Penguatan Para Pihak dalam Rantai Permintaan

107 1. Mengoptimasi loyalitas pelaku ekowisata yang mendukung terwujudnya kaidah-kaidah keberlanjutan manfaat ekologi, sosial budaya dan ekonomi pada tapak destinasi wisata; 2. Mengoptimasi pembentukan konsumen yang loyal untuk meningkatkan jumlah kunjungan ekowisata pada tapak yang dijadikan destinasi wisata; 3. Mengoptimasi pembentukan konsumen yang mampu menata pola kunjungan ekowisata pada tapak wisata; dan 4. Mengoptimasi pembentukan konsumen yang meningkatkan pola perilaku ekowisata pada tapak wisata. 5. Membentuk citra konsumen consumer-branding yang ditujukan untuk penataan perilaku pengunjung; yang secara mendasar mempunyai kesadaran, informasi, pengetahuan, pemahaman dan atitud serta sikap untuk berperilaku positif dalam meningkatkan kepuasan kunjungan kualitas ekologi, sosial-budaya dan ekonomi dari kawasan ekowisata yang dikunjungi. Konsep pencapaian peningkatan jumlah kunjungan menghasilkan hubungan yang lebih personal dengan pelaku ekowisata sehingga menghasilkan bentuk pemasaran personal personal marketing. Hal ini bagi penyedia jasa tapak wisata dapat memberikan keuntungan berupa: 1 meningkatnya loyalitas pelaku ekowisata, 2 menurunkammengefisienkan biaya pemasaran, 3 memiliki lebih banyak waktu untuk meningkatkan kualitas produk jasa wisata, 4 memperoleh masukan yang berkualitas untuk meningkatkan kualitas produk dan layanan wisata, 5 meningkatkan kualitas tapak destinasi wisata dan 6 meningkatkan manfaat ekonomi. Beberapa implikasi positif yang dapat diperoleh dari pembentukan konsumen dengan pendekatan pencitraan konsumen consumer branding pada destinasi wisata di Kawasan Wisata Cibodas adalah: 1. Terjadinya peningkatan kepuasan pengunjung; baik karena terciptanya peningkatan kualitas jasa pelayanan, karena terciptanya peningkatan kualitas tapak secara keseluruhan maupun karena optimalnya kesempatan yang dimiliki pengunjung untuk mengakses dan memanfaatkan setiap elemen amenitas dan elemen rekreasi yang ada; yakni karena terkontrolnya kepadatan jumlah pengunjung; 108 2. Terciptanya suatu tatanilai baru pada pengunjung tentang lingkungan tapak yang digunakan dalam berekreasi; dalam bentuk apresiasi atas kealamiahan, keserasian, keharmonisan dan keindahan bentang lansekap beserta berbagai fasilitas rekreasi dan ekowisata yang ada di dalamnya; 3. Pada tahap selanjutnya, apresiasi tersebut bisa didorong untuk menjadi tindakan nyata yang bertujuan untuk mewujudkan tegaknya 3 pilar ekowisata, yaitu pilar ekologi, pilar sosial budaya dan pilar ekonomi; 4. Ketika pengunjung telah secara aktif mewujudkan kegiatan ekowisatanya pada tapak yang dikunjungi, maka kepuasan yang dimilikinya akan dapat meningkat menjadi suatu nilai kebahagian; yaitu setidaknya karena munculnya kesadaran bahwa dirinya telah masuk dalam ruang nilai merasa berarti bagi kehidupan di sekitarnya; 5. Atas nilai merasa berarti ini, para wisatawan bukan saja akan menjadi pelanggan yang loyal bagi penyedia jasa, melainkan juga akan menjadi kolaborator yang sangat potensial bagi semua pihak untuk mewujudkan berbagai visi dan misi pembangunan ekowisata pada kedua kawasan ekowisata tersebut.

3. Penguatan Rantai Para-Pihak

Mempertimbangkan berbagai motif, fungsi dan peran para-pihak dalam bidang kepariwisataan di DW Cibodas, maka sebaiknya visi pembangunan ekowisata untuk optimasi rantai para-pihak di kawasan wisata ini adalah sebagai berikut: “ Terciptanya suatu kolaborasi fungsi dan kinerja kawasan secara utuh dalam pembangunan ekowisata yang memberikan keterjaminan fungsi-fungsi ekologi, sosial budaya dan ekonomi serta kepuasan dan kualitas wisata yang optimal pada Destinasi Wisata Cibodas melalui peningkatan fungsi dan kinerja intra dan inter elemen para-pihak” Untuk mencapai visi ini, maka beberapa program penting yang harus dilakukan oleh penyedia jasa tapak wisata di DW Cibodas seharusnya terdiri dari beberapa hal berikut: 1. Menciptakan optimalisasi fungsi dan peningkatan kinerja ketiga elemen intra stake-holder yang secara utuh memberikan jaminan terhadap fungsi- fungsi ekologi, sosial budaya dan ekonomi pada setiap tapak wisata. 2. Menciptakan optimalisasi fungsi dan peningkatan kinerja ketiga elemen inter stake-holder yang secara utuh memberikan jaminan terhadap fungsi- fungsi ekologi, sosial budaya dan ekonomi pada setiap tapak wisata. 109 Pembangunan ekowisata di DW Cibodas melibatkan banyak pihak dengan berbagai motif dan kepentingan. Apapun yang menjadi pembeda di antara para- pihak tersebut, maka diperlukan suatu kolaborasi positif dari setiap elemen para- pihak tersebut. Banyak teori yang menyatakan bahwa kolaborasi setiap elemen para-pihak tersebut yang positif hanya dapat dibangun atas dasar prinsip-prinsip kemitraan, seperti saling mempercayai, saling memberi manfaat, saling berempati, kesetaraan, dan lain-lain. Di sisi lain, Teori Hubungan Sosial Kontemporer Paloma, 1984, menyebutkan bahwa kemitraan atau kolaborasi di antara berbagai pihak akan menuntut korbanan dari pihak yang berada dalam posisi tawar lebih lemah. Dalam kondisi demikian, maka pihak yang lebih kuat akan lebih mendominasi dalam pola hubungan yang terjadi dan memperoleh manfaat atau keuntungan lebih besar dari hubungan tersebut. Pertanyaannya adalah mengapa hampir tidak pernah terjadi kolaborasi yang ideal seperti diharapkan? Tentu hal ini dapat diberi makna ada sesuatu yang keliru. Diakui atau tidak, sesungguhnya akan sulit terjadi suatu kolaborasi bila dimulai dengan pernyataan sebagaimana yang disampakan dalam berbagai Teori Kolaborasi. Bila demikian, pendekatan apa yang dapat digunakan? Setiap elemen pada para-pihak memiliki peran tertentu yang spesifik dan bernilai penting dalam rantai para-pihak. Di samping itu, setiap elemen para- pihak memiliki dorongan sangat kuat untuk menjalankan peranannya dan berperan penting pada rantai nilai yang terjadi. Atas dasar pertimbangan ini, maka pembangunan dan pengembangan ekowisata di DW Cibodas seharusnya dilakukan dengan mengarahkan setiap elemen para-pihak untuk menjalankan peranannya secara fokus sesuai dengan fungsi dan kinerja yang sudah melekat. Dari kenyataan yang ada di DW Cibodas dapat disimpulkan bahwa setiap elemen para-pihak belum menjalankan perannya dengan efektif, sehingga pelaksanaan fungsi dan kinerjanya tidak dilakukan dengan efisien. Hampir semua elemen para-pihak melakukan fungsi dan kinerja elemen para-pihak yang lain, sehingga rantai para-pihak yang tercipta tidak optimal. Sebagai ilustrasi, setiap penyedia tapak jasa wisata, baik pemilik atau yang memegang hak menguasai atau yang mengusahakan destinasi wisata, tidak hanya menjalankan fungsi dalam