Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN

1

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Bahasa Indonesia merupakan mata pelajaran yang diajarkan pada jenjang pendidikan terutama pada jenjang Sekolah Dasar. Bahasa Indonesia sendiri merupakan landasan bagi siswa untuk mempelajari dan menguasai mata pelajaran lainnya, sehingga jika anak-anak tidak berhasil dalam menguasai kemampuan berbahasa Indonesia maka sangat sulit bagi mereka untuk mencapai hasil belajar yang baik pada mata pelajaran lainnya Akhadiah, 1992: 1. Selain itu, bahasa juga memiliki peran yang penting dalam kehidupan sehari-hari diantaranya sebagai sarana untuk berpikir dan bernalar, sebagai sarana berkomunikasi, sebagai alat penerus dan pengembang kebudayaan serta sebagai alat persatuan. Bahasa memberikan sumbangan yang besar dalam perkembangan anak menjadi manusia dewasa. Pada dasarnya bahasa merupakan rangkaian bunyi yang melambangkan pikiran, perasaan dan juga sikap Akhadiah, 1992: 2. Di sisi lain, bahasa juga merupakan sistem lambang maka manusia dapat berbicara tentang sesuatu yang abstrak dan konkret. Pendidikan bahasa bertujuan untuk mengembangkan keterampilan serta sikap berbahasa yang menyangkut fungsinya sebagai alat komunikasi dan penalaran. Akan tetapi, banyak siswa yang masih kesulitan dalam berbahasa terutama dalam hal membaca dan menulis. Pada pembelajaran membaca dan menulis permulaan di kelas bawah, banyak siswa yang masih merasa kesulitan dalam mengeja maupun menulis huruf menjadi satuan kata. Materi baca-tulis masih dianggap sebagai materi yang membosankan dan tidak menarik minat siswa. Hal ini dapat disebabkan karena belum adanya kesiapan siswa dalam membaca dan menulis. Beberapa faktor yang mempengaruhi kesiapan membaca dan menulis anak antara lain kesiapan fisik, pskologis, pendidikan dan IQ Musthafa, 2013: 31. Dalam hal inilah peran guru sangat sangat penting dalam membangun dan mengembangkan keaktifan serta minat siswa dalam memahami tentang baca-tulis. Guru merupakan tokoh sentral dalam setiap pembelajaran. Tugas guru yang terpenting adalah sebagai pelaksana operasional pembelajaran. Secara khusus materi pelajaran membaca dan menulis dapat terlaksana dengan baik jika guru mampu memahami dan mengkaji setiap kebutuhan siswa serta mampu memahami sejauh mana siswa memperoleh pemahaman tentang materi membaca dan menulis. Oleh sebab itu, guru perlu mengkaji dan mengevaluasi setiap proses pembelajaran supaya tujuan yang diharapkan dapat tercapai. Mengingat pentingnya peran baca-tulis dalam kehidupan sehari-hari maka ada baiknya jika baca-tulis sudah dikembangkan dalam pembelajaran di Sekolah Dasar hingga Perguruan Tinggi. Untuk meningkatkan keterampilan baca- tulis sejak dini maka para siswa diharuskan untuk belajar Membaca Menulis Permulaan MMP. Pembelajaran Membaca Menulis Permulaan MMP perlu diarahkan sejak awal supaya siswa dapat memiliki keterampilan dan kegemaran dalam membaca dan menulis untuk kehidupannya. Akhadiah 1992: 135 menuturkan bahwa MMP adalah tahapan proses belajar membaca bagi siswa sekolah dasar kelas awal. Pembelajaran membaca permulaan diberikan di kelas 1 dan 2. Disebut membaca dan menulis permulaan karena program pembelajaran ini diorientasikan kepada kemampuan membaca dan menulis permulaan di kelas-kelas awal pada saat anak-anak mulai memasuki bangku sekolah. Pada tahap awal anak memasuki bangku sekolah di kelas 1 Sekolah Dasar, MMP merupakan menu utama. Kemampuan menulis bagi anak ditekankan pada kegiatan menyalin, mencatat, dan mengerjakan tugas sekolah Subrata, 2009: 35. Di dalam MMP terdapat beberapa elemen antara lain membaca dan menulis huruf, kata, dan kalimat sederhana. Tanda baca yang dipergunakan masih terbatas pada tanda titik ., tanda koma ,, tanda tanya ? dan tanda seru . Pembelajaran membaca permulaan merupakan tingkatan proses pembelajaran membaca untuk menguasai sistem tulisan sebagai representasi visual bahasa. Siswa belajar untuk memperoleh kemampuan dan menguasai teknik-teknik membaca serta menangkap isi bacaan dengan baik. Oleh karena itu, guru perlu merancang dan mempersiapkan pembelajaran membaca dan menulis dengan baik sehingga mampu menumbuhkan kebiasaan membaca dan menulis sebagai materi pelajaran yang menyenangkan dan pada akhirnya hasil belajar siswa pun akan meningkat. Dalam proses belajar mengajar baca-tulis di SD, mayoritas guru hanya mengajarkan kepada siswa untuk menghafal saja tanpa ada proses untuk berlatih Andayani, 2009: 3. Siswa masih merasa kebingungan untuk mengeja suku kata ataupun kata ketika diminta untuk membaca dan menulis. Selain itu, siswa juga merasa kesulitan dalam menulis beberapa huruf menjadi rangkaian suatu kata. Di sisi lain, masih sering dijumpai siswa yang tulisannya jelek dan hurufnya kurang lengkap ketika menulis suatu kata. Hal tersebut terlihat ketika dilakukan observasi dan pre test pada siswa kelas I di SD Negeri Borosuci pada hari Sabtu, tanggal 4 April 2015 pada pukul 09.30. Berdasarkan observasi dan pre test yang telah dilakukan, banyak siswa yang tulisannya jelek, belummampu menulis kata dengan lengkap dan masih kesulitan dalam membaca dan menulis. Hal ini dapat dilihat bahwa nilai keseluruhan untuk pre test bahasa Indonesia adalah 100 dengan jumlah soal sebanyak 20 butir. Dari 11 siswa yang ada di kelas I, hanya 4 siswa yang nilainya di atas 70 sedangkan yang lainnya masih di bawah 70, bahkan ada 2 siswa yang nilainya 0. Banyak siswa yang masih kesulitan dalam menulis dan menyusun huruf menjadi suatu kata, contohnya kata “kumbang” ditulis menjadi “kumbg”. Hal ini perlu menjadi perhatian bagi para guru supaya mengajarkan tentang membaca dan menulis sejak dini dan sesering mungkin. Potret pembelajaran bahasa Indonesia kelas 1 di SD Negeri Borosuci memperlihatkan pembelajaran dinilai kurang menarik, dan tidak mengesankan oleh beberapa siswa kelas 1 semester genap. Di SD Negeri Borosuci, mayoritas siswa masih kesulitan dalam membaca dan menulis permulaan. Situasi ini terlihat dari banyaknya siswa yang tidak tuntas dalam mengerjakan soal pre test. Siswa masih kesulitan dalam menuliskan kata sederhana terutama kata yang berhubungan dengan “ny” dan “ng”, contohnya nyawa dan sungai. Potret situasi pembelajaran bahasa Indonesia tersebut memberikan tantangan tersendiri bagi guru bahasa Indonesia dalam merancang pembelajaran bahasa Indonesia agar menarik dan mengaktifkan siswa dalam kegiatan pembelajaran. Berdasarkan hasil wawancara dan observasi, guru memerlukan adanya bahan ajar untuk mendukung proses belajar siswa supaya siswa lebih aktif dan tertarik dalam pembelajaran membaca dan menulis. Bahan ajar memiliki peran yang pokok dalam pembelajaran. Bahan ajar yang akan digunakan dapat berbentuk buku sumber utama ataupun buku penunjang lainnya. Dalam hal ini, guru dituntut untuk rajin dan kreatif dalam mencari dan mengumpulkan bahan ajar yang dibutuhkan dalam pembelajaran. Keberhasilan seorang guru dalam melaksanakan pembelajaran tergantung pada wawasan, pengetahuan, pemahaman, dan tingkat kreativitasnya dalam mengelola bahan ajar. Manfaat dari penggunaan bahan ajar dalam pembelajaran antara lain kegiatan belajar menjadi menarik, adanya kesempatan bagi siswa untuk belajar mandiri dan memudahkan siswa dalam mempelajari setiap kompetensi yang harus dikuasai Prastowo, 2014: 142 Dengan melihat masalah tersebut, peneliti mencoba memberi alternatif solusi untuk mengatasi masalah tersebut dengan mengembangkan bahan ajar berupa buku suplemen membaca menulis permulaan. Buku suplemen diharapkan mampu melibatkan siswa dalam kegiatan pembelajaran bahasa Indonesia sehingga siswa mencapai hasil belajar yang lebih optimal. Alasan pentingnya kehadiran buku suplemen ini dikarenakan buku suplemen ini dapat membantu meningkatkan kemampuan siswa dalam membaca dan menulis permulaan. Buku suplemen yang dilengkapi Lembar Kerja Siswa LKS dan CD pembelajaran akan memperjelas maksud dan makna pembelajaran mengenai membaca menulis permulaan. Pemanfaatan buku suplemen akan membantu siswa dalam meningkatkan kemampuan membaca dan menulis. Melalui penggunaan buku suplemen ini, siswa dapat mempelajari dan memahami tentang membaca dan menulis sejak dini sehingga pada jenjang selanjutnya, diharapkan setiap siswa sudah lancar dalam membaca dan menulis. Berdasarkan kenyataan tersebut, peneliti mencoba untuk mengembangkan buku suplemen muatan pelajaran bahasa Indonesia pada Kompetensi Dasar memahami teks pendek dengan membaca lancar dan membaca puisi anak dan menulis permulaan dengan huruf tegak bersambung melalui kegiatan dikte dan menyalin. Materi tersebut dipilih karena sesuai dengan materi Bahasa Indonesia di semester genap. Buku suplemen ini dirancang untuk meningkatkan kemampuan membaca dan menulis permulaan pada siswa kelas rendah. Oleh sebab itu, untuk mendapatkan buku suplemen yang sesuai, maka peneliti mencoba untuk mengembangkan buku suplemen muatan pelajaran Bahasa Indonesia yang mencakup kebutuhan guru dan siswa pada umumnya dengan judul “Pengembangan Buku Suplemen Muatan Pelajaran Bahasa Indonesia UntukSiswa Kelas 1 Semester Genap Sekolah Dasar Negeri Borosuci ”. Buku suplemen ini masih dalam percobaan dan masih perlu disempurnakan.

1.2 Rumusan Masalah