Analisis SWOT Penawaran Pariwisata

ekonomi dan faktor-faktor lain yang menentukan efisiensi dan produktivitas dari kegiatan wisata. Kekuatan ini penting karena merupakan karakteristik yang membedakan produk wisata prefektur Heraklion dari pesaing. Atas pengakuan tentang kekuatan tersebut, maka Heraklion segera ditempatkan dalam proyek pemasaran sehingga dapat dipromosikan dan menjadi motivasi bagi calon wisatawan untuk memilih pulau itu sebagai tujuan liburannya. Kelemahan sebagai lawan kekuatan, adalah berbagai hal yang mungkin berpengaruh sebagai pembatas dalam suatu rencana pengembangan wisata. Berbagai hal tersebut badalah faktor-faktor yang memberikan pengaruh negatif, mengurangi produktivitas dan efisiensi, baik beberapa atau semua parameter yang berhubungan dengan pengembangan pariwisata dan pada saat yang sama sekaligus merupakan masalah. Dalam Analisis SWOT, kekuatan dan kelemahan dikelompokkan kedalam faktor internal, sedangkan untuk faktor eksternal terdiri dari peluang dan ancaman. Peluang adalah bukan hanya menyangkut kondisi saat ini dan masa depan dari pasar wisata yang akan dibangun, tetapi juga lingkungan umum dari wilayah studi ditempatkan. Adapun ancaman adalah menyangkut kondisi saat ini atau masa depan yang memiliki pengaruh negatif pada upaya untuk mengembangkan produk wisata. Selain itu, suatu ancaman juga kadang-kadang menciptakan bentuk-bentuk masalah baru bagi organisasi dan fungsi dari kegiatan ekonomi. David 2009 menyatakan bahwa Matriks SWOT adalah sebuah alat pencocokan yang penting dalam membantu dalam mengembangkan empat jenis strategi, yaitu 1 Strategi SO kekuatan-peluang, 2 Strategi ST kekuatan- ancaman, 3 Strategi WO peluang-kelemahan dan 4 Strategi WT peluang- ancaman. Dalam hal ini mencocokkan faktor-faktor internal dan eksternal utama merupakan bagian tersulit dalam mengembangkan Matriks SWOT dan membutuhkan penilaian yang baik dan tidak ada satupun paduan yang paling benar. Umar 2001 menyebutkan faktor-faktor internal dan eksternal utama tersebut sebagai key successs factors dan tidak ada satupun matching tool yang dianggap paling baik.

III. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

A. Destinasi Wisata Cibodas 1. Letak dan Luas

Destinasi Wisata DW Cibodas secara administratif termasuk Kecamatan Cipanas Kabupaten Cianjur Provinsi Jawa Barat. Lokasi DW Cibodas berada di kaki-kaki Gunung Gede dan Gunung Pangrango yang mencakup empat obyek wisata utama, yaitu Kebun Raya KR Cibodas, Taman Nasional Gunung Gede Pangrango TNGGP, Taman Wisata TW Mandalawangi dan Bumi Perkemahan Buper Mandala Kitri. Secara keseluruhan, luas DW Cibodas mencakup 22.116,99 Ha yang berarti lebih besar dari luasan Kecamatan Cipanas 4.867 Ha karena memasukkan luas keseluruhan TNGGP Tabel 1. Tabel 1 Letak dan Luas Obyek Penelitian di Destinasi Wisata Cibodas No. Lokasi Luas ha Desa Kecamatan Kabupaten 1 KR Cibodas 84,99 Cimacan Cipanas Cianjur 2 TN Gn Gede Pangrango 21.975,00 Cimacan Cipanas Cianjur 3 TW Mandalawangi 39,50 Rarahan Cipanas Cianjur 4 Buper Mandala Kitri 17,50 Cimacan Cipanas Cianjur Keterangan: Tidak termasuk lokasi penelitian Sumber : Diolah dan ditelusuri dari berbagai sumber data terkait, khususnya dokumentasi data pada obyek wisata bersangkutan

2. Sejarah Kawasan

Sejarah DW Cibodas sangat terkait dengan sejarah konservasi di Indonesia. Berawal dari sebuah kebun raya kecil dekat Istana Gubernur Jenderal Kolonial Belanda di Cipanas pada Tahun 1830, kemudian berkembang menjadi Kebun Pegunungan Cibodas Bergtuin te Tjibodas pada 11 April 1852 yang ditandai dengan penanaman pohon kina Chincona calisaya pertama oleh Johannes Ellias Teysman, seorang ahli botani dan kurator Belanda. Kebun Pegunungan Cibodas tersebut menjadi cikal bakal KR Cibodas saat ini. Selanjutnya, pada Tahun 1889, pemerintah kolonial Belanda menetapkan kawasan di dekat Kebun Pegunungan Cibodas sebagai cagar alam pertama di Indonesia dengan nama Cagar Alam CA Cibodas dengan luas 280 Ha yang kemudian menjadi cikal bakal TN Gunung Gede Pangrango saat ini. Status KR Cibodas sejak awal adalah kawasan konservasi eksitu dengan peruntukan koleksi berbagai tumbuhan, khususnya tumbuhan dari daerah pegunungan yang dingin sesuai iklim sub-tropis. Pergantian nama serta manajemen KR Cibodas sejak jaman pemerintah kolonial Belanda hingga Pemerintah Republik Indonesia, tetap menegaskan peran dan fungsi KR Cibodas sebagai kawasan konservasi eksitu. Status TN Gunung Gede Pangrango sebagai kawasan konservasi tidak berubah sejak ditetapkan pertama kali, bahkan dipertegas setelah penetapan Ordonansi Cagar Alam Natuur Monumenten Ordonantie tahun 1916. Selanjutnya pada tahun 1978, ditetapkan sebagai Cagar Biosfer seluas 14,000 Ha termasuk dua puncak utama dan lereng Gunung Gede dan Gunung Pangrango, sebelum akhirnya dijadikan satu kesatuan menjadi TN Gunung Gede Pangrango pada tahun 1980 sebagai satu dari lima taman nasional pertama di Indonesia melalui SK Menteri Pertanian No. 736MentanX1982 yang meliputi kawasan seluas 15.196 ha. Taman Wisata TW Mandalawangi merupakan bagian dari hutan produksi Perum Perhutani yang mulai dikelola sebagai obyek wisata sejak tahun 2003. Pada saat terjadi perluasan kawasan TNGGP berdasarkan SK Menteri Kehutanan No 174Kpts-II2003 tanggal 10 Juni 2003, maka TW Mandalawangi merupakan salah satu areal yang dikelola Perum Perhutani yang dialihkan menjadi bagian TNGGP. Penyerahan pengelolaan TW Mandalawangi kepada Balai Besar TN Gunung Gede Pangrango dimulai bulan Mei 2010 yang selanjutnya dikelola oleh Koperasi Pegawai Republik Indonesia KPRI Edelweis pada awal tahun 2011.

3. Kondisi Masyarakat

Jumlah penduduk di Kecamatan Cipanas pada tahun 2009 sebesar 103.915 jiwa yang terdiri dari 53.927 laki-laki dan 49.988 perempuan, rasio jenis kelamin sebesar 108, yakni terdapat 108 pria pada setiap 100 perempuan. Di kecamatan ini terdapat 25.678 unit rumahtangga, sehingga rata-rata jumlah anggota rumahtangga pada tahun 2009 mendekati 4 orang per rumahtangga. Pertumbuhan penduduk Kecamatan Cipanas dalam kurun waktu 5 tahun mencapai 17,81, yaitu jumlah penduduk Kecamatan Cipanas pada tahun 2004 berjumlah 88.825 jiwa. Luas Kecamatan Cipanas 48,67 Km 2 , sehingga kepadatan penduduknya pada tahun 2009 sebesar 2.135 orangKm 2 . Sebelum tahun 2004, Kecamatan Cipanas merupakan bagian dari Kecamatan Pacet, Kabupaten Cianjur.

4. Aksesibilitas

Destinasi Wisata DW Cibodas sangat mudah dijangkau karena didukung oleh infrastruktur yang memadai. Jalan raya provinsi merupakan jalur utama menuju wilayah ini yang menghubungkan berbagai kota besar seperti Bandung, Cianjur, Bogor dan Jakarta. Dari arah Jakarta tersedia jalan Tol Jagorawi yang menghubungkan Jakarta dengan Ciawi.