5312
3.1. Defenisi Teknik Kursi Kosong
Menurut Corey, Gerald 2010;134, pengertian teknik kursi kosong adalah suatu cara untuk mengajak klien agar mengeksternalisasi introyeksinya. Dalam teknik ini dua kursi
diletakkan di tengah ruangan. Terapis meminta klien untuk duduk di kursi yang satu dan memainkan peran sebagai top dog, kemudian pindah ke kursi lain dan menjadi underdog. Dialog
bisa dilangsungkan di antara kedua sisi klien. Pada dasarnya, teknik kursi kosong adalah suatu teknik permainan peran yang semua
perannya dimainkan oleh klien. Melalui teknik ini introyeksi-introyeksi bisa dimunculkan ke permukaan dan klien bisa mengalami konflik lebih penuh. Konflik bisa diselesaikan melalui
penerimaan dan integrasi kedua sisi kepribadian oleh klien. dalam Corey, Gerald, 2010;134 Metode Penelitian
Metode penelitian adalah cara yang digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data penelitiannya. Agar dapat terarah dan mencapai hasil yang optimal, maka penulis menggunakan
metodologi penelitian sebagai berikut.
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah jenis penelitian tindakan kelas, peneliti mengadakan penelitian langsung ke kelas untuk memperoleh data-data yang dibutuhkan dengan memberikan angket atau
pertanyaan kepada siswa yang dijadikan subjek penelitian. Penelitian ini menggunakan penilaian kuantitatif, yang banyak dituntut menggunakan angket mulai dari pengumpulan data, penafsiran
terhadap data tersebut, serta penampilan dari hasilnya. Hal ini dikarenakan data yang diperoleh akan di analisis lebih lanjut dalam analisis data dan akan lebih baik jika disertai tabel, grafik,
bagan, gambar atau tampilan lain.
B. Subjek Penelitian
Penelitian ini akan dilakukan pada seluruh siswa kelas X di SMK Al-Washliyah 3 Medan tahun ajaran 20142015. Subjek penelitian yang diambil oleh peneliti berjumlah 4 siswa dari
keseluruhan siswa tersebut. Subjek dalam penelitian ini sendiri diambil dengan menggunakan teknik purposive sampling. Purposive sampling maksudnya peneliti ingin mendapatkan subjek
sesuai dengan yang diharapkan dan dengan pertimbangan cermat.
C. Operasional Variabel Penelitian
Variabel dalam penelitian ini terdiri dari variabel bebas dan variabel terikat. a.
Vaniabel bebas X: Layanan Konseling Individual teknik kursi kosong b.
Variable terikat Y: Perilaku Asertifkorban bullying
5313
Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah pre-test sebelum melakukan kegiatan konseling individual dan post-test group setelah melakukan kegiatan konseling individual.
Menurut Arikunto 2006:85 desain pre-test dan post-test group mempunyai pola sebagai berikut:
O
1
X O2 Arikunto 2006:85
E. Langkah-Langkah Penelitian
Adapun langkah-langkah kegiatan yang akan dilkuukan oleh peneliti dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Menemukan subjek penelitian dengan cara:
a. Mewawancarai kepala sekolah untuk menemukan siswa-siswa Kelas X di SMK Al-
Washliyah 3 Medan tahun ajaran 20142015 yang termasuk pernah mengalami tindakan bullying, yang disebabkan oleh perilaku asertif siswa yang rendah.
b. Melakukan observasi dan pre-test
2. Mengelola hasil observasi dan pre-test,
3. Melakukan layanan konseling individual teknik kursi kosong selama tiga kali pertemuan.
4. Pemberian layanan konseling individual
5. Layanan konseling individual dilaksanakan selama 3 kali pertemuan.
6. Proses layanan konseling Individual ini dilaksanakan di ruang kelas yang kosong di SMK Al-
Washliyah 3 Medan dan di hadiri oleh 4 orang siswakorban bully yang memiliki perilaku asertif yang rendah.
7. Melaksanakan post-test
8. Menganalisis data pre-test dan post-test
F. Teknik Pengumulan Data
Untuk memperoleh data yang akurat, dalam penelitian ini penulis menggunakan angket. Jenis angket yang digunakan sendiri adalah angket tertutup dan langsung.
Adapun angket
yang digunakan adalah berdasarkan skala Likert yang terdiri dari 4 pilihan
Tabel 3.1 : Pemberian Skor Angket No
Pertanyaan Positif Pertanyaan Negatif
Skor Keterangan
Skor Keterangan
1. 4
Sangat Sering 1
Sangat Sering 2.
3 Sering
2 Sering
3. 2
Kadang-kadang 3
Kadang-kadang
5314
Ringkasan hasil perhitungan uji normalitas yang diperoleh dapat dilihat pada tabel 4.2. berikut ini :
Tabel 4.1. Ringkasan Hasil Perhitungan Uji Normalitas Angket Perilaku Asertif Siswa Korban
Bullying.
No Variabel Penelitian L
o
L
t
Keterangan 1
Pre-test -02611
0,381 Normal
2 Post-test
-02978 0,381
Normal
Tabel 4.2.Hasil angket Pre-test dan angket Post-test
Siswa Pre-test
Post-test
I 53
79 II
54 76
III 56
85 IV
53 78
Grafik Batang 4.1. Hasil
Pre-test dan Post-test
Grafik Batang 4.2 Hasil Nilai Data Pre-test dan Post-test
Pembahasan Penelitian
Hasil angket perilaku asertif siswa korban bullying pada pre-test yang dilakukan kepada 4 orang siswa sebelum dilakukan konseling individual, diperoleh kondisi perilaku asertif siswa
korban bullying berada pada rata-rata 54 dalam kategori perilaku asertif rendah. Selanjutnya diberikan perlakuan konseling individual melalui teknik kursi kosong setelah itu untuk
5315
kosong digunakan angket post-test dan nilai rata-rata yang diperoleh adalah 79,5 dalam kategori perilaku asertif siswa korban bullying sedang. Hal ini menunjukkan bahwa ada peningkatan nilai
rata-rata siswa setelah diberikan layanan konseling individual dan pada sebelum diberikan layanan konseling individual teknik kursi kosong. Hal ini ditunjukkan dan perhitungan uji
wilcoxon Z
hitung
-2,403 lebih kecil dari nilai z
tabel
0 maka z
hitung
z
tabel
= -2,403 0. Ini berarti hipotesis yang menyatakan ada pengaruh yang signifikan dari layanan konseling individual
melalui teknik kursi kosong terhadap peningkatan perilaku asertif siswa korban bullying kelas X SMK Al-Washliyah 3 Medan tahun ajaran 20142015 dapat diterima.
Berdasarkan wawancara yang peneliti lakukan kepada 2 orang siswa dari 4 orang siswa layanan konseling individual teknik kursi kosong setelah melakukan pelaksanaan layanan, “MA”
usia 17 tahun menyatakan bahwa setelah melakukan konseling individual teknik kursi kosong selama 3 kali pertemuan dengan permasalahan perilaku asertif siswa korban bullying
, “MA” akhirnya bisa menyelesaikan konflik dengan temannya dan dapat berteman kembali dengan
temannya tersebut. dan “TA” usia 17 tahun, menyatakan “TA” mengatakan bahwa dia tidak takut lagi menghadapi teman yang telah mengatai dan memfitnahnya serta dia bahkan berani untuk
memandanng mata temannya terebut.
Kesimpulan Dan Saran A. Kesimpulan