Definisi Literasi Sains Dimensi Literasi Sains

pengetahuan pendidikan sains memberikan kesempatan kepada pelajar memperoleh pemahaman dan prinsip sains secara terpadu dan dapat menghubungkan pemahaman sanitifik tersebut dengan fenomena alam yang terjadi dan pengalaman sehari –hari. 29 Pada PISA 2015 definisi literasi sains dapat dicirikan sebagai terdiri dari empat aspek yang saling terkait, sebagai berikut: 30 Tabel 2.3 Dimensi Literasi Sains Dimensi Literasi Sains Penjelasan Konteks Kepribadian, local, isu nasional dan global, baik saat ini maupun sejarah, yang menuntut beberapa pemahaman ilmu pengetahuan dan teknologi. Pengetahuan Pemahaman utama tentang fakta- fakta, konsep dan penjelasan teori yang membentuk dasar pengetahuan ilmiah. Pengetahuan tersebut meliputi pengetahuan tentang alam dan artefak teknologi content knowledge , pengetahuan tentang bagaimana ide-ide tersebut diproduksi procedural knowledge dan pemahaman tentang alasan yang mendasari untuk prosedur ini dan pembenaran untuk mereka 29 Mohd Ali Ibrahim dan Nor Hafiz Mohd Aspar, Tahap Literasi Sains Di Kalangan Pelajar Tingkatan Empat Sekolah Aliran Agama Di Daerah Hilir Perak, dalam Journal of Scicence and Mathematics Educational Vol. 2, Juni 2011 h. 102-112 30 OECD, Pisa 2015 Draft Science Framework , 2013, dari http:www.oecd.orgpisapisaproductsDraft20PISA20201520Science20Framework20.p df diunduh pada tanggal 26 Desember 2014, pukul 15.00 WIB Dimensi Literasi Sains Penjelasan gunakan epistemic knowledge . Kompetensi Kemampuan untuk menjelaskan fenomena ilmiah, mengevaluasi dan merancang penelitian ilmiah, dan menafsirkan data dan bukti ilmiah Sikap Sikap terhadap ilmu pengetahuan ditandai dengan minat dalam ilmu pengetahuan dan teknologi; menghargai pendekatan ilmiah untuk penyelidikan, bila sesuai, dan persepsi dan kesadaran akan masalah lingkungan. Menurut Soobard dan Rannikmae kemampuan literasi sains dapat dikategorikan berdasarkan jawaban anak menjadi 4. Berikut ini merupakan kategori literasi sains menurut Sooboard dan Rannikmae: 31 Tabel 2.4 Kategori Literasi Sains Tingkat Deskripsi Nominal Siswa setuju dengan apa yang dinyatakan orang lain tanpa adanya ide-ide sendiri. Siswa menggunakanmemanfaatkan dan menuliskan istilah ilmah, namun tidak mampu untuk membenarkan istilah atau mengalami miskonsepsi. Fungsional Siswa mampu mengingat informasi dari buku teks misalnya menuliskan fakta-fakta dasar, tetapi tidak mampu membenarkan pendapat 31 Regiana Soobard dan Miia Rannikmae, Assesing student’s level of scientific literacy using interdisciplinary scenarios, dalam Journal Science Education International vol. 22 2011, h. 138 Tingkat Deskripsi sendiri berdasarkan pada teks atau grafik yang diberikan. Siswa bahkan mengetahui konsep antar disiplin, tetapi tidak mampu menggambarkan hubungan antara konsep- konsep tersebut. KonseptualProsedural Siswa memanfaatkan konsep antar disiplin ilmu dan menunjukan pemahaman dan saling keterkaitan. Siswa memiliki pemahaman tentang masalah, membenarkan jawaban dengan benar infomasi dari teks, grafik atau tabel. Siswa mampu menganalisis alternative solusi. Multidimendional Siswa memanfaatkan berbegai konsep dan menunhujan kemampuan untuk menghubungkan konsep-konsep tersebut dengan kehidupan sehari-hari. Siswa mengerti bagaimana ilmu pengetahuan, masyarakat dan teknologi yang saling terkait dan mempengaruhi satu sama lain. Siswa juga menunjukan pemahaman tentang sifat ilmu penegtahuan melalui jawabannya. Ada empat aspek pada literasi sains yang dapat dilihat dan di ukur menggunakan asesmen yang telah ditentukan oleh PISA, empat aspek tersebut ialah konteks, pengetahuan, kompetensi dan sikap. Empat aspek ini lah yang dapat mengukur siswa memiliki tingkat literasi sains yang baik atau tidak, empat aspek ini sangat berkaitan erat dengan literasi sains. Selain itu kategori literasi sains bisa juga dilihat melalui jawaban siswa, ketegori tersebut dibagi menjadi 4 yaitu nominal, fungsional. konseptualprosedural dan multidimensional.

5. Konsep Keanekaragaman Hayati

a. Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Konsep Keanekaragaman

Hayati Biologi sebagai salah satu bidang yang tercakup dalam lingkup IPA memberikan kesempatan siswa untuk mengenal dan memahami fenomena yang terjadi di alam sekitar. Dalam kaitannya dengan bidang IPA-Biologi memiliki kompetensi inti dan kompetensi dasar yang berlaku secara nasional sebagai standarisasi untuk dijadikan acuan. Konsep keanekaragaman hayati yang dipelajari di tingkat SMAMA memiliki standar kompetensi SK dan kompetensi dasar KD sebagai berikut: 1 Standar Kompetensi SK 3. Memahami manfaat keanekaragaman hayati 2 Kompetensi Dasar KD 3.1 Mendeskripsikan konsep keanekaragaman gen, jenis, ekosistem melalui kegiatan pengamatan. 3.2 Mengkomunikasikan keanekaragaman hayati Indonesia, dan usaha pelestarian serta pemanfaatan sumber daya alam.

b. Kajian Materi Konsep Keanekaragaman Hayati

Konsep keanekaragaman hayati ini terbagi atas beberapa sub konsep, yaitu: 1 Berbagai Tingkat Keanekaragaman Hayati, 2 Keanekaragaman hayati di Indonesia, 3 Manfaat dan nilai keanekaragaman hayati, 4 Pengaruh kegiatan manusia terhadap keanekaragaman hayati, 5 Usaha perlindungan alam dan 6 Klasifikasi keanekaragaman hayati. Dari sub konsep ini akan diberikan materi ajar yang relevan dan berkaitan dengan kondisi yang sedang berkembag sehingga siswa dapat memahami perkembangan yang terjadi. 32 32 Indun Kistinnah dan Endang Sri Lestari, Biologi Makhluk Hidup dan Lingkungannya SMAMA, Jakarta: Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional: 2009, h. 291

B. Hasil Penelitian yang Relevan

Hasil penelitian yang bisa dijadikan acuan atau pembanding dalam keberhasilan pemberian Integrated Reading and Writing Task berbasis Problem Based Learning terhadap Literasi Sains Siswa antara lain: Pandu Grandi Wangsa P, Selly F dan Dedi S dalam penelitiannya tentang Pengaruh Pemberian Integrated Reading and Writing Task Dalam Pembelajaran Berbasis Masalah Dengan Tema Mesin Uap Tehadap Peningkatan Literasi Fisika Siswa SMP. 33 Dalam penelitian Pandu Grandi Wangsa P, dapat disimpulkan pemberian IRWT ternyata dapat mempengaruhi peningkatan literasi fisika siswa SMP.Terdapat peningkatan pada 4 aspek literasi sains yaitu peningkatan pada aspek competencies, context, knowledge dan attitude.Siswa yang di berikan IRWT memiliki peningkatan kemampuan yang lebih besar. Ermawati D, Selli F, dan Saeful dalam Penelitiannya tentang Penerapan Pemberian Tugas Awal “Integrated Reading And Writing” daam Pembelajaran Berbasis Masalah Untuk Meningkatkan Literasi Fisika SMP. 34 Dalam penelitian Ermawati D, Selli F, dan Saeful K, dapat disimpulkan bahwa pengetahuan awal sebelum pembelajaran dapat menentukan hasil pembelajaran yang dilakukan oleh siswa. Salah satu usaha untuk meningkatkan kemampuan literasi fisika adalah memberikan tugas awal integrated reading and writing pemberian bahan bacaan IPA yang disertai dengan didalamnya tercakup strategi membaca dan menulis yang diberikan sebelum pelajaran sebagai pengetahuan awal, serta dengan menerapkan pembelajaran berbasis masalah. Dari penelitian ini menunjukan peningkatan literasi fisika setelah diberikan integrated reading and writing dalam pembelajaran berbasis masalah. 33 Pandu Grandi Wangsa. P, Selly F, dan Dedi S. 2013, Pengaruh Intergrated Reading and Writing Task Dalam Pembelajaran Berbasis Masalah Dengan Tema Mesin Uap Terhadap Peningkatan Literasi Sains Siswa SMP, dalam Prosiding Simposium Nasional Inovasi dan Pembelajaran Sains 2013 , Bandung, 3-4 Juli 2013, h. 188 34 Ermawati Dewi, Selli. F, dan Saeful. K. 2013, Penerapan Pemberian Tugas Awal Integrated Reading and Writing dalam Pembelajaran Berbasis Masalah Untuk Meningkatkan Literasi Fisika SMP, dalam Prosiding Simposium Nasional Inovasi dan Pembelajaran Sains 2013, Bandung, 3-4 Juli 2013, h. 83 Esti Maras. I, Saeful K, dan Selly F dalam penelitiannya tentang Penerapan Strategi Membaca dan Menulis pada Tugas Awal dalam Pembelajaran IPA Bertema Ultrasound untuk Meningkatkan Literasi Fisika SMP. 35 Dalam penelitian Esti Maras I, Saeful K, dan Selly F, dapat disimpulkan bahwa strategi membaca dan menulis pada pemberian tugas awal dalam penelitian ini, yaitu pemberian tugas awal yang terdiri dari bahan bacaan yang meliputi strategi membaca dan menulis dengan menggunakan metode SQRW Survey, Question, Reading and Writing dan model pembelajaran yang dapat meningkatkan kemampuan scientific inquiry dan pemahaman konsep, yang difokuskan pada materi pembelajaran fisika. Penerapan strategi membaca dan menulis pada tugas awal dapat meningkatkan literasi fisika siswa. Eko Hariadi dalam penelitiannya tentang Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Literasi Sains Siswa Indonesia Berusia 15 Tahun. 36 Dalam penelitian Eko Hariadi, dapat disimpulkan bahwa tinggi rendahnya sikap sains dan latar belakang pendidikan orang tua.Tinggi rendahnya sikap siswa terhadap sains dipengaruhi secara positif oleh pekerjaan yang diinginkan siswa, kegiatan belajar mengajar di kelas, waktu yang di gunakan untuk belajar sains, kepercayaan diri dan motivasi belajar sains.Semakin besar kepercayaan diri dan motivasi belajar sains, semakin besar literasi yang dicapai oleh siswa. Sandra A, Wiwi I, dan Andreas Priyono B. P. dalam penelitiannya tentang Pengaruh Pendekatan Problem Based Learning Dalam Materi Pencemaran Lingkungan Terhadap Kemampuan Analisis. 37 Dalam penelitian Sandra A, Wiwi I, dan Andreas Priyono B. P. dapat disimpulkan bahwa pendekatan Problem Based Learning PBL memiliki pengaruh positif terhadap kemampuan analisis 35 Esti Maras I, Saeful K, dan Selly F. 2013, Penerapan Strategi Membaca dan Menulis pada Tugas Awal salam Pembelajaran IPA Bertema Ultrasound untuk Meningkatkan Literasi Fisika SMP, dalam Prosiding Simposium Nasional Inovasi dan Pembelajaran Sains 2013, Bandung, 3-4 Juli 2013, h. 88-91 36 Eko Hariadi, Faktor-faktor yang Mempengaruhi Literasi Sains Siswa Indonesia Berusia 15 Tahun, dalam Jurnal Pendidikan Dasar vol. 10 no. 1, 2009, h. 42 37 Sandra Atikasari, Wiwi Isnaeni, dan Andreas Priyono B. P., Pengaruh Pendekatan Problem Based Learning Dalam Materi Pencemaran Lingkungan Terhadap Kemampuan Analisis, dalam Jurnal Biology Education Unnes Vol. 1 no. 3, 2012, h. 17

Dokumen yang terkait

Perbedaan keterampilan generik sains siswa yang diajar dengan menggunakan model Problem Based Learning (PBL) dan Project Based Learning (PJBL) pada konsep bakteri

13 145 275

PENGARUH SKILL ARGUMENTASI MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING (PBL) TERHADAP LITERASI SAINS SISWA SMP

3 24 50

Pengaruh Pembelajaran Berbasis Problem Based Learning (PBL) Terhadap Keterampilan Memecahkan Masalah Pada Konsep Keanekaragaman Hayati

1 13 250

MENINGKATKAN KOMUNIKASI MATEMATIKA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN PBL (PROBLEM BASED LEARNING) BERBASIS CIRC Meningkatkan Komunikasi Matematika Melalui Model Pembelajaran Pbl (Problem Based Learning) Berbasis Circ (Cooperative Integrated Reading And Compos

0 2 17

PENGARUH METODE PEMBELAJARAN FIELD TRIP TERHADAP KETERAMPILAN PROSES SAINS DAN PENGUASAAN KONSEP SISWA PADA MATERI KEANEKARAGAMAN HAYATI KELAS X.

1 12 41

PENGARUH PEMBERIAN INTEGRATED READING AND WRITING TASK DALAM PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH DENGAN TEMA MESIN UAP TERHADAP PENINGKATAN LITERASI FISIKA SISWA SMP.

2 4 44

EMBELAJARAN BERBASIS MASALAH (PROBLEM BASED LEARNING) UNTUK MENINGKATKAN PENGUASAAN KONSEP SAINS DAN SIKAP ILMIAH SISWA SD.

11 39 51

Developing teaching strategies based on reflective pedagogy for integrated reading and writing.

0 0 223

Pengembangan Bahan Ajar Keanekaragaman Hayati berbasis Problem Based Learning untuk Membangun Kesadaran Lingkungan Hidup Siswa di SMA Negeri 1 Menyuke.

0 2 20

PENGARUH SKILL ARGUMENTASI MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING (PBL) TERHADAP LITERASI SAINS SISWA Arina Khusnayain

0 0 8