5385
1 Medan dengan jumlah siswa 36 orang Tahun Ajaran 20132014. Penelitian ini dilaksanaan selama 3 bulan, mulai September sampai Nopember 2013.
3.2 Desain Penelitian
3
Desain Penelitian Tindakan kelas Menurut Kemmis dan Mc.Taggart
Hasil Penelitian Dan Pembahasan 4.1. Deskripsi Data
Ciri khas penelitian tindakan kelas adalah adanya beberapa siklus yang merupakan suatu proses pemecahan masalah menuju praktek pembelajaran yang lebih
baik. Pada penelitian ini, pengumpulan data ini dilakukan tiga siklus untuk mencapai hasil yang ditargetkan. Siklus I dan II mempunyai kesamaan di dalam pelaksanaannya
dan dapat kita lihat bagian bagian dari siklus sebagai berikut :
1.1 Perencanaan
1.2 Pelaksanaan Tindakan
1.3 Pengamatan
1.4 Refleksi
4.2. Pembahasan penelitian
Pelaksanaan
?
Refleksi Perencanaan
Pelaksanaan SIKLUS I
Refleksi
Pengamatan Pengamatan
Perencanaan
SIKLUS II
5386
65, masih terdapat 2 item yang belum melampaui batas kesukaran, dan rata-rata hasil belajarnya adalah 56,50. Berdasarkan hasil penelitian ini, menunjukkan bahwa siswa
masih memiliki kesulitan belajar pada topik eksponen bulat. Sesuai dengan siklus penelitian maka selanjudnya diadakan pengajaran kembali dengan menggunakan Metode Diskusi.
Melalui proses pembelajaran pada siklus ini, rata-rata hasil belajar siswa mencapai 39 dan dilanjutkan dengan Pemberian Tugas kepada siswa, ternyata ditemukan bahwa tingkat
kesalahan 0.
Simpulan Dan Saran 5.1 Simpulan
Berdasarkan atas hasil belajar antara analisa data dan penelitian ini dapat diambil simpulan seperti berikut:
a. Hasil belajar siswa kelas X SMA Swasta Nasrani 1 Medan pada Materi Eksponen Bulat,
pada perbaikan pembelajaran I yang menggunakan Metode Diskusi meningkat menjadi rata-rata 61,0.
b. Hasil belajar siswa kelas X SMA Nasrani 1 Medan pada materi eksponen bulat setelah
dilakuan pembelajaran II yang menggunakan Metode Pemberian Tugas meningkat menjadi 100.
c. Terdapat peningkatan hasil belajar siswa materi eksponen bulat positip, negatip dan nol
setelah dilakukan pembelajaran yang menggunakan metode Diskusi dan Pemberian Tugas dengan penelitian tindakan kelas rata-ratapeningkatan hasil belajar sebesar
56,5.
5.2 Saran
Berdasarkan simpulan di atas penulis menyampaikan saran sebagai berikut : a. Bagi siswa, dapat meningkatkan aktivitas siswa dalam mengikuti pelajaran karena
metode pembelajaran dilaksanakan bervariasi antara metode Diskusi dan Pemberian Tugas.
b. Bagi guru, diharapkan dapat memilih metode yang bervariasi dalam mengajar agar lebih menarik bagi siswa mengikutinya.
c. Bagi peneliti yang lain, dapat dijadikan sumber informasi dan tindak lanjut untuk keperluan penelitian lebih lanjut tentang penggunaan metode Diskusi dan Pemberian
Tugas.
5387
Daftar Pustaka
Abdurahman, 2005, Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar, Jakarta Rineka Cipta. Ahmadi, A., 2001, Psikologi Pendidikan, Rineka Cipta, Jakarta
Arikunto, S., 2004, Prosedur Penelitian Rineka Cipta, Jakarta ------------2007. Dasar-dasar Penelitian Pendidikan, Bumi Aksara. Jakarta
Nasution, M.A. 2007. Berbagai Pendekatan Dalam Proses Belajar Mengajar,: Bumi Aksara. Jakarta
Sudirman, Tabrani Rusyan A., Zainal Arifin, 2002.Ilmu Pendidikan,karya, Bandung.
5388
UPAYA KEPALA SEKOLAH MENINGKATKAN KEMAMPUAN GURU TERHADAP PENGELOLAAN KELAS MELALUI PENERAPAN
COACHING PADA SMP NEGERI 12 MEDAN Nurhani Hutagaol, S.Pd., M.Pd
22
ABSTRAK
Untuk mengetahui efektivias penerapan coaching pengelolaan kelas pada guru dalam memperbaiki dan meningkatkan pengelolaan kelasnya pada SMP Negeri 12 Medan. Penelitian
dilaksanakan bulan Februari sd Mei 2015 di SMP Negeri 12 Medan. Berdasarkan analisis dan pembahasan yang telah dipaparkan diatas, bahwa terjadi
peningkatan kemampuan guru dalam pengelolaan kelas melalui coaching pada SMP Negeri 12 Medan dan siklus I ke siklus II, masing-masing aspek mencapai target sesuai dengan kriteria
yang ditetapkan 71. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa coaching pengelolaan kelas terbukti secara ilmiah dapat meningkatkan kemampuan guru dalam pengelolaan kelas pada
SMP Negeri 12 Medan Tahun 2015.
Pernyataan ini terbukti dengan data yang dikumpulkan yaitu meningkatnya persentase kemampuan guru antar siklus yaitu pada katagori Amat Baik dan 0 naik menjadi 30 ,
katagori Baik dan 10 naik menjadi 50, Katagori Cukup dan 50 turun menjadi 20, sedangkan yang berkatagori Kurang dan 40 turun drastis menjadi 0. Apabila dilihat dari
perbandingan kemampuan guru yang telah mencapai katagori Baik keatas pada pra Siklus ada 10, Siklus I ada 40, dan pada Siklus II ada 80. Dengan demikian pelaksanaan coaching
pengelolaan kelas ini sangat bermanfaat bagi guru dalam rangka meningkatkan kemampuannya menjadi guru yang handal dan professional.
Dengan demikian bahwa peningkatan kemampuan guru dalam pengelolaan kelas melalui Coaching lebih konsultatif dan akan memberikan kesempatan sharing antara guru model
dengan guru lain. Dengan demikian, peningkatan kemampuan guru dalam pengelolaan kelas dapat ditingkatkan baik dalam teoritisnya maupun implementasinya.
Kata kunci:
Kemampuan guru, pengelolaan kelas, coaching.
A. Pendahuluan
Guru merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan dari setiap aktivitas pembelajaran. Menurut Zain dan Djamarah 2006:17a, ada dua masalah pokok yang
dihadapi guru saat melakukan proses pembelajaran yaitu masalah pengajaran dan masalah pengelolaan manajemen. Masalah pengajaran adalah bagaimana cara atau strategi guru
membantu peserta didik dalam mencapai kompetensi yang diharapkan. Sedangkan masalah pengelolaan manajemen adalah strategi guru untuk menciptakan kondisi dan situasi agar
proses pembelajaran dapat berlangsung secara efektif dan efisien. Pengelolaan kelas adalah hal yang amat penting dan strategis bagi seorang guru,
karena pengelolaan kelas berkaitan erat dengan berhasi tidaknya proses pembelajaran Sahertian dan Ida Aleida, 1992:106. Sedangkan Maisah dan Yamin 2009 : 106
22
Pengawas SMP pada Dinas Pendidikan Kota Medan