 Sumber : Diolah dari hasil penelusuran dokumen institusi penyedia jasa wisata Pada kondisi musim puncak kunjungan yakni terjadi lonjakan jumlah pengunjung secara tajam biasanya para pengelola obyek wisata menggunakan tenaga bantuan yang diangkat sebagai tenaga upah harian. Namun langkah tersebut sesungguhnya tidak memecahkan masalah pelayanan secara komprehensif. Dalam kondisi membludaknya pengunjunga, umumnya pengelola obyek wisata hanya berorientasi untuk mengatasi proses pembelian tiket masukm, kebersihan relatif terjaga dan keamanan tempat wisata dapat terkendali. Aspek kepuasan berwisata pengunjung belum mampu dijadikan orientasi utama. Salah satu hal mendasar yang menjadi kelemahan tenaga upah harian tersebut adalah ketrampilan yang dimiliki sangat rendah, yaitu akibat pola pengangkatan yang cenderung sekedar memanfaatkan tenaga lokal yang tidak terlatih. Rendahnya rasio SDM dengan luas tapak yang harus dikelola atau jumlah jasa dan kegiatan ekowisata yang ditawarkan seperti yang terjadi di berbagai tapak DW Cibodas ternyata juga terjadi di berbagai tapak kegiatan wisata yang terdapat di KW Bopunjur, seperti terlihat pada Tabel 18. 79 Tabel 18 Proporsi sumberdaya manusia SDM pada KW Boponjur Tahun 2011 No. Penyedia Jasa Wisata Luas Areal Obyek Wisata Ha Jumlah SDM orang Proporsi SDM orangHa 1 TWA Telaga Warna 4,60 4 0,87 2 TW Riung Gunung 1,10 6 5,45 3 WA Gunung Mas 300,00 85 0,28 4 WW Curug Cilember 5,90 12 2,03 5 WW Curug Panjang 24,50 7 0,29 6 WW Curug Naga 2,00 6 3,00 7 TSI 168,00 704 4,19 8 TW Matahari 40,00 424 10,60 9 Lembah Pertiwi 4,00 12 3,00 Sumber : Diolah dari hasil penelusuran dokumen institusi penyedia jasa wisata Salah satu akibat dari rendahnya kualitas dan performa kinerja SDM yang terdapat pada berbagai tapak ekowisata yang ada di areal DW Cibodas maupun di KW Bopunjur adalah rendahnya tingkat kepuasan pada pengunjung. Hasil studi menunjukkan bahwa persepsi pengunjung terhadap kinerja SDM yang bertugas pada para pihak yang berada dalam rantai suplai di kedua kawasan wisata tersebut sama sekali belum bisa digolongkan sebagai optimal. Pada DW Cibodas, nilai rata-rata skor persepsi pengunjung hanya menunjukkan angka 4 yang berarti sedang lihat Tabel 19, sedangkan pada KW Bopunjur nilai rata-rata skor pengunjung hanyalah 3 agak buruk Tabel 20. Tabel 19 Nilai kepuasan pengunjung terhadap profesionalisme Sumberdaya Manusia SDM pada DW Cibodas No. Penyedia Jasa Wisata Nilai Persepsi Kriteria A B C D E F G Total Rata-rata 1 KR Cibodas 5 4 4 4 4 4 4 29 4 2 TN Gn Gede Pangrango 6 5 4 5 5 5 5 35 5 3 WA Mandalawangi 5 3 3 3 3 3 3 23 3 Total 16 12 11 12 12 12 12 87 4 Rata-rata 5 4 3 4 4 4 4 4 4 Keterangan: a. A=Keramahan dalam pelayanan; B=Sikap tanggap dalam menangani keluhan; C=Ketepatan dalam pengambilan keputusan; D=Ketrampilan dalam melaksanakan tugas; E=Kecakapan dalam memecahkan dan menyelesaikan masalah; F=Kemampuan berkomunikasi secara dua arah; G=Kemampuan inovatif. b. 1=sangat tidak memuaskan; 2=tidak memuaskan; 3=agak tidak memuaskan; 4=biasa saja; 5=agak memuaskan; 6=memuaskan; 7=sangat memuaskan. Meskipun skor persepsi yang diberikan responden terhadap performa kinerja SDM tersebut di atas tidaklah tergolong terlalu buruk, namun diduga kuat persepsi yang ada adalah tergolong bias keatas over-estimate atau dengan kata lain performa kinerja yang ada sesungguhnya adalah mempunyai skor lebih rendah 80 dari yang diberikan responden. Salah satu hal mendasar yang diduga kuat sebagai penyebab timbulnya persepsi semu placebo perception tersebut adalah adanya dinamika efek negatif dari pendapat umum the negative effects of common sense seperti yang diingatkan Roberts 1999 serta Runyan dan Wu 1979 pada populasi responden; yaitu suatu tatanilai yang muncul sebagai akibat kesamaan perilaku ataupun kondisi yang dimiliki oleh populasi yang menilai dan populasi yang dinilai. Tabel 20 Nilai kepuasan pengunjung terhadap profesionalisme Sumberdaya Manusia SDM pada obyek wisata di Kawasan Bopunjur No. Penyedia Jasa Wisata Nilai Persepsi Kriteria A B C D E F G Total Rata-rata 1 TWA Telaga Warna 3 4 4 3 3 4 1 22 3 2 TW Riung Gunung 3 3 4 3 4 4 4 25 3 3 WA Gunung Mas 3 3 3 3 3 4 4 23 3 4 WW Curug Cilember 4 4 4 4 4 4 5 29 4 5 WW Curug Panjang 4 4 4 4 4 4 3 27 3 6 WW Curug Naga 5 5 4 5 5 5 4 33 4 7 TSI 4 4 4 4 4 4 4 28 4 8 TW Matahari 3 4 4 4 4 4 4 27 3 9 Melrimba Garden 4 3 4 4 4 4 4 27 3 10 Cansebu Resort 4 4 4 4 4 4 4 28 4 11 Lembah Pertiwi 5 5 5 5 5 5 5 35 5 Total 42 43 44 43 44 46 42 300 3 Rata-rata 3 3 4 3 4 4 3 3 3 Keterangan: a. A = Keramahan dalam pelayanan; B = Sikap tanggap dalam menangani keluhan; C = Ketepatan dalam pengambilan keputusan; D = Ketrampilan dalam melaksanakan tugas; E = Kecakapan dalam memecahkan dan menyelesaikan masalah; F = Kemampuan berkomunikasi secara dua arah; G = Kemampuan inovatif. b. n = 30 orang pada setiap tapak wisata. Sejalan dengan pentingnya pilar sosial budaya dan pilar ekonomi dalam ekowisata, maka persepsi masyarakat lokal tentang kinerja institusiperusahaan penyedia jasa wisata adalah sangat perlu untuk dipertimbangkan dalam proses perencanaan yang akan dilakukan. Data pada Tabel 21 menunjukkan bahwa pembangunan dan pengembangan wisata pada kedua kawasan tersebut adalah tidak terlalu berarti untuk aspek ekonomi masyarakat, dengan rata-rata nilai skor hanya 4. 81 Tabel 21 Dampak ekonomi kegiatan wisata di DW Cibodas dan KW Bopunjur terhadap masyarakat lokal No Penyedia Jasa Wisata Nilai Persepsi Kriteria A B C D E F G Total Rata-rata I DW Cibodas 1 KR Cibodas 5 4 4 4 4 4 4 29 4 2 TN Gn Gede Pangrango 4 4 4 4 4 4 3 27 4 3 WA Mandalawangi 5 4 4 4 4 4 4 29 4 Sub-total 14 12 12 12 12 12 11 85 12 Rata-rata 4 4 4 4 4 4 4 4 4 II KW Bopunjur 1 TWA Telaga Warna 4 4 4 4 3 4 4 27 4 2 TW Riung Gunung 4 3 3 3 4 3 4 24 3 3 WA Gunung Mas 4 4 4 4 4 4 4 28 4 4 WW Curug Cilember 5 4 5 5 5 4 4 32 4 5 WW Curug Panjang 5 4 4 4 5 5 4 31 4 6 WW Curug Naga 5 2 4 4 5 5 5 30 4 7 TSI 5 4 4 5 5 5 4 32 4 8 TW Matahari 5 4 4 5 5 5 4 32 4 9 Melrimba Garden 4 4 4 4 3 4 4 27 4 10 Cansebu Resort 5 3 5 5 5 5 4 32 4 11 Lembah Pertiwi 4 3 4 4 4 4 3 26 3 Sub-total 50 39 45 47 48 48 44 321 42 Rata-rata 4 3 4 4 4 4 4 4 4 Total 64 51 57 59 60 60 55 406 54 Rata-rata 4 3 4 4 4 4 4 4 4 Keterangan: a. A = Meningkatkan lapangan pekerjaan, B = Terjadinya stabilitas harga, C = Tingkatan kerjasama, D = Tingkat kelancaran ekonomi, E = Meningkatnya penghasilan, F = Manfaat ekonomi, G = Daya jangkau membeli tanah lahan. b. 1 = sangat tidak baik, 2 = tidak baik, 3 = kurang baik, 4 = biasa saja, 5 = agak baik, 6 = baik, 7 = sangat baik c. n = 30 orang pada setiap wilayah sekitar tapak wisata. Tabel 22, 23 dan 24 menunjukkan bahwa serbenarnya para pengusaha kecil menggantungkan harapan yang sangat tinggi terhadap pekerjaan yang ditekuninya. Lebih dari 75 responden menyatakan bahwa berdagang di KW bopunjur dan DW Cibodas merupakan matapencaharian utama dan bahkan 90 pengusaha kecil di KW Bopunjur menyatakan bahwa pekerjaan sebagai pedagang merupakan mata pencaharian utama Tabel 22. Tabel 22 Status matapencaharian sebagai pengusaha kecil di DW Cibodas dan KW Bopunjur Tahun 2011 No. Lokasi Status Matapencaharian Utama Sampingan Total 1 DW Cibodas 75.0 25.0 100,0 2 Pasar Cipanas 80,0 20,0 100,0 3 Kawasan Puncak 85.0 15,0 100,0 4 Pasar Cisarua 95,0 5,0 100,0 5 Megamendung 90.0 10,0 100,0 Total 85,0 15,0 100,0 Sumber : Data primer, n = 40 orang untuk setiap lokasi Orang Lain Total 82 Tabel 23 memperkuat data pada Tabel 22 dengan menunjukkan bahwa sebagian besar usaha kecil di kawasan wisata tersebut merupakan usaha yang memang milik para pengusaha kecil, kecuali untuk yang di Pasar Cipanas. Kondisi Pasar Cipanas memang agak berbeda dengan lainnya. Pasar cipanas merupakan pasar besar atau sentra sayuran untuk wilayah Bopunjur, sehingga banyak pedagang dengan skala usaha yang relatif besar, sehingga modal yang dibutuhkan juga relatif besar. Untuk itu, banyak para pedagang ini yang berasal dari Kota Cianjur yang memiliki modal usaha cukup besar. Tabel 23 Status kepemilikan usaha pengusaha kecil di KW Cibodas dan Bopunjur Tahun 2011 Modal Usaha No. Lokasi Sendiri Patungan Usaha 1 DW Cibodas 70,0 2,5 27.5 100,0 2 Pasar Cipanas 40,0 5,0 55,0 100,0 3 Kawasan Puncak 85,0 15,0 - 100,0 4 Pasar Cisarua 90,0 10,0 - 100,0 5 Megamendung 57,5 42,5 - 100,0 Total 68,5 13,0 16,5 100,0 Keterangan : Data primer, n = 40 untuk setiap lokasi Sebagian besar pengusaha kecil tersebut tidak hanya berusaha pada saat hari libur dan ramai kunjungan, tetapi hampir semuanya membuka usahanya setiap hari Tabel 24. Hal ini sesuai dengan Tabel 22 yang menunjukkan bahwa rata- rata 85 menyatakan bahwa kegiatan berdagang merupakan pekerjaan utama. Tabel 24 Waktu berusaha pengusaha kecil di DW Cibodas dan KW Bopunjur Tahun 2011 Keterangan : Data primer, n = 40 orang untuk setiap lokasi No Lokasi Waktu Berusaha Tiap Hari Sabtu- Minggu Saat Musim Ramai Kunjungan Tidak Tentu Total 1 DW Cibodas 82,5 15,0 2,5 - 100,0 2 Pasar Cipanas 100,0 0,0 - - 100,0 3 Kawasan Puncak 72,5 7,5 7,5 12,5 100,0 4 Pasar Cisarua 95,0 - - 5,0 100,0 5 Megamendung 97,5 2,5 - - 100,0 Total 89,5 5,0 2,0 3,5 100,0 2000 Total 83 Sebagian besar pengusaha kecil merupakan penduduk yang berasal dari masyarakat sekitar tempat usaha mereka Tabel 25, kecuali untuk yang berusaha di kawasan Puncak yang hanya 45. Kondiisi ini merupakan hal yang positif bagi perkembangan ekonomo masyarakat bilamana iklim usaha kondusif. Tabel 25 Daerah asal pengusaha kecil di DW Cibodas dan KW Bopunjur Tahun 2011 No. Lokasi Daerah Asal Lokal Non Lokal Total 1 DWCibodas 85,0 15,0 100,0 2 Pasar Cipanas 65,0 35,0 100,0 3 Kawasan Puncak 45,0 55,0 100,0 4 Pasar Cisarua 70,0 30,0 100,0 5 Megamendung 75,0 25,0 100,0 Total 68,0 32,0 100,0 Sumber : Data primer, n = 40 orang untuk setiap lokasi Umumnya para pengusaha kecil tersebut memulai usaha setelah tahun 2000, sekitar 76, namun dalam setahun terakhir pertambahan pengusaha kecil ini hanya sekitar 6 dan bahkan untuk DW Cibodas tidak ada tambahan pengusaha kecil yang baru Tabel 26. Hal ini menunjukkan bahwa sudah terjadi kondisi mendekati kejenuhan dalam pertumbuhan ekonomi wisata Cibodas. Fenomena tersebut ditunjukkan oleh data pada Tabel 9 yang menunjukkan tingkat persaingan sangat ketat di antara pengusaha kecil sehingga hanya memberikan nilai skor 2 buruk di antara sesama pengusaha kecil di DW Cibodas, sedangkan untuk di KW Bopunjur Tabel 10 dengan nilai skor lebih baikyang lebih disebabkan masih terbukanya peluang dalam pertumbuhan pengusaha kecildi wilayah Megamendung yakni pertumbuhan pengusaha kecil sepanjang tahun 2011 sekitar 20. Tabel 26 Tahun memulai kegiatan pengusaha kecil di DW Cibodas dan KW Bopunjur Tahun 2011 Tahun Memulai Usaha No. Lokasi 2011 2006-2010 2001-2005 Sebelum 1 DWCibodas - 30,0 57,5 12,5 100,0 2 Pasar Cipanas 2,5 32,5 20,0 45,0 100,0 3 Kawasan Puncak 2,5 40,0 32,5 25,0 100,0 4 Pasar Cisarua 5,0 17,5 62,5 15,0 100,0 5 Megamendung 20,0 35,0 22,5 22,5 100,0 Total 6,0 31,0 39,0 24,0 100,0 Keterangan:Data primer, n = 40 orang untuk setiap lokasi 84 Pendidikan pengusaha kecil yang relatif tendah Tabel 27 mendorong pilihan terbatas dalam bagi mereka dalam memilih jenis usaha yang dilakukan Tabel 28. Usaha yang ditekuni para pengusaha kecil tersebut sebagian besar tidak memerlukan spesifikasi keahlian yang memerlukan pendidikan tinggi atau khusus, sehingga hampir tidak ada halangan bagi siapapun untuk dapat masuk ke dalam bisnis atau usaha tersebut. Tabel 27 Karakteristik pendidikan pengusaha kecil di DW Cibodas dan KW Bopunjur Tahun 2011 No Lokasi Pendidikan Terakhir SD SLTP SLTA Diploma Sarjana Total 1 DWCibodas 30.0 30.0 40.0 - - 100,0 2 Pasar Cipanas 20,0 50.0 30,0 - - 100,0 3 Kawasan Puncak 40,0 47.5 10,0 - 2.5 100,0 4 Pasar Cisarua 45.0 30.0 22.5 2.5 - 100,0 5 Megamendung 30,0 47,5 22.5 - - 100,0 Total 33,0 41,0 25.0 0.5 0.5 100,0 Keterangan:Data primer, n = 40 orang untuk setiap lokasi Dengan tingkat pendidikan yang rendah dengan pilihan usaha yang sangat mudah ditiru oleh yang lain, maka pembinaan dari pihak terkait, khususnya dari Dinas Perindustrian, Perdagangan dan Kesehatan sangat diperlukan. Hal tersebut untuk memberikan kualitas produksi yang baik dan aman untuk dikonsumsi, khususnya bagi produk makanan dan minuman. Kualitas produksi tersebut semakin penting mengingat kawasan ini merupakan destinasi wisata nasional. Tabel 28 Jenis usaha pengusaha kecil di DW Cibodas dan KW Bopunjur Tahun 2011 Jenis Usaha No. Lokasi Suvenir Snack Sayuran Buah Makanan- Minuman Tanaman Bunga Total 1 DWCibodas 27,5 27,5 5,0 22,5 17,5 100,0 2 Pasar Cipanas 12,5 17,5 27,5 37,5 5,0 100,0 3 Kawasan Puncak 15,0 17,5 12,5 47,5 7,5 100,0 4 Pasar Cisarua 32,5 22,5 7,5 37,5 - 100,0 5 Megamendung 10,0 45,0 20,0 25,0 - 100,0 Total 19,5 26,0 14,5 34,0 6,0 100,0 Keterangan :Data primer, n = 40 untuk setiap lokasi Pada Gambar 15 terlihat bahwa terjadi perbedaan yang signifikan dalam aspek ekonomi yang berupa penerimaan usaha pada saatsepi pengunjung, agak ramai pengunjung dan ramai pengunjung. Pada saat sepi pengunjung, sebagian besar pengusaha kecil 70 rata-rata hanya berpenerimaan kurang dari Rp 100.000,- per hari, sedangkan pada saat agak ramai pengunjung penerimaan 85 pedagang lebih banyak yang diatas Rp 100.000,00 per hari 66 dan pada saat ramai pengunjung penerimaan pedagang lebih banyak yang diatas Rp 300.000,00 per hari 64 . Namun bila dilihat lebih spesifik per lokasi, maka kondisi di Kawasan Puncak dan Pasar Cisarua relatif tidak banyak menerima pengaruh peningkatan pendapatan pada saat sepi dan ramai pengunjung. Hal ini diduga untuk Pasar Cisarua sudah terbentuk langganan konsumen harian tidak bergantung pada konsumen yang berasal dari pengunjung atau wisatawan.Sebaliknya untuk Kawasan Puncak terjadi kondisi jumlah pedagang yang merupakan pengusaha kecil sudah cukup banyak dengan sebagian besar merupakan penjual makanan dan minuman atau warung, lihat Tabel 28, sehinggakecil kemungkinan terjadi lonjakan penerimaan. Gambar 15 Rata-rata pendapatan harian responden pengusaha kecil di DW Cibodas dan KW Bopunjur Tahun 2011 87 Yang mengejutkan adalah hasil studi yang menunjukkan bahwa secara rata- rata kegiatan wisata pada DW Cibodas dan KW Bopunjur memberikan dampak agak baik dengan rata-rata nilai skor 5 baik untuk aspek sosial Tabel 29 maupun untuk aspek budaya Tabel 30. Sesungguhnya banyak perilaku sosial yang dalam tataran etika, moral dan agama sesungguhnya adalah tergolong negatif terjadi di wilayah studi Kawasan Bopunjur –seperti pelacuran dan pergaulan bebas – tapi pernyataan dampak budaya dari masyarakat lokal ternyata adalah agak baik skor 5. Hal ini menjadi menarik untuk digarisbawahi, yang setidaknya bisa menjadi indikator kuat bahwa proses akulturasi budaya pada kawasan wisata ini telah memasuki fase mantap. Tabel 29 Dampak sosial kegiatan wisata di DW Cibodas Dan KW Bopunjur terhadap masyarakat lokal No Penyedia Jasa Wisata Nilai Persepsi Kriteria A B C D E F G Total Rata-rata I Cibodas 1 KRC 5 5 5 5 5 5 5 35 5 2 TNGGP 5 5 5 5 5 5 5 35 5 3 WAM 5 5 5 5 5 5 5 35 5 Sub-total 15 15 15 15 15 15 15 105 15 Rata-rata 5 5 5 5 5 5 5 5 5 II Bopunjur 1 TWATW 5 5 5 5 5 5 5 35 5 2 TWRG 5 4 4 4 4 4 4 29 4 3 WAGM 5 5 5 5 5 5 5 35 5 4 WWCC 6 6 5 6 5 5 5 38 5 5 WWCP 6 5 5 5 5 5 5 36 5 6 WWCN 4 5 6 4 5 6 5 35 5 7 TSI 6 5 5 6 6 6 6 40 5 8 TWM 5 5 5 5 6 5 4 35 5 9 Melrimba Garden 5 5 5 5 5 5 5 35 5 10 Cansebu Amazing 6 5 5 5 5 6 5 37 5 11 Lembah Pertiwi 5 5 5 5 6 5 5 36 5 Sub-total 58 55 55 55 57 57 54 391 54 Rata-rata 5 5 5 5 5 5 5 5 5 Total 73 70 75 77 78 78 74 496 69 Rata-rata 5 5 5 5 5 5 5 5 5 Keterangan: a. A=Meningkatnya keamanan, B=Kesetaraan kehidupan sosial, C=Stabilitas pola perilaku, D=Stabilitas Kkeamanan, E=Meningkatnya pengetahuan masyarakat, F=Meningkatnya tanggungjawab sosial, G=Meningkatnya ketahanan sosial b. 1=sangat tidak baik, 2=tidak baik, 3=kurang baik, 4=biasa saja, 5=agak baik, 6=baik, 7=sangat baik c. n = 30 orang pada setiap wilayah sekitar tapak wisata. Kiranya perlu suatu penelitian yang lebih lanjut untuk bisa menelusuri dinamika sosial dan budaya pada kawasan wisata tersebut, yaitu sejalan dengantingginya rata-rata skor yang diberikan masyarakat tentang peningkatan 88 kesenian lokal maupun tentang kearifan lokal. Hal ini berkaitan dengan hasil observasi selama pelaksanaan studi yang tidak diperoleh informasi mengenai kesenian lokal dan kearifan tradisional sebagai bagian dari atraksi wisata pada obyek wisata-obyek wisata contoh. Bila ternyata benar terjadi peningkatan kesenian dan kearifan lokal, maka merupakan suatu modal yang sangat berharga untuk pengembangan ekowisata di DW Cibodas dan KW Bopunjur. Tabel 30 Dampak budaya kegiatan wisata di DW Cibodas Dan KW Bopunjur terhadap masyarakat lokal No Penyedia Jasa Wisata Nilai Persepsi Kriteria A B C D E F G Total Rata-rata I Cibodas 1 KRC 5 5 5 5 5 5 5 35 5 2 TNGGP 5 5 4 6 6 5 5 36 5 3 WAM 5 5 5 5 5 5 5 35 5 Sub-total 15 15 14 16 16 15 15 106 5 Rata-rata 5 5 4 5 5 5 5 4 4 Tabel 23. Lanjutan II Bopunjur 1 TWATW 5 5 5 5 5 5 5 35 5 2 TWRG 4 3 3 4 3 3 3 23 3 3 WAGM 5 5 5 5 5 5 4 34 5 4 WWCC 5 5 5 5 5 5 5 35 5 5 WWCP 6 6 6 6 7 6 7 44 6 6 WWCN 3 6 5 6 5 3 6 34 5 7 TSI 6 5 6 5 5 5 5 37 5 8 TWM 4 5 5 4 4 4 4 30 4 9 Melrimba Garden 5 5 5 5 5 5 5 35 5 10 Cansebu Amazing 5 5 5 3 4 5 5 32 5 11 Lembah Pertiwi 5 5 5 4 5 5 5 34 5 Sub-total 53 55 55 52 53 51 54 373 4 Rata-rata 4 5 5 4 4 4 4 4 4 Total 68 70 69 68 69 66 69 489 4 Rata-rata 4 5 4 4 4 4 4 4 4 Keterangan: a. A=Peningkatan budaya lokal, B=Peningkatan etos kerja, C=Meningkatnya inovasi, D=Masuknya pengaruh budaya luar, E=Penguatan tatanilai, F=Peningkatan nilai berkesenian lokal, G=Penguatan nilai-nilai kearifan lokal. b. 1=sangat tidak baik, 2=tidak baik, 3=kurang baik, 4=biasa saja, 5=agak baik, 6=baik, 7=sangat baik c. n = 30 orang pada setiap wilayah dekat tapak wisata.

C. Evaluasi Rantai Permintaan

Dalam konstelasi sentra populasi Jabodetabek, sesungguhnya KW Bopunjur dan DW Cibodas adalah tergolong dalam jarak emas untuk rekreasirecreational golden distance yakni dalam jarak tempuh rekreasi terbaik; kurang lebih 1-2 jam dari sentra populasi yang bisa dijadikan sebagai obyek rekreasi, atraksi rekreasi No. Penyedia Jasa Wisata Nilai 89 dan wisata harian. Namun demikian, berbagai masalah dan kendala transportasi yang belum juga tertata baik hingga saat ini di kawasan tersebut telah menjadikan kedua areal ekowisata itu hanya dipersepsikan oleh populasi sebagai destinasi untuk rekreasi dan wisata akhir minggu atau musim liburan. Sejalan dengan kompleksnya dinamika psikologi yang terjadi pada wisatawan di saat melakukan kegiatan wisata, maka suatu penelusuran tentang kepuasan wisatawan tidak bisa lepas dari pengetahuan tentang motivasi dari para wisatawan. Sebagaimana terlihat pada Tabel 31 dan Tabel 32, ternyata motivasi rekreasi atau wisata yang dimiliki wisatawan di kedua areal tersebut berturut-turut adalah untuk berekreasi, piknik, foto-foto, bermain dan kontak sosial. Tabel 31 Nilai motivasi pengunjung terhadap obyek wisata pada DW Cibodas Kriteria Motivasi A B C D E F G H I Total Rata-rata 1 KRC 4 1 2 2 2 1 3 2 2 19 2 2 TNGGP 4 5 5 4 4 4 5 4 5 40 4 3 WAM 5 5 4 3 2 6 5 4 4 38 4 Total 13 11 11 9 8 11 13 10 11 97 10 Rata-rata 4 4 4 3 3 4 4 3 4 3 3 Keterangan: a. A=Rekreasi; B= Piknik; C= Foto-foto; D= Outbound; E=Kontak Sosial; F= Makan- makan;G=bermain;H =Istirahat, I=Api unggun. b. 1=sangat rendah; 2=rendah; 3=agak rendah; 4=biasa saja; 5=agak tinggi; 6=tinggi; 7=sangat tinggi. c. n = 30 orang pada setiap tapak wisata. Tabel 32 Nilai skor motivasi pengunjung terhadap obyek wisata pada KW Bopunjur No. Penyedia Jasa Wisata Nilai Skor Kriteria Motivasi A B C D E F G H I Total Rata-rata 1 TWATW 3 4 4 3 4 3 3 3 3 30 3 2 TWRG 4 4 4 4 4 4 4 4 4 36 4 3 WAGM 4 5 3 5 2 4 4 3 4 33 4 4 WWCC 5 5 5 3 3 3 4 5 7 40 4 5 WWCP 4 4 4 4 4 4 4 4 4 36 4 6 WWCN 5 4 5 4 5 4 4 4 4 39 4 7 TSI 5 5 5 5 5 5 5 4 5 44 5 8 TWM 4 4 5 2 3 4 4 4 4 34 4 9 Melrimba Garden 5 4 4 4 5 4 4 4 4 38 4 10 Cansebu Amazing 4 4 4 2 4 4 4 4 2 32 4 11 Lembah Pertiwi 5 5 5 5 4 4 5 5 5 43 5 Total 48 48 48 41 43 43 45 44 46 406 45 Rata-rata 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 Keterangan: a. A=Rekreasi; B= Piknik; C= Foto-foto; D = Outbound; E =Kontak Sosial; F = Makan- makan;G =bermain;H =Istirahat, I =Api unggun. b. 1=sangat rendah; 2=rendah; 3=agak rendah; 4=biasa saja; 5=agak tinggi; 6 = tinggi; 7 = sangat tinggi. c. n = 30 orang pada setiap tapak wisata.