Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN
dalam kurikulum dan pengetahuan yang bersifat lintas kurikulum. Dengan aspek sebagai berikut, membaca: memahami menggunakan dan merefleksikan dalam
bentuk tulisan, matematika: mengidentifikasi dan memahami serta menggunakan dasar
–dasar matematika yang diperlukan seseorang dalam menghadapi kehidupan sehari hari, dan sains: enggunakan pengetahuan dan mengidentifikasi masalah
untuk memahami fakta – fakta dan membuat keputsan tentang alam serta
perubahan yang terjadi pada lingkungan. Dengan skor rata –rata prestasi literasi
membaca pada tahun 2000 peringkat 39 dari 41 negara yang ikut serta dengan skor 371, pada tahun 2003peringkat 39 dari 40 negara yang ikut serta dengan skor
382, pada tahun 2006 peringkat 48 dari 56 negara yang ikut serta dengan skor 393, dan pada tahun 2009 peringkat ke 57 dari 65 negara yang ikut serta dengan
skor 402. Sedangkan skor rata –rata literasi sains pada tahun 2000 peringkat 38
dari 41 negara yang ikut serta dengan skor 393, pada tahun 2003 peringkat ke 38 dari 40 negara yang ikut serta dengan skor 395, pada tahun 2006 peringkat ke 50
dari 57 negara yang ikut serta dengan skor 393, dan pada tahun 2009 peringkat ke 60 dari 65 negara yang ikut serta dengan skor 383.
5
Data yang dirangkum oleh litbang bukan hanya literasi sains saja yang rendah tetapi literasi membaca juga rendah. Hal ini dipengaruhi oleh rendahnya
minat membaca. Rendahnya minat membaca masyarakat kita sangat mempengaruhi kualitas bangsa Indonesia, sebab dengan rendahnya minat baca,
tidak bisa mengetahui dan mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan dan informasi di dunia, di mana pada akhirnya akan berdapak pada ketertinggalan
bangsa Indonesia, oleh karena itu untuk dapat mengejar kemajuan yang telah dicapai oleh negara
–negara tetangga, perlu kita kaji apa yang menjadikan mereka lebih maju.
Rendahnya minat membaca siswa menjadi salah satu faktor rendahnya pemahaman siswa terhadap sains, sehingga siswa tidak dapat menyimpulkan
pembelajaran sains dengan benar. Pada tahun 2000 penelitian PISA difokuskan
5
Kemendikbud, Survey
internasional TIMSS
dan PISA
. http:litbang.kemdikbud.go.idindex.phpsurvei-internasional-pisa
diakses pada tanggal 22 juni 2015 pukul 19.30 WIB
kepada kemampuan membaca sementara aspek matematika dan aspek sains menjadi pendamping, ini menunjukan bahwa pentingnya membaca dalam sains.
Dalam sains, membaca dapat diintegrasikan dengan menulis. Membaca dan menulis merupakan aspek penting dari pembelajaran sains, sehingga siswa dapat
memahami sains itu sendiri. Berdasarkan hasil wawancara guru sekolah SMAN 10 Tangerang Selatan
menyatakan bahwa, guru tidak secara spesifik memberikan tugas dalam bentuk membaca dan menulis, guru biasanya hanya memberikan tugas bacaan secara
tidak langsung yang melalui internet. Selain itu model pembelajaran yang digunakan biasanya dengan ceramah, tanya jawab dan penugasan.
6
Membaca merupakan faktor utama dalam memahami suatu permasalahan, sedangkan soal
literasi sains yang di ujikan oleh PISA menuntut siswa untuk membaca dan memahami permasalahan, selain itu model pembelajaran yang digunkan masih
konvensional, sehingga dibutuhkan variasi model pembelajaran. Rendahnya literasi sains memiliki hubungan dengan kemampuan siswa
memahami suatu masalah, di jelasakan sebelumnya, orang yang memiliki kemampuan literasi sains memiliki pemahaman lebih terhadap suatu masalah atau
isu –isu terkini mengenai sains. Kemampuan siswa memahami suatu masalah saat
ini masih rendah, ini ada kaitannya dengan rendahnya integrasi membaca dan menulis siswa yang belum optimal. Ini juga menyebabkan pemahaman siswa
terhadap literasi sains pun masih rendah. Salah satu faktor yang mempengaruhi rendahnya adalah pemilihan model yang diterapkan oleh guru dalam
pembelajaran. Peningkatan literasi sains seseorang dapat diintegrasikan dengan
pemahaman membaca dan menulis yang digabungkan dalam suatu pembelajaran yang aktif sehingga siswa dapat memahami literasi sains. Tidak semua
pembelajaran yang aktif berkaitan dengan literasi sains, salah satu model yang mendukung berjalannya literasi sains adalah
Problem Based Learning
PBL.
6
Lampiran 19
Pembelajaran berbasis masalah PBL dapat membuat siswa belajar melalui upaya penyelesaian permasalahan dunia nyata
real world problem
secara terstruktur untuk menkonstruksi pengetahuan siswa.
7
Model ini dapat diterapkan oleh guru sebagai salah satu alternative model pembelajaran yang dapat meningkatkan
literasi sains siswa. Banyaknya pembelajaran sains yang membutuhkan kemampuan pemecahan masalah membuat problem based learning menjadi
pilihan tepat dalam pemilihan metode pembelajaran. Biologi merupakan cabang ilmu sains yang mempelajari berbagai
permasalahan makhluk hidup, dan untuk mempelajari melalui proses dan sikap ilmiah.
8
Banyak materi yang ada dalam pelajaran biologi yang berkaitan dengan lingkungan. Seperti halnya keanekaragaman hayati dimana materi ini berkaitan
erat dengan sumber daya alam yang dimiliki Indonesia. Seperti yang diketahui masih banyak permasalahan yang ada dalam materi tersebut, hal ini membutuhkan
pemahaman tentang ilmu dan bagaimana cara memecahkan masalah yang ada. Maka pembelajaran berbasis masalah dapat diterapkan dalam konsep ini.
Berdasarkan latar belakang masalah diatas peneliti tertarik untuk melakukan penelitian mengenai Pengaruh Pemberian
Integrated Reading and Writing Task
Berbasis
Problem Based Learning
Terhadap Literasi Sains Siswa pada Konsep Keanekaragaman Hayati.