berbicara secara sistematis. Pada usia sekolah, proses kognitif meningkat sehingga memungkinkan anak menjadi komunikator yang lebih efektif.
Secara umum, anak kurang dapat menerima pandangan orang lain.
2.1.3 Karakteristik Pembelajaran Bahasa Indonesia SD Kelas Rendah
Mengajarkan bahasa pada hakekatnya adalah menciptakan kondisi yang bersifat kondusif yang memungkinkan terjadinya proses belajar
bahasa di kalangan peserta didik Zubaidah, 2013; 21-22. Pusat kegiatan belajar-mengajar adalah peserta didik, karena peserta didiklah yang
belajar. Belajar bahasa akan berlangsung dengan mudah bagi peserta didik
apabila belajar bahasa itu bersifat menyeluruh, nyata, relevan, bermakna, fungsional, dan disajikan dalam konteks yang sesuai dengan
penggunaannya. Penggunaan bahasa bersifat personal dansosial di mana penggunaan bahasa tersebut didorong dari dalam diri peserta didik sendiri
oleh adanya kebutuhan peserta didik untuk berkomunikasi dan disusun serta diekspresikan sesuai dengan norma-norma dalamkehidupan
masyarakat. Peserta didik dapat belajar melalui bahasa dan belajar tentang
bahasa yang secara keseluruhan berlangsung secara simultan dalam konteks penggunaan bahasa secara lisan dan secara tulis yang bersifat
autentik.Pada umumnya, prinsip keberhasilan dalam pembelajaran bahasa yaitu adanya perhatian dan motivasi, siswa terlibat langsung dan berperan
aktif dalam pembelajaran, pengualangan dan penguatan materi oleh guru,
adanya tantangan untuk menyelesaikan suatu materi serta perbedaan pada setiap individu.
Dalam pembelajaran berbahasa dikehendaki terjadinya kegiatan berbahasa, yakni kegiatan menggunakan bahasa. Secara umum, anak
belajar membaca dan menulis setelah mereka dapat berbicara. Jadi, berbagai unsur bahasa, seperti kosakata, bentuk serta makna kata, bentuk
serta makna kalimat, bunyi bahasa, dan ejaan, tidaklah diajarkan secara berdiri sendiri sebagai unsur-unsur yang terpisah, melainkan dijelaskan di
dalam kegiatan berbahasa Suryaman, 2012; 19. Kegiatan berbahasa mencakup kegiatan mendengarkan, kegiatan berbicara, kegiatan membaca,
dan kegiatan menulis. Depdiknas 2009; 1 menjelaskan bahwa membaca sebagai
keterampilan dasar harus dikuasai setiap siswa untuk membekali pengetahuan pada jenjang selanjutnya. Semua buku teks berbagai mata
pelajaran disajikan dalam bahasa Indonesia. Oleh karena itu, kemampuan membaca memegang peranan penting karena tanpa kemampuan membaca
para siswa tidak dapat mempelajari berbagai mata pelajaran tersebut. Demikian pula dengan kemampuan menulis, kemampuan menulis
biasanya terintegrasi dengan proses belajar mengajar. Setiap mata pelajaran pasti memiliki tugas sebagai latihan dan pengayaan. Hal tersebut
sering dilakukan secara terintegrasi dengan keterampilan menulis. Oleh karena itu, secara fungsional kemampuan menulis berkaitan erat dengan
berbagai bidang studi.
Membaca dan menulis merupakan keterampilan berbahasa yang sangat kompleks. Membaca memerlukan kemampuan visual ditenggarai
oleh kemampuan mata menangkap kata dalam teks, sedangkan kemampuan kognitif meliputi kemampuan memahami teks. Dalam hal ini,
siswamasih sering mengalami kesulitan sehingga guru perlu mengajarkan membaca kepada siswa dengan berbagai metode dan teknik yang
bervariasi. Selanjutnya, menulis berhubungan dengan membaca. Pada
umumnya, siswa mengalami kesulitan menulis karena mereka harus menuangkan gagasan yang masih abstrak ke dalam wujud konkret berupa
karya. Dalam hal ini kemampuan kognitif sebagai hasil kemampuan membaca dapat membantu siswa mewujudkan gagasannya. Begitu pula
dengan kemampuan gerakan tangan siswa pemula, mereka memerlukan bimbingan melalui gerakan menulis pada air, pasir, dan udara. Latihan
menulis dapat dilakukan dengan menjiplak, menghubungkan tanda titik dan cerita bergambar
.
Suryaman 2012; 126 juga menuturkan kegiatan mendengarkan, berbicara, membaca, dan menulis digunakan dalam berkomunikasi dan
berinteraksi dengan orang lain. Bahasa dalam berkomunikasi digunakan untuk bertukar pikiran, perasaan, pendapat, imajinasi, dan sebagainya
sehingga terjadi kegiatan sambut-menyambut. Dalam pembelajaran Bahasa Indonesia di kelas rendah, cara belajar yang paling sering
digunakan yaitu melalui pengalaman langsung Suryaman, 2012; 127.
Cara belajar tersebut sering digunakan karena mudah dipahami dan bersifat konkret. Pengalaman dapat diperoleh tanpa harus ada perantara
berupa media sehingga siswa dapat belajar secara mandiri dan komunikatif.
2.1.4 Metode Pembelajaran MMP