Latar Belakang Analisis Efisiensi Pemasaran Udang Windu (Penaeus monodon) di Desa Panimbang, Serang, Banten.

1 I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Indonesia sebagai negara agraris, dengan dukungan kondisi alamnya, menempatkan sektor perikanan sebagai salah satu sektor perekonomian nasional disamping sektor lainnya. Sampai saat ini udang windu masih menjadi komoditas perikanan yang memiliki peluang usaha cukup baik karena digemari konsumen lokal domestik dan luar negeri. Hal ini disebabkan oleh rasa udang windu yang enak dan gurih serta kandungan gizinya yang tinggi. Daging udang windu diperkirakan mengandung 17-20 persen protein. Protein dalam daging udang termasuk udang windu mengandung asam amino esensial yang lengkap, dan kandungan lemaknya hanya sedikit. Di pasaran, udang windu yang dipilih sebagai udang konsumsi, dimana udang yang dipasarkan terdiri dari udang yang masih segar, udang beku, udang kupas beku tanpa kepala, dan udang olahan. Udang olahan tersedia dalam bentuk kalengan atau bentuk olahan lainnya. Udang segar lebih banyak dipasarkan di dalam negeri domestik, sementara udang beku umumnya dipasarkan ke luar negeri ekspor. Hasil perikanan yang melimpah akan mengalami kerugian apabila tanpa ada proses pemasaran yang cepat dan tepat. Arus pemasaran udang windu dari produsen ke konsumen melalui berbagai lembaga pemasaran sangat beragam. Banyak dan sedikitnya lembaga-lembaga pemasaran yang dilalui akan sangat berpengaruh terhadap share harga yang diterima produsen maupun yang harus dibayar konsumen . Penangkapan sumberdaya kelautan yang masih dilakukan secara langsung dari alam membuat kelangkaan pada komoditas udang di musim tertentu. Oleh karena itu, sangat diperlukan beberapa unit pelaksanaan teknis Daerah sekaligus penyuluhan yang berkaitan dengan peningkatan prosuktivitas sumberdaya perikanan dan kelautan khususnya, di Daerah Panimbang, Serang, Banten. Budidaya perikanan merupakan potensi yang cukup potensial untuk di ekspor. Hingga saat ini udang merupakan komoditi budidaya yang mempunyai prospek cukup baik, baik untuk konsumsi dalam negri maupun konsumsi luar negri. Perkembangan produksi udang nasional dapat dilihat pada Tabel 1. 2 Tabel 1 . Tahun Perkembangan Produksi Nasional Udang Tahun 2003-2007 Volume Ton Pertumbuhan 2003 368.190 - 2004 375.776 2,87 2005 416.000 9,669 2006 360.000 -15,555 2007 365.750 15,972 Jumlah 1.885.716 - Sumber : BPS Serang, Banten 2007 Berdasarkan Tabel 1, dapat diketahui bahwa produksi udang Nasional mengalami peningkatan setiap tahunnya, kondisi ini menunjukkan usaha tambak udang memberikan nilai ekonomi yang layak dan menguntungkan dan menjadi salah satu produk. Di bidang pemasaran, khususnya udang windu merupakan salah satu komoditas perikanan yang mampu memberikan kontribusi signifikan terhadap perekonomian nasional. Pada tahun 2003, volume ekspor udang tercatat 92,1 ton dengan nilai US 11,28 per kg. Meski demikian pada tahun selanjutnya, khususnya sejak tahun 2004, sebagai akibat menurunnya harga udang di pasaran internasional menjadi US 6,08 per kg, nilai ekspor udang pada tahun 2007 mengalami penurunan menjadi US 127,3. Pada masa yang datang, jika kualitas udang nasional terus ditingkatkan dan memenuhi standar mutu produk yang dibutuhkan oleh negara-negara konsumen khususnya Jepang dan AS. Prospek pemasaran udang nasional diperkirakan akan meningkat. Kedua negara itu, sangat ketat terhadap produk makanan yang masuk ke negaranya. Untuk itu standar manajemen mutu di Indonesia harus mampu dipenuhi oleh pengusaha tambak udang nasional, sehingga mampu memiliki nilai kompetitif dengan produk udang negara-negara lain. Perkembangan ekspor nasional dapat dilihat pada Tabel 2. 3 Tabel 2. Perkembangan Ekspor Nasional Udang Tahun 2003 – 2007 Tahun Volume Ribu Ton Nilai US 2003 92,1 1.007 971,5 2004 140,5 1.007 231,8 2005 106,3 887 262,4 2006 114,0 887.625,4 2007 127,3 1.003 259,7 Sumber : BPS Serang, Banten 2007 Sementara jika dilihat dari perkembangan konsumsi udang nasional yang dilakukan dengan metoda produksi nasional ditambah impor dikurangi ekspor, maka dapat dilihat pada tahun 2003, tingkat konsumsi nasional udang tercatat 276.607 ton, yang kemudian menurun menjadi 243.556 ton pada tahun 2004. Tingkat konsumsi tersebut, menunjukkan bahwa selain sebagai komoditas pasar internasional, udang windu memiliki peluang yang sangat baik untuk memenuhi permintaan pasar domestik. Apalagi, seiring dengan perkembangan perekonomian Indonesia yang diperkirakan membaik pada tahun-tahun yang akan datang, sehingga memberikan peluang yang cukup besar bagi petambak udang karena dengan terjadinya perbaikan perekonomian akan meningkatkan daya beli masyarakat terhadap udang dan konsumsi udang pada masyarakat Indonesia akan meningkat. Perkembangan konsumsi lokal dapat dilihat pada Tabel 3. Tabel 3. Perkembangan Konsumsi Nasional Udang Tahun 2003 – 2007 Tahun Produksi Ton Ekspor Ton Impor Ton Konsumsi Ton 2003 368.190 93.043 1.460 276.607 2004 375.776 140.158 7.938 243.556 2005 416.000 106.300 14.956 324.656 2006 360.000 114.000 13.450 259.450 2007 365.750 121.250 8.083 252.583 Jumlah 1.885.716 574.751 45.887 1.356.852 Sumber : BPS Serang, Banten 2007 Semakin banyak permintaan konsumsi terhadap udang windu di pasar, mengakibatkaan adanya persaingan yang ketat antara petambak dalam 4 berproduksi. Dalam menghadapi hal ini diperlukan setrategi pemasaran yang tepat agar dapat bersaing dengan petambak lainnya dan dapat memperluas pasar. Salah satu cara untuk dapat memperluas pasar yaitu dengan mengefektifkan pemasaran yang efesiensi dan memperlancar arus barang dari produsen ke konsumen, melalui efesiensi pemasaran ini, harga udang windu akan meningkat dan akhirnya akan meningkatkan keuntungan petambak udang windu yang terlibat.

1.2. Perumusan Masalah