dalamnya, mulai dari ujung kepala sampai kaki bahkan mobil dan aksesoris lainnya tak jarang menjadi perbincangan di sela-sela acara pengajian. Meski tak
ada sanksi sosial dari anggota yang lain jika tidak menggunakan busana muslim yang trendi atau mahal, namun SA merasa sadar diri bahwa ia berada di kelompok
dominan atas sehingga harus menyesuaikan. Menggunakan busana muslim yang trendi dan mahal juga menurutnya dapat meningkatkan percaya diri, gengsi dan
tentunya memiliki kualitas yang lebih baik. SA tak menampik gaya hidupnya tersebut memicu kesenjangan sosial dengan lingkungannya. Terkadang ia pun
memikirkan bahwa tak seharusnya agama digabungkan dengan duniawi, namun ia juga tak kuasa menampik bahwa ada prestise tersendiri ketika mengikuti acara
pengajian tersebut. Iapun mengaku selalu menyisihkan penghasilannya untuk masyarakat terutama disekitar tempat tinggalnya yang tidak mampu. Beberapa
pakaian yang sudah tak ia kenakan pun tak jarang diberikan kepada sanak famili yang kurang mampu ataupun tetangga disekitarnya.
Mengenai kemungkinan korupsi kaitannya dengan gaya hidup mewah dikalangan masyarakat urban sekarang ini, SA turut prihatin. Ia hanya berpesan
agar jangan terlalu membanggakan apa yang dimiliki dan jangan terlalu melihat ke atas karena hal tersebut menurutnya dapat memicu tindakan korupsi
4.2.1.1.8. Informan MW Calon dosen yang perduli pada penampilan
MW adalah seorang wanita yang tinggal di daerah Medan Johor, Ia lahir pada tanggal 22 Juni 1970. Wanita yang hingga kini masih betah melajang ini,
mengaku sangat mencintai pekerjaannya. Menurutnya pekerjaan yang kini
Universitas Sumatera Utara
digelutinya adalah passion-nya, sehingga ia tidak merasa terbebani dengan pekerjaannya. MW saat ini bekerja di salah satu Event Organizer yang menangani
acara-acara para pejabat di sekitaran Kota Medan, selain itu MW termasuk salah satu artis papan atas di Kota Medan. Ia banyak menjuarai berbagai perlombaan
yang menyangkut dengan talentanya di bidang seni, seperti : menjuarai lomba menyanyi, menjuarai lomba konduktor terbaik, dan penari jaipong. Berbagai
prestasi yang ia raih tersebutlah yang akhirnya mengantarkannya ke dunia entertainment yang sangat ia inginkan.
Diakuinya tak mudah mencapai posisinya seperti sekarang ini, ia pun berkisah di masa kecilnya ia harus sembunyi-sembunyi untuk menyanyi di acara-
acara pesta tetangga. Ia mengaku tak kuasa jika mendengar suara musik hingga nekat “melarikah diri” dari rumah dengan keluar melalui jendela kamarnya. Sekali
dua kali aksinya berjalan mulus. Seperti kata pepatah “ sepandai-pandainya tupai melompat pasti akan jatuh juga”, akhirnya orang tuanya mengetahui dan marah
besar. Tapi, justru setelah itu orang tuanya pun sadar jika talenta yang dimiliki MW begitu besar dan setelah itu MW pun justru difasilitasi oleh orang tuanya
dengan kendaraan sendiri dan mempercayakan abang tertuanya untuk menjaga MW jika sedang bernyanyi dari panggung ke panggung.
Meski memiliki kegiatan di dunia entertain yang sangat menyita waktunya, MW tak lantas melupakan pendidikannya. Meski memang jalan yang dilalui,
diakuinya sangat berat. Di usianya yang menginjak usia 42 tahun ia baru bisa menamatkan gelar S1 nya di bidang menejemen di salah satu universitas swasta di
Kota Medan. Lamanya ia menyelesaikan studi S1 nya diakui MW bukan karena ia tak mampu, namun lebih kepada waktunya yang habis tersita untuk bekerja
Universitas Sumatera Utara
selama ini. MW pun seolah ingin menunjukkan bahwa ia mampu dengan langsung meneruskan pendidikannya ke tingkat yang lebih tinggi yaitu S2 di almamater
yang sama dan hanya diselesaikan dalam waktu 18 Bulan saja. Ia lagi-lagi memilih ekonomi menejemen karena salah satu cita-citanya adalah menjadi
dosen, sehingga ilmu yang dipelajari juga harus linier. MW adalah wanita yang supel dan mudah beradaptasi dengan
lingkungannya. Hal ini dibuktikan dengan caranya berkomunikasi dengan klien atau teman-temannya. Meski terlahir dari Suku Batak Simalungun Saragih
Tunggal tapi dalam berinteraksi dengan klien-klien ia selalu mempelajari karakter lawan bicaranya. Saat berinteraksi dengan orang Jawa misalnya, maka ia
pun akan berkomunikasi dengan bahasa jawa apalagi jika yang dihadapi adalah klien yang merupakan pejabat-pejabat tinggi. Anak bungsu dari 7 bersaudara ini
mengaku sudah mandiri sejak kecil. Sejak SMP sampai S2 ia terbiasa membiayai sekolahnya sendiri. bukannya terbebani, MW justru merasa bangga karena dapat
meringankan beban orang tuanya. MW sendiri adalah salah satu pelanggan yang cukup sering berbelanja di butik Labiba. Dalam sebulan bisa 1 sampai 2 kali ia
berkunjung, terutama disaat mood nya kurang baik. Satu kebiasaan yang dibenci namun tak bisa dilepaskannya yaitu hobi belanjanya jika sedang marah atau
suntuk. Ia merasa harus ada uang yang ia keluarkan agar emosinya tersalurkan. Bahkan ia terkadang merasa tidak sadar jika telah memborong barang-barang
yang dibelinya, ia merasa dengan berbelanja ia bisa senang dan terbebas dari kegalauan yang membelenggunya. Barang belanjaan yang ia beli pun tak jauh-
jauh dari urusan fashion terutama hobinya membeli baju muslim baik yang digunakan untuk pesta maupun harian.
Universitas Sumatera Utara
Ketika ditanya tentang referensi busananya, ia mengaku tidak terlalu mau mengikuti orang. MW mengaku ia ingin menjadi trend setter bukan follower.
Seperti dalam mengikuti pengajian misalnya ia merasa orang lain memperhatikan gaya berpakaiannya dan mengikuti gayanya. Hal ini membuat MW merasa harus
selalu meng up date cara berbusananya dengan model baru kreasinya sendiri, kalau pun melihat artis atau majalah ia cenderung memodifikasinya lagi sebelum
ia gunakan bukan meniru bulat-bulat. Menurut MW nilai materialistis di zaman sekarang ini memang sangat
penting. Tak dipungkirinya pertama kali yang dilihat orang adalah apa-apa yang nampak dari luar, termasuk pakaian yang digunakannya. Ia merasa dengan
menggunakan busana yang bermerek branded pasti akan turut mengangkat rasa percaya dirinya serta memberikan prestise tersendiri untuknya. Tapi menurutnya,
kita juga harus pandai-pandai menempatkan diri. Busana yang bermerek branded itu hanya ia gunakan saat berkumpul dengan kelompok dominan saja.
karena percuma jika ia menggunakan busana yang mahal di kalangan menengah ke bawah maka orang juga tidak akan tahu bahwa itu barang bermerek branded.
MW mengaku senang menggunakan busana muslim yang bermerek branded karena dari segi produk dan kualitas bahannya pasti jauh lebih baik dari yang
tidak bermerek branded. Ia pun tak menutup kemungkinan menggunakan barang yang tidak bermerek branded di acara-acara yang tidak resmi namun
memodifnya sehingga tetap terlihat mewah. Menurutnya busana muslim masa kini sangat jauh berbeda dengan busana
muslim jaman dahulu yang terkesan kuno. Bagi MW busana muslim yang trendi turut mengangkat derajat wanita muslimah itu sendiri, memberikan daya jual yang
Universitas Sumatera Utara
tinggi terhadap wanita yang menggunakan busana muslim yang trendi, busana muslim yang trendi menurutnya juga menunjukkan bahwa Islam itu sebenarnya
kaya akan aset, dan yang terakhir menurutnya, busana muslim yang trendi juga dapat menunjukkan status sosial seseorang di kelompok dominan, karena tak
dipungkirinya bahwa menggunakan busana muslim yang trendi juga memerlukan modal yang tidak sedikit.
Menjadi suatu kaharusan baginya untuk mengikuti tren masa kini, mengikuti dalam hal ini adalah sebagai pengetahuan yang nantinya tren itu akan ia
modifikasi lagi sehingga ia tetap bisa menjadi trend setter seperti keinginannya selama ini. Baginya busana muslim yang trendi itu turut mengangkat rasa
kepercayaan dirinya dalam berinteraksi dengan lingkungannya. Busana muslim yang trendi juga turut mempengaruhi inner beauty seseorang. Ia pun
menganalogikan bila dengan busana biasa ia hanya bisa melangkah dikisaran 6 maka dengan menggunakan busana muslim yang trendi MW mengaku bisa maju
10 langkah ke depan. Tak dipungkirinya bahwa ada rasa kepuasan dan kebahagiaan jika menggunakan busana muslim yang trendi. Ia merasa senang
karena dapat menyalurkan keinginan serta hobinya untuk tampil cantik. Terlebih jika apa yang ia kenakan diapresiasi oleh orang lain sebagai contoh, MW bertemu
dengan teman-temannya di suatu acara kemudian temannya memuji gaya busana dan kreasi jilbab yang ia kenakan maka rasa bangga dan puas tak bisa ditutupinya.
Menurut MW busana muslim yang trendi dan modis juga dapat mengobati penyakit stroke karena jika hati senang pikiran tenang maka segala penyakit akan
hilang. Itu juga yang membuatnya semakin yakin untuk selalu menggunakan
Universitas Sumatera Utara
busana muslim yang trendi di setiap kesempatan karena ia tidak tahu kapan ia akan bertemu dengan orang lain.
Demi menunjang penampilannya baik dalam keseharian, acara pesta, atau keperluan show-nya sendiri, MW mengaku mempunyai budget khusus untuk
urusan ini. Untuk busana pesta dan keperluan show-nya sekaligus digunakan untuk acara-acara formal, MW menargetkan harus mempunyai minimal 4 baju
untuk persediaan 4-6 bulan kedepan dengan budget minimal Rp 2.000.000 dan maksimal Rp 5.000.000 untuk pemakaian kurang lebih 2 sampai 3 kalitahun
tergantung keinginan. Sedangkan untuk busana muslim hariannya ia mempunyai budget Rp 2.500.000 sampai Rp 3.000.000 perbulan. Budget tersebut bisa saja
membengkak bila mood-nya sedang buruk. Untuk mengatasinya MW pun selalu memiliki dana tak terduga karena ia menyadari tak bisa melepaskan kebiasaan
buruknya yang “suka kalap” dalam berbelanja jika mood nya sedang tidak baik.
Sadar akan pengeluaran yang cukup besar untuk urusan busana, MW pun selalu mencuci busana-busananya dengan jasa loundry. Tak sembarang loundry,
ia pun mempercayakan busana-busananya terutama yang berbahan payet-payet, swarovsky, dan busana-busana yang rentan gesekan dan mahal kepada loundry
langganannya di Jalan Sudirman. Ia mengaku tak masalah harus mengeluarkan uang lebih lagi untuk merawat busana-busananya, hal itu dilakukan agar busana-
busananya tetap rapi dan lebih tahan lama. Menurut MW, terkadang ia juga sesekali mencuci bajunya di rumah namun itu bisa dihitung dengan jari. Hal itu
dilakukan jika waktunya sudah mepet dan ia tidak sempat ke loundry langganannya. Selain dari segi pencucian, MW pun selalu memberi kapur barus di
lemarinya serta mengangin-anginkan busana dikeluarkan dari lemari setiap
Universitas Sumatera Utara
sebulan sekali. Tips selanjutnya adalah melipat busana yang terbuat dari bahan renda agar busana tetap rapi dan terawat.
MW mengaku bahwa ia bisa dikatakan sangat jarang membeli busana muslim dengan cara mencicil. Menurutnya ada rasa gengsi dan malu jika ia
berhutang dengan orang lain. Tapi jika ia melihat mutu barangnya bagus dan ditawari untuk mencicil maka ia tak akan berfikir dua kali untuk mencicilnya.
Karena menurutnya dengan mencicil terkadang bisa meringankan. Jika tidak mencicil ia membeli 1 busana, maka dengan mencicil ia bisa membeli 3 sampai 4
busana. MW pun menambahi, jika ia sudah menyukai suatu busana walaupun mahal dan harus membeli dengan cara cash, maka apapun akan dilakukannya
demi mendapatkan busana tersebut. MW mengakui mengikuti komunitas pengajian ANJR di sekitaran
kompleknya. Pengajian tersebut rutin dilakukan sebulan sekali. Menurutnya dengan pengajian tersebut ia merasa bisa mendapatkan ilmu agama, berkumpul
dengan teman-teman dan bertukar pengetahuan. Diakui MW meski berwujud komunitas keagamaan, komunitasnya tak lepas dari persaingan walau ia merasa
komunitasnya bukanlah komunitas yang eksklusif. Persaingan ini berlaku dengan komunitas lain maupun intern komunitasnya. Biasanya komunitas ini lebih
mengarah pada fashion seperti, model busananya, sepatu, perhiasan, aksesoris sampai tas yang digunakan antar anggota kelompok. Ia pun mengatakan bahwa
fenomena pengajian yang menggunakana dresscode itu sah-sah saja, karena memang sudah kodratnya perempuan ingin tampil cantik dan mungkin dengan
dresscode itu bisa lebih mempererat kekompakan antar anggota kelompok.
Universitas Sumatera Utara
MW pun mengatakan bahwa ia mempunyai komunitas lain, selain komunitas agama. Komunitas di pekerjaan yang menurutnya termasuk eksklusif,
baik itu sebagai EO ataupun dunia keartisan. Di sini ia bisa berinteraksi hampir setiap hari. Diakuinya komunitas inilah yang lebih membentuk jati dirinya sebagai
seorang wanita. Ia ingin ditempatkan sejajar dengan anggota kelompok yang lain. Persaingan pasti ada, namun lagi-lagi MW merasa ialah yang menjadi trend setter
dalam urusan modifikasi busana yang modis. Ia pun tak menampik jika komunitasnya turut mempengaruhi pengeluarannya dalam gaya berbusana
khususnya. Karena ia tidak ingin menggunakan model yang sudah diikuti orang lain, meski terkadang ia memaksimalkan apa yang ia punya namun terkadang ia
tergoda juga untuk membeli barang-barang baru busana dan aksesori untuk menunjang penampilannya.
Menurutnya BBM juga turut berpengaruh pada keinginannya menggunakan busana muslim yang trendi karena dengan berdandan yang cantik, menggunakan
busana muslim yang cantik, dan mewah akan memberikan rasa kesenangan tersendiri baginya. Karena dengan adanya kecanggihan seperti BBM tersebut MW
merasa dapat berbagi dengan teman-temannya. Menurutnya BBM adalah sarana yang komplit untuk menyalurkan hobi “tampil”nya.
Bagi MW menggunakan busana muslim yang trendi dan mahal itu memberikan rasa kepuasan tersendiri baginya. Karena secara tidak langsung jika
ia menggunakan busana muslim yang mahal di tempat yang tepat, maka orang akan tahu kelas sosial nya berada di kelompok dominan. Ketika ditanya masalah
kesenjangan sosial yang sangat berjarak dimana kelompok dominan dengan mudah membeli sebuah busana dengan harga berjuta-juta, MW berdalih dengan
Universitas Sumatera Utara
penghasilan dikisaran Rp 20.000.000 ke atas per bulan ia hanya menikmati kerja kerasnya selama ini, untuk hal itu ia juga telah menyisihkan sebagian hartanya
untuk diberikan kepada yang kurang mampu. Ia pun mengatakan tak setuju seratus persen dengan anggapan bahwa gaya hidup yang mewah berkontribusi
terhadap motivasi korupsi seseoraang. Baginya peluang suami korupsi karena tuntutan gaya hidup mewah seorang istri misalnya, tidak bisa digeneralisir.
Menurut MW, ia tak berhak memvonis orang. Biarlah itu menjadi urusan mereka pribadi. Setiap orang punya keyakinan masing-masing. Tinggal pilih mau yang
baik atau yang buruk. Pastinya ia yakin betul sesuatu yang dipaksakan apalagi yang berlebih-lebihan itu tidak akan kekal.
4.2.1.2. Informan Pendukung