Keikut Sertaan Sebagai Peserta Kurban Jumlah Anggota Keluarga Peserta Kurban

5237 kurban.Sehingga peserta kurban tidak merasa dibebani hutang selama mencicil karena pembayaran pencicilan tidak ditentukan berapa besarnya dan tergantung kepada kesanggupan peserta. Tingkat penghasilan peserta kurban dipengaruhi oleh jenis pekerjaan yang dilakukan. Tabel 6. Profil Peserta Kurban Berdasarkan Jenis Pekerjaan Jenis Pekerjaan Jumlah Persentase Petani Pedagang Wiraswasta PNS Pensiunan DPR Pegawai Honorer Dll 67 14 17 6 1 1 1 44 44.37 9.27 11.26 3.98 0.66 0.66 0.66 29.14 Jumlah 151 100 Dilihat dari tabel diatas bahwa peserta kurban terbanyak adalah dari masyarakat dengan penghasilan sebagai petani yaitu 67 orang 44.37 kemudian wiraswasta 17 orang 11.26, pedagang 14 orang 9.27, PNS 6 orang 3.98 dan yang terkecil adalah dari masyarakat yang bekerja sebagai anggota DPR 1 orang 0.66, pegawai honor 1 orang 0.66, pensiunan 1 orang 0.66 sedangkan yang tidak memiliki pekerjaan adalah 44 persen disebabkan peserta tersebut berasal dari kalangan pelajar, orang tua yang sudah lanjut usia dan janda. Hasil penelitian profil peserta kurban berdasarkan tingkat penghasilan yang tentu saja penghasilan sangat dipengaruhi jenis pekerjaan yang dilakukan, maka dapat dikatakan bahwa jenis pekerjaan tidak mempengaruhi keikut sertaan dalam berkurban. Hal ini dapat dilihat dari peserta yang tidak memiliki pekerjaan justru memiliki persentase yang lebih tinggi yakni 44 jika dibandingkan dengan peserta yang bekerja sebagai wiraswasta, PNS, pedagang dan anggota DPR.

6. Keikut Sertaan Sebagai Peserta Kurban

Dari hasil penelitian didapatkan data peserta kurban yang sudah beberapa kali ikut berkurban, diantaranya ada peserta yang berkurban untuk pertama sampai keempat kali sebanyak 130 orang atau 86.09 persen, keikutsertaan berkurban ke 5 sampai 8 kali sebanyak 19 orang atau 12.58 persen dan yang ikut berkurban untuk ke 9 sampai 12 kali sebanyak 0.66 persen dan bahkan ada yang berkurban untuk yang ke 14 kalinya yaitu 0.66 persen. Dari hasil penelitian profil peserta kurban berdasarkan keikutsertaan peserta kurban dapat dikatakan bahwa banyak peserta kurban yang baru pertama kali ikut berkurban, bahkan ada juga peserta kurban yang sudah 14 kali ikut berkurban. Sebaran responden berdasarkan keikut sertaan sebagai peserta kurban dapat dilihat pada tabel 4.7 berikut. 5238 Keikut sertaan ke- Jumlah Persentase 1 – 4 5 - 8 9 -12 13-16 130 19 1 1 86.09 12.58 0.66 0.66 Jumlah 151 100 Jika diperhatikan dari hasil wawancara tentang motivasi ikut berkurban hampir seluruh peserta kurban menyatakan ingin mendekatkan diri kepada Allah SWT. Hal ini merupakan suatu dorongan spritual yang tidak dapat diukur dengan nilai nominal. Namun dapat dikatakan bahwa niat dan dorongan spritual untuk melengkapi 7 kali berkurban bagi seseorang jika yang jadi hewan kurbannya adalah sapi juga merupakan faktor pendukung untuk dapat menjadi peserta kurban setiap tahunnya. Sebagaimana petunjuk hadis nabi SAW tentang kuantitas hewan untuk pekurban adalah seekor unta, sapi atau kerbau untuk tujuh orang, berdasarkan hadis Nabi SAW yang dikatakan Jabir bin Abdullah dari kaum Ansar Arifin, 2010.

7. Jumlah Anggota Keluarga Peserta Kurban

Berdasarkan data yang didapat dari hasil penelitian bahwa jumlah anggota keluarga yang ikut berkurban terbanyak 1-2 orang dalam keluarga yaitu 136 peserta atau sekitar 90.07 persen. Anggota keluarga peserta kurban yang turut berkurban sebayak 7 orang atau 4.64 diikuti oleh 7 orang peserta kurban yang berasal dari satu keluarga. Tabel 8. Profil Peserta Kurban Berdasarkan Jumlah Anggota Keluarga Yang Ikut Berkurban Jumlah Anggota Keluarga Yang ikut kurban Jumlah Persentase 1 – 2 3 - 4 5 - 6 7 – 8 136 6 2 7 90.07 3.97 1.32 4.64 Jumlah 151 100 Hasil penelitian menunjukkan bahwa anggota keluarga peserta kurban, dimana ada 7 orang yang berasal dari satu keluarga dan berasal dari negeri tetangga Malaysia namun melakukan kurban di kecamatan Angkola Selatan, hal ini bertentangan dengan syarat berkurban yang dikemukakan Arifin 2010 bahwa syarat berkurban salah satunya adalah penduduk tetap suatu wilayah. 8.Pengetahuan Peserta Tentang Hewan Kurban 5239 memadai, artinya peserta kurban cukup mengerti tentang syarat dan ketentuan hewan yang boleh dijadikan sebagai kurban. Begitu juga dengan cara penyembelihan hewan kurban. Proses dihasilkan daging diawali dengan penyembelihan dan penyembelihan dianjurkan dengan cara yang religius Parry, 1989. Cara-cara penyembelihan di Indonesia telah ditetapkan dengan metode Islam Manual Kesmavet, 1992.Penyembelihan pada hewan biasa disebut dzakah yang secara lutghoh berarti membaikkan memb aikkan dalam memakannya, secara syari‟ah istilah diartikan memotong bagian tertentu Nuhriawangsa, 1999. Jenis hewan kurban didominasi oleh sapi berumur 2 tahun yaitu 21 ekor dengan peserta 144 orang atau 95.36 persen dan kambing sebanyak 7 ekor dengan peserta kurban sebanyak 7 orang yaitu 4.64 persen. Tabel 9. Pengetahuan Tentang Hewan Kurban Pengetahuan Tentang hewan Kurban Jumlah Peserta Orang Persentas e Jumlah ternak ekor Persentase Jenis Kurban : 1. Sapi 2. Kambing 144 7 95.36 4.64 21 7 Umur Ternak 1.Sapi : 2 tahun 2.Kambing : 2 tahun 144 7 95.36 4.64 21 7 100 100 Asal Ternak : Kambing 1.Sibulu Soma Sapi 1.Padangbolak 2.Sigalangan 3.Batangtoru 4.PuloBauk 5.Sabungan Jae 7 25 35 28 42 14 4.64 16.56 23.18 18.54 27.81 9.27 7 4 5 4 6 2 100 19.05 23.81 19.05 28.57 9.52 Sampai Dilokasi 1.Sehari sebelum Kurban 2.Dua hari sebelum kurban 3.Empat hari sebelum Kurban 89 58 4 58.94 38.41 2.65 Jumlah 151 100 Hal ini sejalan dengan syarat-syarat hewan kurban yang dikemukakan oleh Fiqhus Sunnah bahwa usia hewan kurban yang berupa domba yang dianggap layak adalah yang berumur setengah tahun, kambing berumur satu tahun, sapi berumur dua tahun, dan unta berumur lima tahun. 5240 28.57 dari jumlah kurban, 5 ekor sapi Peranakan Ongole atau 23.81 berasal dari Sigalangan, sapi Bali dari Batangtoru dan sapi Bali dari Padang Bolak sekitar 19.05 atau sebanyak 4 ekor dan 7 ekor kambing kesemuanya berasal dari daerah Sibulusoma atau dari kecamatan Angkola selatan. Jika dilihat dari asal hewan kurban dapat dikatakan bahwa daerah kecamatan Angkola Selatan belum bisa memenuhi kebutuhan hewan kurban pada saat Idul Adha.Hal ini terbukti dengan hasil penelitian diatas bahwa semua hewan kurban didatangkan dari luar kecamatan Angkola Selatan bahkan dari luar kabupaten seperti dari Padangbolak. Hewan kurban didatangkan sehari sampai empat hari sebelum pelaksanaan kurban dengan harga sapi Rp 9.000.000 – Rp 9.800.000 per ekor. Dipandang dari tingkat kesejahteraan hewan, dikatakan bahwa hewan kurban yang didatangkan dari luar kecamatan Angkola Selatan ini cukup mendapatkan masa istirahat yaitu sekitar 1- 4 hari.Hal ini cukup penting bagi penanganan hewan ternak sebelum pemotongan. Terlebih karena hewan setelah mengalami pengangkutan atau transportasi yang memulai perlakuan yang menyebabkan penderitaan hewan, cara menaikkan kekendaraan, lamanya berdiri, tidak makan dan minum, lantai licin dan tidak istirahat yang menyebabkan hewan stress, kelelahan dan tidak nyaman Soeparno,1998. Keadaan ketidaknyamanan ini akan mempengaruhi terhadap hasil perdagingan atau karkas setelah pemotongan hewan. Pada hewan yang kandungan glikogennya sudah sangat rendah pada awal pemotongan karena stress, kelaparan atau lelah, hanya terjadi sedikit penurunan pH akhir daging. Daging dengan pH akhir yang tinggi akan berwarna gelap dengan daya ikat air yang baik. Tetapi, pH yang tinggi akan menyebabkan daging sangat mudah dirusak oleh mikroba sehingga umur simpan menjadi pendek. Menurut Suparno 1992, bila ternak telah melakukan perjalanan yang panjang dan ternak terlihat lelah, segera setelah diturunkan dari truk atau alat angkut lainnya, ternak ternak ini digiring ketempat yang sudah tersedia air untuk minum dan dilakukan penyemprotan dengan air dingin, hal ini bukan saja agar ternak menjadi bersih namun juga akan dapat mengu-rangi stress serta menekan adanya bilur-bilur darah pada bagian dibawah kulit sub-cutan. Lama waktu istirahat dianjurkan selama 2 hari, meskipun kadang-kadang istirahat selama 2 hari ini belum mencukupi. Pada saat istirahat semua ternak harus diberi makan dan minum yang baik dan cukup meskipun beberapa ternak mungkin tidak mau makan. Hal lain yang perlu diperhatikan adalah keadaan dari tempat penampungan ternak yang kadang-kadang merupakan sumber kontaminasi bakteri pathogen penyebab penyakit. Karena ada kemungkinan ternak yang pernah datang berasal dari suatu daerah, sedang ada dalam keadaan infeksi subklinis dan hal ini akan sangat berpengaruh terhadap kualitas daging. Lantai tempat penampungan ternak harus dibuat sedemikian rupa sehingga mudah dibersihkan, karena jika diantara ternak yang sehat terdapat ternak yang menderita penyakit 5241 menimbulkan resiko dimana dalam tempat pemotongan hewan itu timbul pencemaran. Kandang untuk peristirahatan ternak harus cukup luasnya serta menyenangkan bagi ternaknya dan lebih baik lagi bila kandang disekat sekat menjadi unit-unit yang lebih kecil, guna mencegah gerombolan yang terlalu banyak. Jalan menuju ruang penyembelihan harus mudah dan apabila ternak yang akan dipotong itu adalah ternak besar yang dipelihara di padang penggembalaan maka pada sisi lorong harus dipagari dengan menggunakan tiang-tiang yang kuat. Pada saat ternak beristirahat pemeriksaan ante-mortem sebelum ternak disembelih sudah mulai dijalankan. Pemeriksaan ante-mortem ini sangat penting dilakukan karena merupakan salah satu proses pencegahan penyakit terhadap konsumen. Dalam hal ini pemeriksa harus memiliki pengetahuan mengenai kesehatan masyarakat dan juga cukup berpengalaman dalam menangani ternak-ternak yang akan dipotong. Hal lain yang juga penting yaitu perlakuan terhadap ternak itu sendiri. Perlakuan yang kasar pada ternak sebelum dipotong akan menyebabkan memar pada daging sehingga akan menurunkan kualitas dari pada karkas. Oleh karena itu untuk mengurangi penurunan kualitas karkas, stres lingkungan harus dihindari dan ternak harus diperlakukan dengan baik Suparno, 1994. Kesimpulan Dan Saran Kesimpulan Berdasarkan hasil dan pembahasan yang diperoleh dari penelitian ini dapat diambil kesimpulan sebagai berikut : 1. Profil Peserta Kurban di Kecamatan Angkola Selatan : Usia dari peserta kurban berada pada kisaran 31 – 45 tahun sebanyak 43 orang 28.48, jenis kelamin adalah laki-laki yaitu 81 orang 54, tingkat pendapatan antara Rp 1.000.000 – Rp 3.000.000 yaitu 65 orang 43.04, jumlah anggota keluarga yang ditanggung peserta kurban antara 3 – 5 orang yaitu 69 orang 45.69, menurut tingkat pendidikan yaitu SD sebanyak 69 orang 45.69, jumlah anggota keluarga yang ikut berkurban antara 1 – 2 orang yaitu 136 orang 90.07, dan kepesertaan ikut berkurban terbanyak adalah antara 1- 2 kali yaitu sebanyak 136 peserta 90.07. 2. Jenis hewan kurban : a. Sapi Bali yang asalnya dari Pulau Bauk sebanyak 6 ekor atau 28.57, dengan kisaran umur 2 tahun 100, harga sapi Rp 9.100.000 – Rp 9.800.000 100. b. Hewan kurban berupa kambing lokal, asalnya dari Sibulusoma 7 ekor 100, dengan harga Rp 1.300.000 per ekor. Saran 5242 mengurangi ketergantungan yang sangat besar dari luar daerah. 2. Perlu diteliti lebih lanjut kenapa peserta kurban umumnya penduduk berpendidikan SD. Daftar Pustaka Arifin, 2010.Hukum Fiqih mengenai Penyembelihan hewan Kurban. Arikunto,S. 1998. Prosedur Penelitian. Rikena Cipta. Jakarta. Arikunto,S. 2003. Manajemen Penelitian. Rikena Cipta. Jakarta. BP 7 pusat, 1990.GBHN : Pengertian pendidikan.Jakarta. Departemen Agama RI, 2004. Al- Qur‟an Dan terjemahnya. CV.Naladana. Jakarta. Hernanto,F. 1996. Ilmu Usaha Tani. Penebar Swadaya. Jakarta. Lawrie, R.A, 1995. Ilmu Daging. Diterjemahkan oleh Aminudin Parakasi.Edisi V Universitas Indonesia Press. Jakarta. Lembaga Demografi Fak.Ekonomi UI. 2000. Dasar demografi. Lembaga penerbit FEVI. Jakarta. Lukman. 2009. Daging Dan Produk Olahannya. IPB. Bogor. Mujieb,A. 1986. Fiqih Islam. Bintang Pelajar. Surabaya. Musthafa.2011. Fiqih Islam Lengkap Madzhab Syafii.Media Zikir. Jakarta. Notoatmodjo,S. 2002. Metodologi Penelitian Kesehatan. PT Rineka Cipta.Jakarta. Ressang, Abdul Aziz. 1962. Ilmu Kesehatan Daging Meat Hygiene. Edisi Pertama. Fak. Kedokteran Hewan. IPB. Bogor. Safir senduk, 2007.Pendapatan dan Faktor Pendukungnya.detik com. Samuelson. 1995. Journal of Economic Perspectives. Sastroasmoro,S.1995. Dasar Dasar Metodologi Klinis. Binarupa Aksara. Jakarta. Singarimbun,M.1989. Metode Dan Proses Penelitian Dalam M.Singarimbun Dan S.Effendieditor. Metode Penelitian Survai. LP3ES. Jakarta. Soeparno. 1992. Ilmu dan Teknologi Daging. Gadjah Mada University Press.Yogyakarta. Soeparno, 1994.Ilmu dan Teknologi Daging.UGM Press.Yogyakarta. Sugiyono. 2002. Statistik Untuk Penelitian. CV Alfabeta. Bandung. Sukidjo, 2002. Metodologi Penelitian Kesehatan. Pt. Rineka Cipta.Jakarta. 5243 PENENTUAN KADAR UREA SECARA POTENSIOMETRI Drs. Amaano Fau 4 ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui penentuan kadar urea secara potensiometri. Penelitian ini dilakukan dengan eksperimen laboratorium dengan alat, bahan dan prosedur kerja yang dilakukan seperti berikut ini. Alat-Alat yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu : 1 Alat-Alat gelas yang digunakan adalah alat gelas yang umum digunakan di laboratorium kimia, 2 Pengaduk magnet tipe Nouva II, diperlukan untuk pembuatan larutan homogen selulosa asetat dalam aseton. Larutan tersebut digunakan untuk membuat lapisan membran selusa asetat pada kawat platinan berdiameter 0,04 mm, 3 Mikrometer skrup diperlukan untuk mengetahui ketebalan lapisan membrane, 4 Spektrfotometer UV-Vis, Beckman tipe DU 7500, diperlukan untuk menentukan kosentrasi protein enzim 5 pH meter tipe 692 untuk pengukuran pH medium larutan urea dan pH larutan buffer.6 Potensiometer buatan Sanwa CD800a digunakan untuk mengukur potensial elektroda. 7 elektroda pembanding Ag AgCl buatan Fischer 8 Penangas air untuk menjaga temperatur larutan untuk menjaga suhunya berkisar antara 24°C ± 1°C. Analisis dilakukan secara deskriptif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa elektroda enzim urease dapat dibuat dengan komposisi kawat platina, selulosa asetat, glutaraldehid dan enzim urease. Elektoda enzim dapat digunakan untuk menentukan urea secara potensiometri 4 Dosen STKIP Nias Selatan 5244 : kadar urea dan potensiometri 1. Pendahuluan 1.1. Latar Belakang