Informan FTN Ibu rumah tangga yang selalu ingin tampil

mampu, maka dari itu CC terbiasa memberikan baju-baju yang sudah tidak ia pakai kepada orang-orang disekitarnya. Untuk baju harian biasa CC berikan kepada pembantu dan disumbangkan kepada yang berkekurangan. Tapi untuk busana muslim pesta yang relatif mahal, biasa ia berikan kepada anak perempuannya, atau saudara-saudaranya. Selain tentunya menyisihkan sebagian penghasilannya untuk kaum fakir miskin disekitarnya. Ketika ditanya mengenai kemungkinan korupsi bagi para pejabat yang didorong gaya hidup mewah CC mengaku pasti ada kemungkinan itu. Ia sendiri pun tak jarang melihat orang yang sebenarnya tak mampu tapi demi gengsi tetap memaksakan.

4.2.1.1.3. Informan FTN Ibu rumah tangga yang selalu ingin tampil

modis FTN adalah ibu tiga anak yang beralamat di salah satu komplek yang berada di Jalan Karya Wisata. Wanita berkulit putih dan berparas ayu ini lahir dan besar di Palembang tepatnya 21 Desember, 44 tahun yang lalu. FTN berstatus istri dari seorang pengusaha kelapa sawit. FTN sendiri sehari-harinya adalah seorang ibu rumah tangga biasa dengan kegiatan antar jemput anak sekolah, berlatih yoga setiap selasa, dan sesekali berkumpul dengan teman-temannya. Dilihat dari pendidikannya FTN adalah lulusan SLTA di Palembang, sedangkan suaminya adalah lulusan fakultas kehutanan dari sebuah universitas negeri ternama di Bogor. FTN selama ini merasa sudah sangat berkecukupan dengan penghasilan Rp 50.000.000bulan. FTN adalah anak ketiga dari tujuh bersaudara. Ia terlahir di keluarga dengan ekonomi yang biasa, hal inilah yang memicu FTN tak henti- hentinya bersyukur dengan keadaannya sekarang ini. Usaha yang dirintis FTN dengan sang suami akhirnya berbuah manis. Di usia yang menurutnya masih Universitas Sumatera Utara cukup muda ini ia hanya tinggal menikmati buah hasil kerja kerasnya selama ini. Dilihat dari frekuensi belanja di butik Labiba, FTN adalah salah satu pelanggan yang cukup sering berkunjung. Dalam sebulan FTN bisa berkunjung 2-3 kali, setiap kunjungan FTN selalu bertanya tentang produk terbaru butik Labiba. FTN sadar akan posisinya sebagai seorang istri dan ibu modern yang tinggal di kota besar. FTN merasa harus bisa menempatkan diri sesuai dengan harapan keluarganya. Salah satu contohnya adalah dalam fashion atau dalam berbusana. FTN tidak ingin suami dan anaknya malu dengan dandanannya yang terkesan kuno apalagi ia adalah wanita yang menggunakan busana muslim. FTN selalu berusaha untuk memperbaharui referensi fashion nya. FTN merasa sangat terbantu dengan semakin terbukanya peran media terhadap dunia fashion muslim masa kini seperti, televisi, majalah, artis, sampai you tube. Tak hanya media banyaknya butik-butik muslim yang menjamur turut mejadi referensinya dalam berbusana terutama bila melihat satu set busana muslim yang telah di pasang di patung manekin, hal ini menurut FTN semakin mempermudah konsumen untuk menggunakannya dan tidak perlu berfikir bagaimana cara memodifikasinya lagi dengan kata lain konsumen seperti FTN hanya tinggal membeli dan menggunakannya saja busana muslim telah di jual sepasang dengan jilbab dan aksesorisnya. Bagi FTN nilai materialistis tidak dapat dihindari lagi di zaman sekarang. Misalkan dalam hal fashion untuk bisa mendapatkan busana muslim yang lengkap dengan jilbabnya yang bagus memerlukan budget yang tidak sedikit. FTN sendiri memiliki prinsip simple is nice dalam berbusana. FTN mengaku ia lebih suka gaya busana dengan model sederhana namun tetap terlihat elegan, dan untuk Universitas Sumatera Utara mendapatkannya ia pun tak menampik jika ada harga yang harus dibayar untuk itu. Bagi FTN nilai materealistis nampaknya sangat berkaitan dengan tindakan konsumtif, yang menurutnya lebih identik dengan kaum hawa. Dengan nada rendah dan sedikit senyuman, FTN pun tak menampik bahwa dirinya cukup konsumtif dalam urusan fashion muslim. Ia pun mengatakan bahwa untuk tampil cantik tentunya ada harga yang perlu dibayar. Ia pun mencontohkan, dalam berbusana muslim harus ada kecocokan antara jilbab, busana muslim, dan aksesoris. Dan untuk mendapatkan jilbab, busana muslim, dan aksesoris yang berkualitas tentunya ada harga yang harus dibayar. FTN merasa bahwa tren busana muslim saat ini sudah sangat jauh berbeda dengan busana muslim zaman dulu. Jika dahulu diakui FTN menggunakan busana muslim adalah suatu beban karena terlihat tampak tua, berbeda dengan sekarang. FTN mengaku rasa beban itu seolah sirna menjadi rasa percaya diri ketika ia menggunakan busana muslim yang trendi tepatnya sejak tahun 2010 yang lalu. Tapi bagi FTN tetap harus ada yang digarisbawahi di sini adalah kenyamanan setiap penggunanya. Bagi FTN tak semua busana muslim yang kita lihat bagus digunakan orang lain, akan bagus kita gunakan. FTN sendiri menyadari betul akan hal itu maka dari itu selain melihat busana tersebut sedang tren atau tidak FTN lebih menyesuaikan dengan bentuk badannya yang menurutnya tidak proposional dengan bagian kaki yang pendek. Ia pun mensiasatinya dengan menggunakan busana yang bertumpuk-tumpuk serta menggunakan atasan atau cardigan di bawah dada agar bagian kakinya terlihat lebih tinggi. Meski FTN termasuk orang yang selektif dalam membeli barang, namun diakuinya, ia selalu mengikuti Universitas Sumatera Utara perkembangan mode busana muslim masa kini agar tidak ketinggalan zaman terlepas itu akan ia kenakan atau tidak. Menurut FTN menggunakan busana muslim yang modis dan trendi adalah salah satu siasat untuk meningkatkan rasa percaya dirinya. Menurutnya dengan usia yang relatif masih muda, FTN merasa tidak percaya diri jika harus menggunakan busana muslim yang biasa kuno. Baginya menggunakan busana muslim yang trendi turut memberikan kepuasan batin tersendiri baginya selain juga diyakininya membawa kebahagian kepada suami dan anak-anaknya. FTN yakin bahwa keluarganya suami dan anak-anaknya bangga jika istri maupun ibunya tetap bisa tampil cantik meski menggunakan busana muslim. Selain itu rasa bahagia dan kepuasan akan semakin paripurna ketika busana yang ia gunakan mendapat tanggapan positif dari orang lain. Ada suatu rasa kebanggaan tersendiri yang tidak bisa ia pungkiri ketika ia mendapat pujian dari orang lain yang melihat apa yang ia kenakan. Ia pun juga tak malu memberikan pujian yang sama jika melihat temannya menggunakan busana yang bagus. Ia pun tak segan bertanya dimana temannya tersebut membeli busana itu. Baginya banyak manfaat dari busana muslim yang trendi termasuk salah satunya menambah wawasan dan lebih mengakrabkan tali pertemanan. FTN mengaku bukan tipe wanita yang harus memiliki busana baru disetiap acara atau pesta, tapi menggunakan jilbab yang stylishmodis menjadi suatu kewajiban baginya. Karena kembali lagi, itu akan menambah rasa percaya dirinya dalam berinteraksi dengan lingkungannya. Bagi FTN terkadang merek bukanlah hal yang penting. Karena merek busana biasanya ada di dalam baju dan tidak terlihat. Menurut FTN yang terpenting adalah modelnya unik beda dengan yang Universitas Sumatera Utara lain, modis, dan bahannya nyaman saat digunakan tidak panas. Meski merasa merek terkadang tak begitu penting, namun diakui FTN jika ada busana muslim yang nyaman apalagi bermerek branded hal itu akan lebih menambah rasa percaya dirinya. Untuk urusan perawatan busana FTN termasuk orang yang tidak mau ambil risiko. Ia merasa busana-busana yang ia gunakan sudah seharusnya dicuci dengan jasa laundry. FTN termasuk wanita yang teliti dalam merawat busananya. Ia pun terbiasa untuk selalu membaca cara perawatan busana, karena beda bahan beda perawatan. Hal ini ia lakukan agar busana yang ia miliki kualitasnya tidak berkurang. Tak heran jika FTN sangat detail dalam perawatan busana muslimnya. Karena koleksi busana yang ia miliki bisa dikatakan bukanlah barang-barang murah. Untuk kebutuhan membeli busana muslim sendiri FTN memiliki budget minimal Rp 1.000.000 per bulan. FTN mengatakan ia memiliki kisaran harga tersendiri dalam membeli busana muslim. Untuk kebutuhan pesta-pe sta “biasa” FTN menggunakan atau membeli busana dengan kisaran harga minimal Rp 700.000 sampai Rp 1.600.000. Busana muslim dengan kisaran harga tersebut menurut FTN digunakannya paling banyak 3 kali pemakaiantahun. Setelah bosan, busana muslim itu pun ia simpan atau ia berikan kepada sanak saudaranya. Adakalanya ia membeli busana muslim dengan harga Rp 2.000.000 ke atas untuk acara-acara tertentu, menurutnya untuk busana dengan harga di atas Rp 2.000.000 tidak ia lakukan setiap bulan. Ia mengatakan hanya 3-4 kali saja dalam setahun membeli busana yang mahal. Universitas Sumatera Utara Saat ditanya mengenai kebiasaan mencicil dalam membeli busana muslim, FTN tak malu mengakuinya. Ia merasa tak ada salahnya jika membeli dengan cara mencicil. FTN mengaku ia jarang meminta untuk membeli baju secara mencicil justru ia ditawari oleh pemilik butik untuk mencicil baju. Baginya mencicil adalah salah satu kemudahan bagi konsumen dalam membeli barang. Pengeluaran rumah tangga pun bisa lebih ditekan walau ia membeli barang baru. Berbeda halnya dengan mencicil, FTN justru mengaku tak pernah menggunakan kartu kredit untuk berbelanja, karena semua kartu kredit dipegang oleh sang suami, ia lebih senang menggunakan kartu debit dalam berbelanja. Bagi FTN, komunitas sangat berkontribusi dalam selera berbusananya. Ia mengaku biasa bertukar ilmu dengan teman-teman dikomunitasnya tentang tren fashion terbaru. Misal, temannya menggunakan busana muslim model terbaru dan bagus, maka FTN tak segan untuk bertanya bagaimana tips atau tempat pembelian busana muslim tersebut. Baginya banyak hal positif yang bisa ia ambil dari perkumpulan dengan komunitasnya tersebut. Saat ini FTN bergabung dengan komunitas HMC. Ia mengaku senang karena di setiap pertemuan yang dilakukan sebulan sekali ini, ia bisa mendapat banyak manfaat antara lain mendapat ilmu agama, menghibur diri, menambah teman baru, pengalaman dan wawasan, bisa sharing tentang segala permasalahan ibu-ibu antar anggota kelompok, serta disetiap akhir pertemuan selalu diadakan tutorial hijab. Ada tips-tips yang diberikan oleh panitia tentang bagaimana tampil cantik di setiap kesempatan. Salah satu yang ia senangi dari komunitas ini adalah tidak adanya dresscode di setiap pertemuan. Baginya penggunaan dresscode itu norak, ia merasa seperti kumpulan ibu-ibu kasidahan jika menggunakan busana yang seragam. Universitas Sumatera Utara Menurut FTN komunitasnya bukanlah komunitas yang eksklusif, ia justru merasa risih jika masuk ke dalam kelompok yang eksklusif. Diakuinya, meski bukan merupakan kelompok eksklusif tapi persaingan tetap ada. Persaingan itu ia rasakan dalam hal baju, tas, sepatu, atau apapun yang melekat pada diri setiap anggotanya. Ia sendiri tak mau dibilang bersaing, tapi jika melihat temannya menggunakan busana model baru dan bagus menurutnya, maka ia tak akan segan membeli busana yang sejenis itu. FTN mengaku meski sedang tren ia tak akan langsung menggunakannya begitu saja, tapi kembali lagi disesuaikan dengan postur tubuhnya, belum lagi ia tak suka menggunakan busana yang pasaran sehingga jika ia suka dengan pakaian orang lain maka ia tidak akan membeli model yang 100 sama harus ada perbedaan walau sedikit. Untuk urusan pengeluaran, FTN pun tak menyangkal jika komunitasnya turut mempengaruhi pengeluaran. “Pasti ada, tapi pintar-pintas kita saja mensiasatinya”. Adanya fitur BBM di ponselnya, diakui FTN turut mempengaruhi pada pemilihan gaya busananya. Ia jadi ingin selalu tampil cantik apalagi jika ada undangan maupun pertemuan dengan teman-temannya. Terkadang muncul rasa aneh sendiri, merasa bingung mengapa ia melakukan hal tersebut foto memperlihatkan baju yang ia gunakan kemudian dipasang menjadi profile picture di BBM tapi itu tetap ia lakukan karena ia suka. Apalagi jika ada yang mengomentari positif busana yang ia kenakan. Menurutnya BBM bukan satu- satunya hal yang mempengaruhi cara berpakaiannya, pendapat orang lain juga menjadi salah satu faktor pendorong berikutnya. Memang selama ini tidak pernah ada teman yang mengomentari negatif tentang apa yang ia kenakan, itu karena selama ini ia selalu menjaga penampilannya serapi dan sepantas mungkin. Meski Universitas Sumatera Utara begitu, ia tak menutup kemungkinan akan ada komentar-komentar negatif jika ia tidak menggunakan busana muslim yang trendi atau modis. Menurut FTN, tampil modis adalah suatu kewajiban selain menghindari pandangan negatif orang lain yang cenderung merendahkannya, ada rasa kebanggaan dan kepuasan tersendiri baginya jika menggunakan busana muslim yang modis dan mahal. Busana muslim yang modis dan mahal ini memberikan kepercayaan diri yang lebih bagi FTN. Ia merasa sangat senang jika berkaca menggunakan busana yang modis apalagi mahal lalu terlihat cantik. Ada kepuasan batin yang diakuinya tak bisa diterjemahkan dalam kata-kata. Ketika ditanya mengenai kesenjangan sosial dengan lingkungan disekitarnya berhubungan dengan gaya hidupnya yang mewah dalam berbusana, FTN menarik nafas dan terdiam sejenak. Ia mengakui jika sedang sendiri terkadang muncul rasa bersalah dan berdosa, jika sudah begitu ia pun memberikan busana muslim yang sudah tak ia kenakan lagi kepada sanak keluarganya. Tak lupa ia juga selalu menyisihkan sebagian hartanya untuk kemaslahatan masyarakat disekitarnya. Menurutnya, apa yang ia lakukan sekarang konsumtif dalam membeli busana muslim adalah bentuk penghiburan untuk dirinya sendiri karena dahulu ia juga pernah merasakan masa-masa susah. Sehingga ia merasa tak salah jika sekarang sedikit menikmati hasil kerja kerasnya selama ini. Adanya kontribusi gaya hidup mewah terhadap peluang korupsi dipekerjaan, FTN mengaku setuju. Terutama jika tidak ada pekerjaan sampingan seperti usaha. Maka dari itu ia menyarankan terutama kepada para istri pejabat terutama yang tidak bekerja jangan menuntut terlalu banyak kepada suami jika tak Universitas Sumatera Utara punya usaha sampingan. Hal itu hanya akan merugikan dan menyiksa diri sendiri. Menurut pengalaman FTN, banyak teman-temannya yang terlalu memaksakan diri untuk bergabung dengan kelompok pengajian eksklusif untuk menaikkan harga diri. Padahal FTN yakin bahwa sebenarnya sang teman tersebut tidaklah cukup mampu untuk bergabung, yang tadinya tidak punya mobil jadi memaksakan beli mobil. Contoh seperti inilah yang menurut FTN bisa memicu terjadinya korupsi di pekerjaan.

4.2.1.1.4. Informan SL Wanita yang perduli terhadap penampilan dan pendidikan anak