2.1.1. Pandangan Bourdieu
Seperti yang telah dijelaskan di atas tentang konsep teori konsumsi untuk pencitraan. Selanjutnya peneliti akan menggunakan konsep Pierre Bourdieu
tentang Habitus, Modal capital, dan Ranah Field. Pierre Bourdieu Memiliki 3 pokok pikiran utama dalam memandang suatu masalah, yaitu :
1. Habitus
Habitus adalah produk sejarah yang terbentuk setelah manusia lahir dan berinteraksi dengan masyarakat dalam ruang dan waktu tertentu.
Habitus merupakan hasil pembelajaran lewat pengasuhan, aktivitas bermain, dan juga pendidikan dalam masyarakat dalam arti luas dan
bekerja di bawah alam bawah sadar manusia. Habitus merupakan sifat yang tercipta karena kabutuhan 1984:372 dalam Bourdieu, Pierre,
Terjemahan Oleh Pipit Maizer, 2005:15 terutama kaitannya dengan habitus kelas. Pada habitus kelas ini harapan-harapan atau ketiadaan
harapan dalam kaitannya dengan bentuk modal, secara erat diimbangi dengan berbagai kemungkinan objektif. Habitus secara erat dihubungkan
dengan modal karena sebagian habitus tersebut berperan sebagai pengganda berbagai jenis modal dan ia menciptakan sebentuk modal
simbolik. Dalam penelitiannya pada gaya hidup struktur kelas di Perancis,
Bourdieu Bourdieu, Pierre, Terjemahan Oleh Pipit Maizer, 2005:149 menjelaskan bahwa selera, produksi suatu gaya hidup makanan,
berkaitan dengan konsep yang dimiliki masing-masing kelas, khususnya pada peran sosial yang dimainkan tubuh di dunia berkaitan dengan kelas
Universitas Sumatera Utara
sosial. Dalam penelitian Bourdieu di Perancis mengulas tentang gaya hidup makan kaum menengah dan kelas dominan yang menunjukan kelas
sosialnya, dimana kaum menengah banyak mengkonsumsi makanan berpengawet dan jarang minum alkohol dikarenakan harganya yang
mahal, maka kelas dominan lebih banyak mengkonsumsi daging, buah, sayur, dan minuman beralkohol. Pemikiran Bourdieu ini dapat
diaplikasikan dalam penelitian ini, dimana para wanita berbusana muslim di Kota Medan informan ini mempunyai habitus atau kebiasaan yang
didapat dari interaksinya dengan kelas dominan, yaitu menggunakan busana muslim yang modis, trendi, dan mahal untuk menunjukkan
prestise atau kelas sosial mereka. Informan ingin menunjukkan dengan menggunakan busana muslim modal yang mahal kaftan, baju berpayet
mewah, bermerek dan trendi mereka termasuk kelompok dominan. 2.
Modal Capital Bourdieu Mendefenisikan modal mencakup hal-hal material yang
dapat memiliki nilai simbolik dan berbagai “atribut tak tersentuh”, namun memiliki signifikansi secara kultural misalnya : prestise, status,
otoritas yang dirujuk sebagai modal simbolik, serta modal budaya yang didefinisikan sebagai selera bernilai budaya dan pola-pola
konsumsi. Modal menurut Bourdieu dianggap sebagai basis dominasi oleh sebagian kalangan meski tak selalu diakui demikian oleh partisipan.
Modal bersifat dapat ditukar, apalagi yang menyangkut modal simbolik sebab dalam bentuk inilah bentuk-bentuk modal yang berbeda dipersepsi
dan dikenali sebagai sesuatu yang legitimit. Bourdieu, Pierre,
Universitas Sumatera Utara
Terjemahan Oleh Pipit Maizer, 2005:17 Dimana bagi yang tidak mempunyai modal hanya akan menjadi penonton. Dalam penelitian ini
modal di sini adalah busana muslim yang trendi, modis, bermerek, dan mahal. Dengan mengkonsumsi busana muslim seperti itu diharapkan
dapat menunjukkan prestise dan status ekonomi penggunanya, sedangkan bagi yang tidak mempunyai modal tersebut baik modal ekonomi uang
maupun simbolik busana muslim maka mereka hanya akan menjadi penonton saja yang jika dikaitan dengan penelitian ini selanjutnya dalam
hubungannya dengan posisi informan di kelompoknya akan dikucilkan. 3.
Ranah Field Ranah atau field bukan ikatan intersubjektif antar individu, namun
semacam hubungan yang terstruktur dan tanpa disadari mengatur posisi- posisi individu atau kelompok dalam tatanan masyarakat yang terbentuk
secara spontan. Habitus memungkinkan manusia hidup dalam keseharian mereka secara spontan dan melakukan hubungan dengan pihak-pihak di
luar dirinya. Dalam proses interaksi dengan pihak luar itu, terbentuklah ranah, jaringan relasi posisi-posisi objektif. Ranah mengisi ruang sosial,
dimana dalam ruang sosial tersebut terdiri dari beragam ranah yang memiliki sejumlah hubungan terhadap satu sama lain. Dalam ruang sosial
ini, individu dan habitusnya berhubungan dengan individu lain dan berbagai realitas sosial yang menghasilkan tindakan-tindakan sesuai
ranag dan modal yang dimiliki. Bourdieu, Pierre, Terjemahan Oleh Pipit Maizer, 2005:xix-xx. Singkatnya, ranah merupakan tempat dimana
habitus dan modal di “pertarungkan”, tentunya mereka yang memiliki
Universitas Sumatera Utara
modal dan habitus yang lebih banyak akan dapat mengubah atau mempertahankan struktur dari pada yang tidak memiliki modal.
Bourdieu, Pierre, Terjemahan Oleh Pipit Maizer, 2005:xxi. Field atau ranah dalam penelitian ini adalah kelompok keagamaan atau kelompok
sosial. Dari konsep yang di tawarkan oleh Bourdieu tersebut dapat ditarik
kesimpulan yaitu; Habitus mendasari ranah yang merupakan jaringan relasi antarposisi-posisi objektif dalam tatanan sosial yang hadir terpisah dari kesadaran
individual. Ranah mengisi ruang sosial, yang mengacu pada keseluruhan konsepsi tentang dunia sosial. Sedangkan praktik adalah produk dari relasi antara habitus
dengan ranah, yang keduanya merupakan produk sejarah. Dalam ranah inilah ada pertaruhan kekuatan antar orang yang memiliki modal. Konsep modal dari
Bourdieu lebih luas daripada sekadar modal material, yakni bisa juga berupa modal ekonomi, modal sosial, modal intelektual maupun modal kultural. Sehingga
secara ringkas Bourdieu menyatakan rumus generatif yang menerangkan praktik sosial dengan persamaan: Habitus x Modal + Ranah = Praktik. Rumus ini
menggantikan setiap relasi sederhana antara individu dan struktur dengan relasi antara habitus dan ranah yang melibatkan modal. Vera, Nawiroh, 2010, dalam
http:academia.edu diakses pada tanggal 20 Agustus 2014 pukul 16.12
2.2. Gaya Hidup