Pembatasan Masalah Perumusan Masalah Tujuan Penelitian Jenis Penelitian Subjek Penelitian

5309 diterimanya, 3. Siswa terlihat takut dan kurang percaya diri menghadapi pelaku bully, 4. Siswa tidak berani jujur atas perlakuan negatif yang didapatkan dantemannya baik secara langsung ataupun melalui media sosialelektronik, 5. Siswa hanya diam saat dihina atau dicaci maki oleh temannya, 6. Siswa tidak berani mengatakan “tidak” kepada pelaku bullying, 7. Siswa tidak mempunyai kemampuan untuk mempertahankan hak-hak pribadinya, 8. Siswa kurang mampu menunjukkan perasaan untuk melawan tindakan bullying yang diterimanya. 9. Siswa sering kali di jadikan target ejekan dan kejahilan temannya, 10. Siswa tidak melawan saat di di tolak dengan sengaja oleh temannya, 11. Siswa di paksa memberikan contekan di saat ada ulangan, 12. Siswa hanya menunduk ketika di marah-marahi dengan suara kerasdi bentak-bentak oleh temannya, 13. Siswa di pandang sinis oleh temannya.

C. Pembatasan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah diatas maka penelitian ini hanya membatasi pada aspek “pengaruh layanan konseling individual melalui teknik kursi kosong terhadap peningkatan perilaku asertif siswa korban bullying Kelas X SMK Al-Washliyah 3 Medan Tahun Ajaran 20142015”. Hal ini dimaksudkan agar permasalahan yang hendak diteliti lebih terfokus dan minimnya waktu yang dimiliki oleh peneliti.

D. Perumusan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah diatas, maka dapat dikemukakan, rumusan masalahnya adalah “pengaruh layanan konseling individual melalui teknik kursi kosong terhadap peningkatan perilaku asertif siswa korban bullying Kelas X SMK Al-Washliyah 3 Medan Tahun Ajaran 20142015?”

E. Tujuan Penelitian

Ada pun tujuan dari penelitian ini adalah “untuk mengetahui pengaruh layanan konseling individual melalui teknik kursi kosong terhadap peningkatan perilaku asertifsiswa korban bullying Kelas X SMK A1- Washliyah 3 Medan Tahun Ajaran 20142015.”

F. Manfaat Penelitian

5310 Penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan, ilmu pengetahuan, dan referensi mengenai bullying terutama dalam menangani korbannya, dan dapat memberikan sumbangan bagi seluruh guru bidang studi dan khususnya bagi guru agar dapat memperkaya hasil penelitian yang telah ada dan dapat memberikan gambaran mengenai peningkatan perilaku asertif korban bullying serta menjadi acuan untuk penelitian berikutnya. Tinjauan Pustaka A. Kerangka Teoritis 1. Perilaku Asertif Korban Bullying 1.1. Perilaku Asertif 1.1.1. Defenisi Perilaku Aseritf Menurut Hadfield Hasson2013:8, perilaku asertif adalah ekspresi yang jujur dan tepat mengenai perasaan, opini, dan kebutuhan anda. Orang yang asertif mampu memberi tahu orang lain tentang hal-hal yang ia inginkan dan tidak ia inginkan. Alberti dan Emmons dalam Galbraith, J Delisle, 1, 2006:93, mengemukakan, perilaku asertif adalah perilaku yang memperjuangkan persamaan dalam hubungan kemanusiaan, memungkinkan kita untuk melakukan hal-hal demi kebaikan kita sendiri, mempertahankan diri kita tanpa harus merasa kawatir, mengekpresikan perasaan dengan jujur dan nyaman, menjalankan hak-hak pribadi tanpa mengingkari hak-hak orang lain. Jakuwboski Lange dalam Nursalim, M, 2013:138 mendefenisikan perilaku asertif sebagai perilaku yang dapat membela kepentingan pribadi, mengekspresikan perasaan dan pikiran baik positif maupun negatif secara jujur dan langsung tanpa mengurangi hak-hak atau kepentingan orang lain.

2. Korban Bullying

2.1. Defenisi Korban Bullying

Menurut Wiyani 2012:14, bullying ialah penilaku agresif dan negatif seseorang atau sekelompok orang secara fisik berulang kali yang menyalahgunakan ketidakseimbangan kekuatan dengan tujuan menyakiti targetnya korban secara mental atau secara fisik. Olweus dalam Geldard, K, 2012:171 mengatakan bahwa bullying adalah sebuah perilaku agresif yang disengaja, yang dilakukan oleh sekelompok orang atau seseorang secara berulang-ulang dan dari waktu ke waktu terhadap seorang korban yang tidak dapat mempertahankan dirinya dengan mudah. Sementara, Rigby dalam Faturochman, dkk, 20 12:65 menyimpulkan bahwa bullying merupakan tindakan yang meliputi adanya niatan untuk menyakiti orang lain, tindakan negatif, ketidakseimbangan kekuatan, tindakan berulang, ketidakadilan penggunaan kekuasaan kekuatan, dan pelaku senang dengan tindakan penindasan yang diterima korban. 5311 agresif dan negatif seseorang atau sekelompok orang yang dilakukan secara berulang kali yang memanfaatkan kekuatan atau pengaruh yang dimiliki dengan tujuan mengintimidasi ataupun memaksa orang lain korban menuruti keinginannya. 2.2. Konseling Individual Melalui Teknik Kursi Kosong 2.2.1. Konseling Individual

2.2.1.1. Defenisi Konseling Individual

Nurihsan, Achmad Juntika 2007:20, mengatakan layanan konseling individual adalah layanan untuk membantu individu menyelesaikan masalah-masalah, terutama masalah sosial- pribadi yang mereka hadapi, yang bersifat terapeutik dan hanya dapat diberikan oleh pembimbing yang memiliki latar belakang pendidikan di bidang bimbingan dan konseling atau psikologi yang dilakukan melalui proses interaksi yang bersifat pribadi antara konselor dan konseli.

2.2.1.2. Tahap-Tahap Pelaksanaan Individual

Menurut Prayitno dan Amti, E 2012:296, tahap-tahap keefektifan pengentasan masalah individu melalui konseling individual adalah sebagai berikut: 1. Dimulai ketika klien menyadari bahwa dirinya mengalami masalah 2. Klien menyadari bahwa dirinya memerlukan orang lain untuk mengentaskan masalah yang sedang dialaminya. 3. Klien benar-benar menjalankan menerapkan hasil-hasil yang telah dicapai melalui konseling dalam kehidupan sehari-harinya. 4. Klien mencari sumber dalam hal ini adalah konselor yang dapat benar-benar mampu dan bertanggung jawab dalam membantu pemecahan masalahnya. 5. Klien terlibat secara aktif dalam proses konseling individual. Kelima tahap keefektifan konseling itu dapat digambarkan melalui diagram sebagai berikut : Bagan 2.1. : Lima Tahap Keefektifan Konseling 5312

3.1. Defenisi Teknik Kursi Kosong

Menurut Corey, Gerald 2010;134, pengertian teknik kursi kosong adalah suatu cara untuk mengajak klien agar mengeksternalisasi introyeksinya. Dalam teknik ini dua kursi diletakkan di tengah ruangan. Terapis meminta klien untuk duduk di kursi yang satu dan memainkan peran sebagai top dog, kemudian pindah ke kursi lain dan menjadi underdog. Dialog bisa dilangsungkan di antara kedua sisi klien. Pada dasarnya, teknik kursi kosong adalah suatu teknik permainan peran yang semua perannya dimainkan oleh klien. Melalui teknik ini introyeksi-introyeksi bisa dimunculkan ke permukaan dan klien bisa mengalami konflik lebih penuh. Konflik bisa diselesaikan melalui penerimaan dan integrasi kedua sisi kepribadian oleh klien. dalam Corey, Gerald, 2010;134 Metode Penelitian Metode penelitian adalah cara yang digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data penelitiannya. Agar dapat terarah dan mencapai hasil yang optimal, maka penulis menggunakan metodologi penelitian sebagai berikut.

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah jenis penelitian tindakan kelas, peneliti mengadakan penelitian langsung ke kelas untuk memperoleh data-data yang dibutuhkan dengan memberikan angket atau pertanyaan kepada siswa yang dijadikan subjek penelitian. Penelitian ini menggunakan penilaian kuantitatif, yang banyak dituntut menggunakan angket mulai dari pengumpulan data, penafsiran terhadap data tersebut, serta penampilan dari hasilnya. Hal ini dikarenakan data yang diperoleh akan di analisis lebih lanjut dalam analisis data dan akan lebih baik jika disertai tabel, grafik, bagan, gambar atau tampilan lain.

B. Subjek Penelitian

Penelitian ini akan dilakukan pada seluruh siswa kelas X di SMK Al-Washliyah 3 Medan tahun ajaran 20142015. Subjek penelitian yang diambil oleh peneliti berjumlah 4 siswa dari keseluruhan siswa tersebut. Subjek dalam penelitian ini sendiri diambil dengan menggunakan teknik purposive sampling. Purposive sampling maksudnya peneliti ingin mendapatkan subjek sesuai dengan yang diharapkan dan dengan pertimbangan cermat.

C. Operasional Variabel Penelitian