5310
Penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan, ilmu pengetahuan, dan referensi mengenai bullying terutama dalam menangani korbannya, dan dapat memberikan sumbangan
bagi seluruh guru bidang studi dan khususnya bagi guru agar dapat memperkaya hasil penelitian yang telah ada dan dapat memberikan gambaran mengenai peningkatan perilaku asertif korban
bullying serta menjadi acuan untuk penelitian berikutnya. Tinjauan Pustaka
A. Kerangka Teoritis 1. Perilaku Asertif Korban
Bullying 1.1. Perilaku Asertif
1.1.1. Defenisi Perilaku Aseritf Menurut Hadfield Hasson2013:8, perilaku asertif adalah ekspresi yang jujur dan tepat
mengenai perasaan, opini, dan kebutuhan anda. Orang yang asertif mampu memberi tahu orang lain tentang hal-hal yang ia inginkan dan tidak ia inginkan.
Alberti dan Emmons dalam Galbraith, J Delisle, 1, 2006:93, mengemukakan, perilaku asertif adalah perilaku yang memperjuangkan persamaan dalam hubungan kemanusiaan,
memungkinkan kita untuk melakukan hal-hal demi kebaikan kita sendiri, mempertahankan diri kita tanpa harus merasa kawatir, mengekpresikan perasaan dengan jujur dan nyaman,
menjalankan hak-hak pribadi tanpa mengingkari hak-hak orang lain. Jakuwboski Lange dalam Nursalim, M, 2013:138 mendefenisikan perilaku asertif
sebagai perilaku yang dapat membela kepentingan pribadi, mengekspresikan perasaan dan pikiran baik positif maupun negatif secara jujur dan langsung tanpa mengurangi hak-hak atau
kepentingan orang lain.
2. Korban Bullying
2.1. Defenisi Korban Bullying
Menurut Wiyani 2012:14, bullying ialah penilaku agresif dan negatif seseorang atau sekelompok orang secara fisik berulang kali yang menyalahgunakan ketidakseimbangan
kekuatan dengan tujuan menyakiti targetnya korban secara mental atau secara fisik. Olweus dalam Geldard, K, 2012:171 mengatakan bahwa bullying adalah sebuah
perilaku agresif yang disengaja, yang dilakukan oleh sekelompok orang atau seseorang secara berulang-ulang dan dari waktu ke waktu terhadap seorang korban yang tidak dapat
mempertahankan dirinya dengan mudah. Sementara, Rigby dalam Faturochman, dkk, 20 12:65 menyimpulkan bahwa bullying
merupakan tindakan yang meliputi adanya niatan untuk menyakiti orang lain, tindakan negatif, ketidakseimbangan kekuatan, tindakan berulang, ketidakadilan penggunaan kekuasaan
kekuatan, dan pelaku senang dengan tindakan penindasan yang diterima korban.
5311
agresif dan negatif seseorang atau sekelompok orang yang dilakukan secara berulang kali yang memanfaatkan kekuatan atau pengaruh yang dimiliki dengan tujuan mengintimidasi ataupun
memaksa orang lain korban menuruti keinginannya.
2.2. Konseling Individual Melalui Teknik Kursi Kosong 2.2.1. Konseling Individual
2.2.1.1. Defenisi Konseling Individual
Nurihsan, Achmad Juntika 2007:20, mengatakan layanan konseling individual adalah layanan untuk membantu individu menyelesaikan masalah-masalah, terutama masalah sosial-
pribadi yang mereka hadapi, yang bersifat terapeutik dan hanya dapat diberikan oleh pembimbing yang memiliki latar belakang pendidikan di bidang bimbingan dan konseling atau psikologi yang
dilakukan melalui proses interaksi yang bersifat pribadi antara konselor dan konseli.
2.2.1.2. Tahap-Tahap Pelaksanaan Individual
Menurut Prayitno dan Amti, E 2012:296, tahap-tahap keefektifan pengentasan masalah individu melalui konseling individual adalah sebagai berikut:
1. Dimulai ketika klien menyadari bahwa dirinya mengalami masalah
2. Klien menyadari bahwa dirinya memerlukan orang lain untuk mengentaskan masalah yang
sedang dialaminya. 3.
Klien benar-benar menjalankan menerapkan hasil-hasil yang telah dicapai melalui konseling dalam kehidupan sehari-harinya.
4. Klien mencari sumber dalam hal ini adalah konselor yang dapat benar-benar mampu
dan bertanggung jawab dalam membantu pemecahan masalahnya. 5.
Klien terlibat secara aktif dalam proses konseling individual. Kelima tahap keefektifan konseling itu dapat digambarkan melalui diagram sebagai
berikut :
Bagan 2.1. : Lima Tahap Keefektifan Konseling
5312
3.1. Defenisi Teknik Kursi Kosong