Informan SL Wanita yang perduli terhadap penampilan dan pendidikan anak

punya usaha sampingan. Hal itu hanya akan merugikan dan menyiksa diri sendiri. Menurut pengalaman FTN, banyak teman-temannya yang terlalu memaksakan diri untuk bergabung dengan kelompok pengajian eksklusif untuk menaikkan harga diri. Padahal FTN yakin bahwa sebenarnya sang teman tersebut tidaklah cukup mampu untuk bergabung, yang tadinya tidak punya mobil jadi memaksakan beli mobil. Contoh seperti inilah yang menurut FTN bisa memicu terjadinya korupsi di pekerjaan.

4.2.1.1.4. Informan SL Wanita yang perduli terhadap penampilan dan pendidikan anak

Kulitnya putih bersih, berperawakan tinggi besar, dan berhidung bangir. Ialah SL, seorang ibu dari tiga anak yang beralamat di Jalan Ampera 2 Medan. Baginya, profesi sebagai seorang ibu rumah tangga adalah tugas mulia. Setelah melepaskan pekerjaan sebagai pegawai salah satu bank swasta beberapa saat setelah menikah. Dengan latar belakang pendidikan setingkat SLTA, SL berkomitmen untuk mendidik anak-anaknya agar mencapai prestasi akademik yang bagus sekaligus memiliki kedekatan dengan orang tua sehingga dapat meminimalisir kemungkinan-kemungkinan negatif dari lingkungan sekitar. Perjuangannya pun tak sia-sia, anak pertamanya adalah lulusan salah satu universitas negri di Bogor dan sekarang bekerja di perusahaan sawit skala nasional di Pekanbaru, anak keduanya sedang duduk di bangku kuliah semester 6 di salah satu universitas negeri ternama di Jakarta, dan si bungsu masih duduk di Universitas Sumatera Utara bangku kelas 1 SD di Medan. Suaminya sendiri adalah lulusan sebuah universitas negeri terkenal di Bogor yang merupakan salah satu mantan direktur Ventura kota Medan dan saat ini memutuskan untuk wiraswasta. SL adalah anak bungsu dari 4 bersaudara dari keluarga beretnis Mandailing. Untuk penghasilan, menurut SL meski hanya sang suami yang bekerja, namun dirasa mampu mencukupi kebutuhan keluarganya, yaitu kurang lebih Rp 40.000.000bulan. Penghasilan yang cukup membuat SL mampu membeli busana muslim yang modis dan terbilang cukup mahal. Terlebih anak pertamanya kini telah mampu mencari uang sendiri. SL terbilang jarang berkunjung ke butik Labiba, 2-3 bulan sekali dikarenakan jarak rumah denga butik Labiba terbilang cukup jauh dan macet. Tak jarang SL meminta karyawan Labiba untuk membawakan busana yang ia inginkan ke rumahnya, mengenai model biasa ia lihat dari bbm butik Labiba. Mengenai referensi fashion sendiri, SL banyak melihat dari televisi, majalah, dan referensi dari penjaga butik. Bagi ibu tiga anak ini, nilai materialistis zaman sekarang adalah hal yang wajar. Ketika semua diukur dari materi atau tampilan fisik seperti yang masif terjadi saat ini terutama di kelompok dominan. SL pun mengatakan bahwa hal itu sangat berkaitan erat dengan tindakan konsumtif. Ia tak menampik kebiasannya dalam berbelanja terutama busana muslim yang modis. Hal itu pun tak dipermasalahkan suaminya. Menurut SL, sang suami tidak pernah melarang terlebih selama ini ia telah mendidik anak-anaknya menjadi anak yang membanggakan. Terbukti dengan masuknya kedua anak lelakinya ke 2 universitas negeri ternama di Pulau Jawa. Ia mengatakan bahwa berbelanja adalah hadiah dari Universitas Sumatera Utara sang suami setelah selama ini ia mendidik dan membesarkan anak-anaknya hingga sukses seperti sekarang ini. Bagi SL, busana muslim masa kini telah banyak mengalami perubahan yang positif. Ia mengatakan bahwa busana muslim masa kini lebih menarik perhatian tak hanya bagi kaum hawa, namun juga para pria termasuk sang suami yang diakuinya sering memberikan pujian jika ia menggunakan busana muslim yang trendi. Iapun merasa lebih muda dan bahagia menggunakan busana muslim yang trendi, kepercayaan dirinya pun meningkat. Berbeda dengan busana muslim zaman dulu yang terkesan tua. Busana muslim zaman dulu, dikatakan SL kurang berani bermain warna dan model, sehingga terkesan sangat monoton dan standart seperti : gamis dan bergo. Untuk urusan membeli busana muslim terbaru, SL tak pernah menargetkan kapan ia harus membeli semua mengalir begitu saja. Tak jarang disaat ia tak berminat berbelanja namun jika melihat busana yang modis dan lucu maka ia akan membelinya, tentu apabila busana tersebut pas dengan ukurannya karena SL terbilang memiliki tubuh yang cukup berisi. Meski tak menargetkan waktu berbelanja namun untuk urusan mengikuti fashion, SL tak bisa diremehkan. Ia selalu mengikuti perkembangan tren busana muslim yang sedang inn saat ini melalui media televisi dan media cetak. Baginya hal tersebut adalah hiburan tersendiri ditengah rutinitas sebagai ibu rumah tangga. Baginya menjadi ibu rumah tangga adalah pekerjaan yang tak bisa dianggap remeh. Demi mementingkan keluarga iapun rela melepas pekerjaannya di salah satu bank swasta di Kota Medan setelah resmi menikah 25 tahun silam. Meski menjadi ibu rumah tangga, SL merasa harus tetap tampil cantik bagi sang suami. Ia ingin sang Universitas Sumatera Utara suami melihatnya selalu tampil cantik, itu pula yang memotivasi SL untuk selalu tampil modis baik dirumah dengan tidak menggunakan daster maupun diluar yaitu menggunakan busana yang modis dan berwarna cerah seperti keinginan sang suami. Disamping keinginan sang suami, SL juga mengatakan bahwa ada rasa kepuasan dan bahagia ketika ia menggunakan busana muslim yang trendi. kepercayaan dirinya semakin tinggi dan ia merasa tampil jauh lebih muda. SL mengatakan tak harus menggunakan busana muslim yang baru setiap pestaundangan. Ia bisa menggunakan satu busana muslim untu 2-3 kali pemakaian, namun dengan rentang 4-6 bulan sekali dan tentunya dengan acara dan komunitas yang berbeda. Meski begitu, untuk urusan kreasi jilbab, SL mengaku wajib melakukannya. Tak jarang sang suami turut membantunya ketika hendak menggunakan jilbab dan tak lupa pula menjadi komentator SL apabila dirasa ada yang kurang. Sadar memiliki koleksi busana muslim yang cukup banyak dan relatif mahal, SL tak sembarangan dalam merawatnya. Iapun mempercayakan pencucian busananya kepada laundry langganannya. Hal ini tentunya menambah pengeluaran, namun SL tak merasa keberatan karena sayang apabila hanya karena tak mau mengeluarkan sedikit uang untuk perawatan busananya, busana tersebut menjadi rusak atau kelunturan karena dicuci dengan cara yang salah. Merek bagi SL idak selalu penting untuk digunakan. Dalam memilih busana ia lebih mementingkan model, corak, serta warnanya. Namun tak dipungkiri kesan mahal pada busana yang bermerek branded tentunya tak bisa diabaikan begitu saja. SL pun mengaku lebih percaya diri jika menggunakan busana muslim yang bermerek branded karena kualitas dan prestise busana tersebut tentunya. Universitas Sumatera Utara Apalagi jika teman-temannya tahu dan bertanya dimana dan berapa ia membeli busana tersebut. SL tak memiliki budget khusus dalam membeli busana muslim. pengeluaran dalam satu bulan bisa berbeda-beda. Tergantung situasi dan kondisi, seperti apabila ada bazar atau ada koleksi busana terbaru yang dirasa cocok, maka pengeluaran akan besar. Ia mengatakan kisaran pengeluarannya untuk fashion khususnya busana muslim adalah Rp 5.000.000 – Rp 9.000.000bulan. Untuk harga busana yang ia kenakan untuk acara formal berkisar antara Rp 1.000.000 – Rp 2.500.000. SL mengaku tak pernah menghitung jika berbelanja, pernah sekali waktu ia berkisah tiba-tiba uang di ATM nya habis. Ia pun kembali mengingat, ternyata uang tersebut habis ia gunakan untuk memborong koleksi busana terbaru saat itu. Saat ditanya tentang kebiasaan membeli busana muslim dengan cara mencicil, SL tak menampiknya. Dengan cara mencicil tersebut, diakui SL lebih meringankan konsumen. Ia dapat membeli busana dengan harga yang sama tapi dengan keringanan membayar. Tak jarang ia bisa membeli 3 atau lebih baju dalam jangka waktu yang sama dengan sistem kredit tersebut. Ia mengatakan tak ada rasa gengsi bila membeli busana muslim dengan cara kredit, karena baginya hal itu sudah biasa dikalangan ibu-ibu. Senada dengan hal tersebut, SL mengatakan bahwa ia juga termasuk yang gemar berbelanja dengan kartu kredit. Kembali lagi pada alasan awal, yaitu dapat membeli beberapa busana dalam jangka waktu yang sama dengan kemudahan membayar. Universitas Sumatera Utara Diakui SL yang kini bergabung dalam pengajian SJU, komunitas turut mempengaruhi pengeluarannya. Untuk arisan yang diadakan dalam kelompoknya tersebut ia harus mengeluarkan Rp 1.000.000 ditambah biaya lain-lain. Biaya itu belum termasuk biaya penampilan yang tentunya tidak sedikit, ia harus menyesuaikan dengan busana yang dikenakan anggota lainnya. Apalagi jika pada acara tertentu yang mengharuskan anggota kelompoknya menggunakan dresscode tertentu. Hal itu tak dipungkiri SL menambah biaya pengeluaran karena dresscode pastinya selalu berbeda setiap acara sehingga iapun tak dapat menggunakan busana yang sama. Apapun itu ia selalu berusaha mengikuti ketentuan yang ada. Pertamuan yang diadakan sebulan sekali itu memang diakuinya tak mematokkan harus menggunakan busana yang mahal atau modis, namun SL merasa tak percaya diri jika tidak menyesuaikan dengan anggota yang lain. Meski harus mengeluarkan banyak uang, SL merasa komunitas pengajiannya tersebut banyak memberikan manfaat yang positif, seperti : memperdalam agama, menambah banyak teman, serta dapat berguna sebagai hiburan di tengah rutinitasnya sebagai ibu rumah tangga. Media seperti BBM menurutnya sangat berkontribusi dalam pemilihan gaya berbusana. Misalnya dengan melihat gaya busana yangmenjadi DP BBM temannya, itu menjadi referensi buat ia. Hal serupa juga ia lakukan jika ia menggunakan busana muslim yang trendi dan modis. SL mengaku tak ragu memasangnya menjadi display picture BBMnya. Hal ini juga tak lepas dari kebiasaan teman-temannya di kelompok pengajian yang ia ikuti. Menurut SL setiap pertemuan, anggota pengajian selalu menggunakan busana yang modis kemudian berfoto dan menjadikannya sebagai DP BBM. Ia pun tak sungkan Universitas Sumatera Utara mengatakan bahwa komunitas yang ia ikuti tersebut tergolong komunitas pengajian yang eksklusif oleh karenanya tak heran jika pengeluarannya membengkak setelah mengikuti pengajian ini. Hal ini terjadi karena SL mengaku harus mengeluarkan uang yang lebih untuk masalah penampilan khususnya fashion agar bisa setara dengan anggota pengajian yang lain. Mengikuti tren fashion menjadi penting buat SL, karena tak dipungkirinya terdapat persaingan dalam fashion dan segala pernak-perniknya di komunitas yang ia ikuti. Persaingan disini diakuinya tidak secara terbuka tapi lebih saling memuji antar anggota yang menggunakan busana yang bagus, sehingga hal itu memicu anggota yang lain untuk tampil modis dan trendi disetiap kesempatan terutama saat berkumpul dengan teman-teman sesama anggota pengajian. Memang diakui Sl, hal itu bukanlah kewajiban yang harus diikuti setiap anggota pengajian untuk tampil modis, tidak ada pula sanksi sosial secara langsung apabila tidak menggunakan busana yang modis. Tapi SL merasa tak percaya diri jika menggunakan busana yang terlalu sederhana sedangkan teman-temannya menggunakan busana yang modis dan mahal. Selain dorongan dari lingkungan, SL juga mengaku bahwa ada rasa kepuasan dan kebahagiannya tersendiri apabila ia menggunakan busana muslim yang modis dan trendi. SLpun mengaku semakin percaya diri berkumpul dengan teman-teman sosialitanya apabila menggunakan busana yang modis dan mahal. Tak disangkal SL bahwa gaya hidupnya termasuk konsumtif dan cenderung boros apalagi dalam hal fashion. Ia pun tak menampik apabila ada kesenjangan sosial antara ia dan lingkungannya yang diakui SL tidak semua mampu. Baginya meski selalu ingin tampil sempurna terutama dalam hal fashion, SL tetap Universitas Sumatera Utara menempatkan penggunakan busana sesuai dengan tempat dan acaranya. Hal itu dirasa adalah keputusan yang paling bijak agar. Dan mengenai kemungkinan motivasi korupsi dipekerjaan karena gaya hidup mewah, SL pun tak menampik selalu ada kemungkinan tersebut. Ia pun mencontohkan beberapa temannya yang memiliki gaya hidup mewah padahal sang suami hanyalah pekerja biasa, namun ia tetap berfikiran positif mungkin ia memiliki pekerjaan sampingan. Meski begitu ia mengaku tak memaksakan diri, ia bergaya hidup mewah karena merasa sudah cukup mapan dan sang suami juga mendukung, suaminya juga bekerja sebagai wiraswasta sehingga tak ada yang perlu dikhawatirkan tidak akan korupsi.

4.2.1.1.5. Informan ADR Mantan model yang gemar berbelanja