Informan CC Seorang dokter yang perduli terhadap

kecemburuan sosial. Ia pun berusaha menjaga agar hal itu tidak terjadi. Untuk meminimalisir kesenjangan sosial antara ia dan lingkungannya selain cara diatas, EDL juga memberikan busana muslim yang sudah tidak ia kenakan kepada orang- orang terdekatnya, terutama saudara-saudaranya. Di akhir wawancara, peneliti menyinggung kemungkinan korupsi yang dikarenakan gaya hidup yang terlalu mewah EDL mengaku itu bisa saja terjadi. Terutama kepada para wanita yang terlanjur masuk ke dalam komunitas yang eksklusif namun tidak siap secara mental. Itu semua ia kembalikan kepada pribadi masing-masing karena ia mengaku tidak berhak menghakimi seseorang.

4.2.1.1.2. Informan CC Seorang dokter yang perduli terhadap

penampilan Pagi itu peneliti telah membuat janji mewawancarai seorang dokter paruh baya yang tetap modis dalam berbusana muslim. Jam 10 WIB, peneliti tiba di rumah informan. Terletak di gang sempit rumah di ujung jalan ini tampak kontras dengan rumah-rumah disekitarnya. Rumah berdinding tinggi dan bercat ungu ini terlihat megah. Ketika peneliti hendak masuk, tampak sopir keluarga ini sedang memindahkan tumpukan baju laundry ke dalam rumah. Peneliti pun meminta sopir tersebut untuk mengatakan kepada sang dokter bahwa peneliti sudah sampai. Ketika hendak masuk ke dalam rumah peneliti melihat jajaran mobil keluaran terbaru terparkir rapi, mulai jaguar, mercedes, hingga inova. Terhitung ada 5 mobil yang berjejer rapi di dalam rumah dan satu di luar rumah. Peneliti pun diperlisahkan duduk di ruang tamu, tak lama berselang yang ditunggu-tunggu pun datang. Universitas Sumatera Utara Wanita yang genap berusia 54 tahun pada 23 Januari 2014 ini beralamat di daerah Medan Baru. Dokter spesialis kulit dan kelamin ini sehari-hari berkerja sebagai KUPF RSUD Dr. Dzoelham Binjai. Suaminya yang juga merupakan dokter spesialis obgiin adalah kepala Feto Material RSAM Medan. CC biasa ia dipanggil adalah ibu 3 orang anak. Ia merasa beruntung karena seluruh keluarganya adalah dokter. Sang suami adalah seorang lulusan spesalis obgign setara S3, ia sendiri dokter spesialis kulit dan kelamin setara S2, anak tertuanya setahun lagi akan menamatkan spesialis dibidang yang sama dengan sang ayah, anak keduanya akan menempuh pendidikan spesialis kulit dan kelamin, dan putra bungsunya saat ini sedang mengenyam pendidikan kedokteran di salah satu universitas negeri di Kota Medan. Ia merasa ketiga anaknya tidak akan bisa bekerja dengan orang lain, ia menilai anak-anaknya tidak cukup tangguh bersaing melamar pekerjaan ke sana kemari. Oleh sebab itu dari kecil ia telah mengarahkan ketiga anaknya untuk menjadi dokter. Impiannya hampir gagal ketika si bungsu ingin meneruskan pendidikan di salah satu universitas teknologi terkemuka di Bogor. Ia pun selalu berdoa agar anaknya tidak lulus di universitas tersebut dan lulus di fakultas kedokteran seperti kedua kakaknya, dan ternyata doanya terkabul. Meski awalnya sang anak merasa kecewa namun kini, si bungsu diakui CC sudah mulai enjoy mengenyam pendidikan dibidang kedokteran. CC yang merupakan wanita beretnis Jawa-Melayu ini adalah anak ke 4 dari 6 bersaudara. Dengan pengahasilan kurang lebih Rp 70.000.000bulan, CC merasa hidupnya sudah berkecukupan. Baginya sekarang adalah masa menikmati hasil kerja kerasnya selama ini. Berbelanja adalah salah satu cara CC untuk menikmati hidup. Dilihat dari segi frekuensi berbelanja CC tergolong tidak terlalu sering, Universitas Sumatera Utara terkadang 2-3 bulan sekali dikarenakan jarak rumah CC yang terbilang cukup jauh dari butik Labiba. Dalam sekali berbelanja CC bisa menghabiskan Rp 7.000.000 – Rp 10.000.000. CC tak memungkiri sekarang ini segala hal memang dilihat dari segi materialistis, meski ia tidak setuju sepenuhnya akan hal itu. Sebagai contoh dalam berbusana, untuk mendapatkan satu set busana muslim yang berkualitas tentunya menghabiskan dana yang tidak sedikit. Apalagi modelnya silih berganti begitu cepat. CC mengakui dirinya adalah orang yang konsumtif, sangking konsumtifnya ia sampai malu jika ketahuan sang suami jika memborong belanjaan khususnya busana muslim. Ia pun mensiasatinya dengan menyembunyikan barang belanjaannya di mobil sampai sang suami berangkat bekerja. Selain pada suami, CC juka terkadang merasa bersalah dan berdosa kepada orang-orang yang kurang mampu. Terkadang terlintas dipikirannya, ia merasa bersalah jika melihat orang dengan busana yang dikenakan yang menurutnya jelek tapi bagi orang lain itulah baju terbaiknya. Rasa kasian pun menggelayuti hati CC, namun ia cepat-cepat mengalihkannya. Ia berpendapat, tidak ada salahnya jika ia menikmati hidup apalagi jika melihat kehidupannya dulu yang sederhana. Meski terlahir dikeluarga yang berkecukupan, CC di awal pernikahannya sempat mengalami masa-masa sulit. Ia memilih untuk hidup sendiri dan tidak bergantung pada orang tuanya, terlebih sang suami merasa kurang nyaman jika tinggal di rumah mertua. Ia pun memutuskan tinggal di salah satu perumahan di wilayah Johor pada tahun 1993 sampai 1999. Pada saat itu untuk membeli busana CC mengaku harus berfikir seribu kali. Jadi tak ada salahnya jika ia sekarang menikmati hasil kerja kerasnya. Toh ia merasa telah menyisihkan sebagian Universitas Sumatera Utara hartanya untuk orang lain, ia pun mengaku bukan tipe orang yang pelit dengan orang-orang di sekitarnya, entah itu anak, menantu, pembantu, maupun teman- temannya. Di mata ibu tiga anak ini, busana muslim masa kini jauh lebih baik dari pada busana muslim zaman dulu. Busana muslim zaman dulu diakui CC terkesan monoton dan membosankan, bajuya hanya model gamis lurus dan jilbabnya model “bergo”. Berbeda dengan sekarang, model busana muslim semakin banyak dan beragam meski begitu CC juga tak lantas menggunakan busana yang hanya mengikuti tren semata namun juga harus sesuai dengan kondisi tubuhnya. Misalnya ia mencontohkan, ia tak akan menggunakan busana muslim yang model gamis tanpa lengan kemudian menggunakan manset. Hal ini ia lakukan karena ia menyadari lengannya besar sehingga akan tampak lucu jika menggunakan busana muslim seperti itu. Dari segi jilbab, saat ini CC lebih suka menggunakan jilbab bermodel pasmina bermotif dan berbahan katun. Bahan katun ia pilih karena lebih nyaman ketika dipakai untuk sehari-hari namun jika pergi ke pesta atau undangan, ia lebih menyukai jilbab yang berbahan sifon. CC mengaku tidak ada jadwal khusus untuk berbelanja busana muslim. Biasanya ia membeli baju jika sedang pergi bersama teman-teman atau keluarganya ke suatu tempat kemudian melihat busana muslim yang cocok maka akan ia beli. Meski terkadang barang tersebut tidak ia gunakan karena CC membeli barang tersebut karena modelnya bukan kebutuhan. CC sendiri merasa bahwa wanita masa kini harus mengerti fashion, salah satunya dengan mengikuti tren fashion yang sedang marak di pasaran. Ia Universitas Sumatera Utara menjelaskan bahwa mengikuti tidak harus memiliki. Bagi CC mengikuti tren busana muslim masa kini adalah untuk memperluas wawasannya untuk sekedar tahu, CC mengaku walau suatu model busana muslim sedang tren tapi tidak sesuai dengan kondisi tubuhnya atau tidak pantas baginya, maka ia tidak akan membelinya. Ketika ditanya tetang motivasinya berbusana muslim yang trendi, CC mengaku ingin gayanya lebih modis, apalagi jika dilihat dan dipuji oleh orang lain. Ada kepuasan tersendiri baginya, jika sudah begitu CC mengaku akan tersenyum-senyum sendiri, tak henti-hentinya berkaca ketika sampai rumah, dan tentunya membeli busana muslim yang seperti itu lagi. CC merasa bahagia jika dipuji orang lain ketika menggunaka busana muslim yang bagus dan trendi. Sambil tersenyum malu ia mengaku akan semakin jalan kemana-mana ketika mendapat pujian dengan busana muslim tersebut. CC mengaku tidak membeli busana muslim setiap ada undangan atau pesta karena ia merasa sudah memiliki banyak stok baju mengingat dalam sekali belanja ia biasa membeli beberapa baju sekaligus. CC biasa menggunakan busana muslim koleksinya sebanyak 1-2 kali dalam setahun. Dalam urusan penggunaan jilbab CC merasa harus tampil stylis dan modis. Untuk yang satu ini CC tak segan memanggil tukang salon langganannya untuk make up sekaligus menggunakan jilbab degan tarif Rp 350.000. Hal ini CC lakukan dengan alasan ia merasa kurang bagus dalam memodifikasi jilbab terutama untuk pergi ke acara formal. Untuk urusan cuci baju, CC telah memasrahkan semuanya kepada loundry langganannya yang berada di daerah kampung keling. Tak hanya baju untuk Universitas Sumatera Utara pesta, bahkan semua baju kecuali pakaian dalam ia cuci di loundry untuk kualitas yang lebih baik daripada dicuci di rumah. Bagi CC merek tidaklah begitu penting, meski diakui menggunakan busana muslim yang bermerek branded tentunya menambah rasa kepercayaan diri yang lebih, namun CC merasa yang terpenting adalah model busana tersebut dan bukanlah mereknya. Berbeda dengan sang suami yang sangat mementingkan merek, karena bagi suaminya pakaian bermerek branded pasti memiliki kualitas yang lebih baik. Untuk masalah budget berbelanja pakaian CC mengaku memiliki pengerluaran sendiri untuk hal ini. CC sangat memperhatikan pos pengeluaran untuk berbelanja busana muslim karena ia menyadari bahwa dirinya konsumtif dalam berbelanja. Ia pun memiliki kartu kredit sendiri untuk urusan belanja busananya. Mengenai besar nominal yang harus ia keluarkan untuk urusan fashion dalam sebulan, CC memiliki budget maksimal Rp 25.000.000 bulan. Budget itu terkadang melebihi batas ketika CC sedang berada di luar kota maupun luar negeri. Untuk rincian harga busana yang ia kenakan biasanya berada pada kisaran harga Rp 200.000 sampai Rp 3.000.000. Busana muslim dengan kisaran harga di bawah Rp 1.000.000 biasa dipakai CC untuk busana sehari-hari. Saat ini diakui CC ia lebih suka menggunakan busana yang berbahan kaos yang dipadukan dengan pasmina yang berbahan dasar katun, karena lebih nyaman digunakan. Sedangkan busana dengan kisaran harga Rp 1.000.000 ke atas ia gunakan biasanya untuk acara-acara formal seperti pesta, undangan, dan sesekali untuk pengajian yang membutuhkan dresscode walaupun diakui CC ia kurang setuju dengan acara yng menggunakan dresscode. Hal itu dirasa cukup memberatkan Universitas Sumatera Utara apabila setiap pertemuan selalu menggunakan tema yang berbeda. Meski tidak setuju, namun CC juga merasa tidak nyaman jika menggunakan busana muslim yang tidak sesuai dengan dresscode yang telah ditentukan. CC mengaku kurang begitu suka dengan pembayaran secara mencicil. Untuk lebih mempermudah justru ia lebih suka menggunakan kartu kredit. Alasannya, karena jika mencicil di toko ia harus meluangkan waktu untuk datang ke toko tersebut sedangkan jika menggunakan kartu kredit lebih fleksibel karena sekaligus membayar semua tagihan yang sama di bank. Pada dasarnya CC merasa dirinya termasuk pribadi yang kurang suka berhutang, maka dari itu ia selalu melunasi tagihan bulanan kartu kreditnya. Untuk urusan pergaulan, CC termasuk salah satu orang yang cukup aktif mengikuti beberapa pengajian dan arisan meski tidak selalu hadir dalam perkumpulan. Di antara beberapa komunitas yang diiukutinya adalah pengajian SJU, pengajian JND, pengajian PRWRS, dan ada satu arisan yang anggotanya merupakan alumni salah satu SMA favorit di kota Medan. Mengenai, besaran nominal yang ia keluarkan untuk sekali pertemuan cukup bervariatif, mulai Rp 500.000 sampai Rp 2.000.000. Intensitas pertemuan beberapa komunitas yang ia ikuti berbeda-beda, ada yang seminggu sekali sampai sebulan sekali, ada juga pengajian yang hanya sekali-kali ia hadiri dikarenakan jadwalnya yang berbenturan dengan jadwal prakteknya di Binjai. CC merasa banyak manfaat yang bisa ia dapatkan dari perkumpulan yang ia ikuti ini. Beberapa diantaranya adalah menambah teman, memperdalam ilmu agama, menjalin silahturrahmi, dan yang terakhir sebagai hiburan di tengah rutinitasnya agar tidak monoton. Universitas Sumatera Utara CC sadar mengikuti pengajian yang ekslusif, ia pun menyadari bahwa ada persaingan di dalamnya. Tapi karena umur yang menurutnya sudah tidak begitu muda, maka ia tidak terlalu ambil pusing dengan persaingan yang ada. Persaingan disini biasanya dalam hal fashion mulai model busana muslim yang digunakan, tas, sepatu, hingga menunjukkan rumah yang mewah. Tak dipungkiri CC saat masuk ke dalam komunitas dominan, akan ada sanksi sosial yang secara tidak sadar dihadapi para anggota yang tidak sesuai dengan komunitas. Misal tidak menggunakan busana yang sesuai, memang tidak dibicarakan di depan CC, namun dibelakang pasti ada saja yang “kasak kusuk”. Begitu juga bila tidak menggunakan busana muslim yang trendi atau mahal. Karena semua anggota menggunakan busana bagus, modis, dan mahal diakui CC ia pada akhirnya ikut- ikutan menggunakan busana yang seperti itu, karena tidak mau dikucilkan dalam kelompok. Oleh karena itu, bagi CC komunitas yang ia ikuti sangat berkontribusi dalam membengkaknya pengeluaran bulanan khususnya untuk urusan fashion. Seiiring berkembangnya teknologi telepon genggam dengan fitur BBM di dalamnya diakui CC turut meningkatkan “kenarsisannya”. Jika CC menggunakan busana muslim yang bagus apalagi dipuji oleh orang, maka ia akan langsung menjadikannya sebagai display picture BBM nya. Diakui CC jika ia dipuji orang ketika menggunakan busana muslim yang modis dan cocok ia kenakan, CC akan semakin bersemangat pergi kemana-mana dengan busana tersebut. Seakan ia tak rela melepas baju yang ia kenakan tersebut. Apalagi jika baju yang ia kenakan mahal dan modis, seperti ada kepuasan tersendiri baginya. Meski CC merasa senang dengan semua yang ia peroleh selama ini, CC tak memungkiri bahwa ia terkadang merasa bersalah bila melihat orang yang tidak Universitas Sumatera Utara mampu, maka dari itu CC terbiasa memberikan baju-baju yang sudah tidak ia pakai kepada orang-orang disekitarnya. Untuk baju harian biasa CC berikan kepada pembantu dan disumbangkan kepada yang berkekurangan. Tapi untuk busana muslim pesta yang relatif mahal, biasa ia berikan kepada anak perempuannya, atau saudara-saudaranya. Selain tentunya menyisihkan sebagian penghasilannya untuk kaum fakir miskin disekitarnya. Ketika ditanya mengenai kemungkinan korupsi bagi para pejabat yang didorong gaya hidup mewah CC mengaku pasti ada kemungkinan itu. Ia sendiri pun tak jarang melihat orang yang sebenarnya tak mampu tapi demi gengsi tetap memaksakan.

4.2.1.1.3. Informan FTN Ibu rumah tangga yang selalu ingin tampil