Kerangka Berfikir LANDASAN TEORI DAN HIPOTESIS

e. Memiliki sikap egosentris Egosentris atau bisa diartikan dengan sifat egaois dimana anak hanya mementingkan dirinya sendiri, berbicara tentang dirinya sendiri dan melihat sesuatu dari sudut pandanganya sendiri. f. Memiliki rentang daya kosentrasi yang pendek Anak sering berpindah-pindah kegiatan, hal ini dikarenakan daya kosentrasi atau perhatian yang pendek terhadap sesuatu. Anak menyukai hal-hal yang menari dan ketika ia merasa bosan ia akan mencari sesuatu yang lebih menarik disekitarnya. g. Bagian dari makhluk sosial Anak adalah makhluk sosial, hal ini dikarenakan anak suka bermain, bergaul dengan teman-temannya. Ia belajar berbagi, mengalah, antri, dll. Melalui interaksi sosiallah anak dapat memahami dan membentuk konsep dirinya.

2.6 Kerangka Berfikir

Kecerdasan emosional merupakan kemampuan individu untuk mengenali emosi diri sendiri dan orang lain, memotivasi diri sendiri, serta mengelola emosi dengan baik pada diri sendiri dan dalam hubungan dengan orang lain. Kecerdasan emosional adalah salah satu aspek yang sangat penting dikembangkan sejak dini.. Pada masa anak-anak, otak anak berkembang pesat 80 lebih cepat dibanding orang dewasa. Dimana pada masa ini anak lebih peka dan sensitif menerima rangsangan karena berada pada masa keemasan atau lebih sering disebut dengan golden years. Bahkan menurut beberapa para ahli menyatakan bahwa kecerdasan emosional menjadi penentu kesuksesan seseorang dalam kehidupan di masa depan. Hal ini dibuktikan dari hasil penelitian yang menyatakan bahwa keberhasilan seseorang dipengaruhi hanya 20dari kecerdasan intelektual IQ dan selebihnya sebanyak 80 dipengaruhi oleh kecerdasan lainnya yang salah satunya yaitu kecerdasan emosional. Demikian berpengaruhnya kecerdasan emosional terhadap kehidupan seseorang. Berdasarkan hasil observasi awal di TK Pertiwi 45 kecamatan Gunungpati diketahui bahwa aktivitas dalam pembelajaran pengembangan kecerdasan emosional masih kurang optimal. Guru TK tersebut menyatakan memiliki kesulitan dalam memperoleh media dalam mengenalkan anak dengan emosi yang ditunjukkan melalui berbagai ekspresi wajah. Media dalam bentuk gambar itu diperoleh guru dari majalah –majalah yang dirasa masih sangat terbatas. Salah satu media yang dapat dimanfaatkan ntuk mengatasi masalah tersebut adalah dengan menggunakan media visual dalam bentuk Foto Ekspresi. Dengan menggunakan foto ekspresi anak akan lebih mudah memahami karena dalam foto tersebut menggambarkan suasana nyata bukan, bukan gambar goresan tangan. Foto ekspresi ini dapat digunakan sebagai media memperkenalkan anak dengan berbagai jenis emosi. Disamping itu foto ekspresi ini juga dapat dijadikan permainan untuk mengasah kreativitas dan emosi anak. Dengan media foto ekspresi tersebut dapat merangsang anak untuk mulai mengembangkan kecerdasan emosi anak.

2.7 Hipotesis