pemilik butik saya juga nggak memungkiri ya. Namanya ibu-ibu, kalau sudah kumpulkan pasti
yang dikomentari pertama baju. Jadi itu jadi nilai plus sendiri buat pemilik butik atau biasa yang di
pengajian itu ada yang kreditin baju muslim. Saya rasa sah-sah saja. Banyak langganan kita juga sering
bbm, tanya baju sesuai dengan tema dresscode mereka. Buat kita sih positif ya, kalau bisa setiap
pertemuan selalu menggunakan dresscode, hehe.
4.6. Kontribusi Gaya Hidup Kelompok pada Tingkat Konsumtifitas Informan
Terkait dengan poin-poin sebelumnya, dari hasil penelitian ini kelompok ternyata memiliki kontribusi yang besar pada anggota kelompoknya. Dimana para
informan yang merupakan anggota kelompok pengajian tersebut harus mengeluarkan dana tambahan untuk menunjang penampilannya, khususnya dalam
hal fashion. Pernyataan ini didukung hasil penelitian yang didapat dari 8 informan yang diwawancarai, dan seluruh informan setuju bahwa kelompok turut
mempengaruhi pengeluaran informan. “Ikut kali lah, orang yang lain pakai baju bagus-
bagus, kita yang tadinya nggak kepingin kan jadi kepingin. Belum lagi omongan ibu-ibu, taulah
akhirnya ikut lah kita beli baju gitu, hehhe.
” Informan CC
“Pasti ada, tapi pinter-pinter kita aja mensiasatinya.” Informan FTN
“Oojelas, kayak yang tante bilang tadi kayak dresscode pas pengajian atau apalah itu kan nambah
pengeluaran. Tapi nggak papa, yang penting hati bahagia, hehhe.
” Informan SL ”Yaiyalah, kayak kalau di pengajian pada pakai baju
modis, trendi, bagus-bagus terus tante pakai baju biasa, ya minder lah. Emang sih nggak ada sanksi
gitu, tapi kan kita ngerasa aneh sendiri. kayak misal temen pakai baju bagus, tante suka, tante tanya beli
Universitas Sumatera Utara
dimana gitu ga. Nambah lagi deh bajunya, hehhe.”
Informan ADR “Ya. Kalau udah kumpul gitu kan kadang suka pada
jor-joran gitu. Ya akhirnya kebawa lah tante, hehhe.” Informan YNT
“Jelas lah mbak, hehe. Apalagi kalau lagi kumpul gitu, wahh...hehe. Aaapa aja dibahas, tau lah ibu-ibu
ni hehee. Nanti ada yang satu bajunya bagus, yang ini bagus, trus suami kan juga nggak ada jadi ya
pelampiasannya shopping, hehe.
” Informan SA “Ya pastilah ga. Kita kan hidup di tengah
masyarakat, bukan tinggal sendiri di hutan, hehhe. Apalagi mbak kan nggak suka ya pakai baju kalau
udah banyak dipakai orang. Kadang sih mikir juga, kayaknya udah over budget ni. Akhirnya mbak
cobak siasatin kayak di mix and match yang ada deh, tapi ya yang namanya mata ini nggak bisa diajak
kompromi, hehhee. Akhirnya beli lagi yang baru, hehe.
” Informan MW
Gambar 4.2 Gambar 4.3
Universitas Sumatera Utara
Gambar 4.4 Gambar 4.5
Gambar 4.6 Gambar 4.7
Keterangan Gambar : Gambar 4.2. : Informan pada saat menjadi panitia penerima tamu dari salah satu
anggota pengajian SJU dengan dresscode “orange”
Universitas Sumatera Utara
Gambar 4.3. : Informan dengan anggota pengajian pada acara buka puasa bersama di Hotel Santika dengan dresscode
“Blazer motif bunga” Gambar 4.4. : Informan sebagai panitia penerima tamu dengan dresscode
“hijau- ungu”
Gambar 4.5. : Informan mengikuti pengajian dengan dresscode “fucia-biru
elektrik” Gambar 4.6.
:
Mengikuti pengajian dengan dresscode putih Gambar 4.7. : Berlibur dengan anggota pengajian dengan tema dresscode
“pantai”. Selain pengeluaran tambahan dalam hal fashion, didapat alasan lain untuk
pengeluaran tambahan ini, yaitu pengeluaran untuk “wisata rohani” bersama anggota kelompok pengajian, seperti yang diakui informan EDL yang merupakan
anggota kelompok pengajian SJU yang merupakan kelompok pengajian elit di Kota Medan. Untuk wisata rohani ini tentunya tidak semua pengajian
menjalankannya . Hal ini dikarenakan tujuan wisata rohani biasanya memerlukan biaya yang tidak sedikit. Sehingga tak semua kelompok pengajian mempunyai
agenda wisata rohani. “Pengaruh kali lah ga, kayak fashion atau perhiasan
gitu. Bukannya cakap sombong ya ga, kadang tante ini suka apa ya, kayak ibu-ibu itulah pamer berlian,
baju, tas, sepatu, sampai rumah, semua lah. Tante pun bisa kayak gitu. Karena tante udah bisa dibilang
berumur ya, tante udah lewat masa itu kalau 2 tahun yang lalu ialah tante masih suka gitu. Ya kalau
sekarang tante merasa udah punya semuanya. Jadi kalo mereka kayak gitu tante juga punya kok. Selain
baju gitu-gitu, pengeluaran yang lumayan besar itu biasanya buat liburan. Kayak Desember 2013
kemaren ada liburan pengajian SJU, tur bersama Umi pipik ke Jakarta dan Bandung terus kemaren itu
ke Jepang, Hongkong, bentar lagi mau ke Malaysia
Universitas Sumatera Utara
terus ju ga tiap tahun ada umroh bareng.” Informan
EDL Meski agenda utama adalah wisata rohani, namun dilihat dari tujuan
wisatanya dapat diambil kesimpulan bahwa para anggota kelompok pengajian hanya menggunakan label kelompok untuk jalan-jalan dan berbelanja keluar
negeri atau keluar kota dengan teman satu kelompok pengajian. Hal ini dikuatkan dengan pernyataan EDL sebagai berikut :
“Liburan bareng temen-temen pengajian itu cukup nguras kantong ya, tante boros banget kalau udah
kumpul sama ibu-ibu itu. Kalau buat liburan ke luar tante biasanya punya budget sendiri ya, lebih
banyak. Bisa sampai Rp 30.000.000 sampai Rp 50.000.000. Biasanya itu buat belanja tas, sepatu,
baju-baju. Kalau yang sampai borong gitu biasanya kalau ke luar sama temen-temen kompak tante yang
juga merupakan anggota kelompok pengajian SJU. Kayak kemaren ke Jepang, Hongkong, Thailand itu
kan lucu-lucu barangnya. Jadinya malah belanja aja, tapi ada juga wisata yang memang wisata rohani
kayak umroh tiap tahun sama acara sama pipik kemaren.
Gaya hidup konsumtif para informan seperti yang telah dianalisis di atas tentunya tak dapat dipisahkan dari peran serta komunitas kelompoknya. Dari
hasil penelitian didapatkan kesimpulan bahwa kelompok memberikan kontribusi yang besar terhadap para anggotanya. Dari 8 orang informan yang merupakan
pelanggan butik Labiba sekaligus anggota kelompok pengajian menyatakan bahwa kelompok mempunyai peran yang besar dalam hal pengeluaran.
Pengeluaran terbanyak adalah dalam urusan fashion baik menggunakan dresscode maupun tidak, karena menurut informan tidak mungkin menggunakan busana
yang sama pada setiap pertemuan. Para Informan juga tak menampik bahwa terdapat persaingan di dalam kelompoknya, meski kelompok tersebut merupakan
Universitas Sumatera Utara
kelompok agama pengajian. Persaingan itu biasanya lebih kepada fashion, perhiasan, mobil, sampai rumah sebagai tempat diselenggarakannya acara.
Pengeluaran yang tak kalah besar adalah untuk urusan jalan-jalan atau yang mereka sebut sebagai wisata rohani.
4.7. Wacana Fashion Muslim di Dalam Media Sosial