Tantangan dari Dalam Negeri

347 yang mampu “bertahan” menguasai pasar domestik dan “menyerang” masuk dan bersaing di pasar global, dimana komoditas pertanian Indonesia pada umumnya mempunyai keunggulan komparatif dan keunggulan kompetitif tinggi, namun keunggulan komparatif lebih besar dibanding keunggulan kompetitif sehingga sektor pertanian perlu diberi insentif; dan d Melakukan evaluasi peraturan dan ketentuan terkait dan membuat sinkronisasi kebijakan pusat dan daerah; harmonisasi dan keberlanjutan program; dan sinergi kegiatan pengembangan produk pertanian. Sementara strategi eksternal, antara lain adalah: a Aktif melakukan komunikasi dan koordinasi antar stakeholders di sektor pertanian; b Melakukan sosialisasi AEC 2015 kepada para pembina, pengusaha dan stakeholders lainnya; c Menyelenggarakan berbagai jenis pelatihanpengawalan kepada produsenpelaku usaha penerapan teknologi dan inovasi; d Membuka desk khusus AEC 2015 guna melayani para stakeholders yang membutuhkan informasi; dan e Pemerintah menyediakan dana untuk melaksanakan program dimaksud.

8.2. Tantangan dari Dalam Negeri

Pembangunan Ekonomi yang Inklusif dan Berkeadilan Tujuan dan cita-cita bernegara sebagaimana tertuang dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, adalah: 1 Melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia; 2 Memajukan kesejahteraan umum; 3 Mencerdaskan kehidupan bangsa; dan 4 Ikut melaksanakan ketertiban dunia berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi, dan keadilan sosial. Sekjen PBB pada sesi pembukaan Konferensi Umum ke-15 United Nation Industrial Development Organization UNIDO di Lima Peru membuat pernyataan tentang perlunya kepastian pembangunan industri yang inklusif dan berkelanjutan di seluruh dunia, berdasarkan peta jalan baru yang telah disusun. Asian Development Bank ADB juga telah mencanangkan pentingnya kemajuan ekonomi yang dirasakan oleh semua komponen di dalam masyarakat, dan melibatkan mereka di dalam proses pencapaian kemajuan tersebut. Karena itu, ADB menganggap pentingnya pertumbuhan inklusif, yang berpegang pada 2 dimensi sebagai berikut: a Mencapai pertumbuhan berkelanjutan yang akan menciptakan dan memperluas peluang ekonomi; dan b Menjamin akses yang lebih luas terhadap kesempatan ini sehingga anggota masyarakat dapat berpartisipasi dan memperoleh manfaat dari pertumbuhan yang dicapai. ADB RPJM.indd 347 2112014 3:29:14 PM 348 melalui riset yang dilakukannya pada tahun 2010 menemukan bahwa capaian skor Indonesia untuk hal itu hanya 4,4 dari kemungkinan skor 10 sehingga memperoleh predikat “ only marginally satisfactory”. Kondisi tersebut telah menjadi catatan penting bagi pihak-pihak yang terlibat di dalam pembangunan ekonomi Indonesia. Terkait dengan persoalan tersebut diatas, di dalam RPJMN 2010-2014 Buku I Bab V – Kerangka Ekonomi Makro, pemerintah secara eksplisit menyebutkan pentingnya pembangunan ekonomi yang inklusif dan berkeadilan. Pembangunan ekonomi yang inklusif berarti menyertakan semua kelompok masyarakat dan golongan serta masyarakat yang berada di wilayah- wilayah terpencil dan terisolasi. Pembangunan yang inklusif dan berkeadilan tercermin pada proses perumusan kebijakan dan implementasinya, yaitu harus melibatkan para pemangku kepentingan untuk dapat berperan aktif dan bekerjasama dengan membangun konsensus pemihakan kepada masyarakat yang masih tertinggal. Kebijakan yang afirmatif harus dijalankan untuk mengatasi kesenjangan, ketertinggalan, dan kemiskinan yang masih mewarnai kehidupan sebagian besar bangsa Indonesia. Kesadaran mengenai pentingnya pembangunan inklusif timbul setelah melihat realitas bahwa pembangunan nasional telah menghasilkan pertumbuhan ekonomi growth yang cukup tinggi, tetapi tidak sepenuhnya dinikmati oleh kelompok miskin di pedesaan atau di daerah kumuh perkotaan. Meskipun ekonomi tumbuh pesat, jumlah masyarakat di bawah garis kemiskinan masih sangat besar. Beberapa indikator di bawah ini dapat menjelaskan hal tersebut: 1 Laju pertumbuhan PDB sektor pertanian tanaman bahan makanan, perkebunan, peternakan, perikanan, dan kehutanan pada periode KIB I mencapai rata-rata 3,7tahun, dan pada periode KIB II 3,4tahun. Dengan laju pertumbuhan tersebut, kontribusi PDB sektor pertanian terhadap PDB nasional pada KIB I dan KIB II masing-masing adalah rata- rata 13,9 dan 14,9 per tahun. 2 Kesenjangan ekonomi antar kelompok masyarakat masih sangat tinggi. Hal ini tercermin pada Gini Ratio yang pada 2012 mencapai 0,43, sebagai angka terburuk sejak zaman kemerdekaan. PDB per kapita nasional Indonesia mencapai US 3.563, yang berarti bahwa Indonesia sudah masuk ke peringkat negara berpendapatan menengah. Namun di balik itu, kesenjangan antara masyarakat kaya dan masyarakat miskin masih sangat lebar. Kemajuan capaian hasil-hasil pembangunan lambat, terutama pada rumah tangga marginal serta penduduk yang tinggal di daerah-daerah yang secara geografis tidak beruntung, di antaranya daerah Tertinggal, Terpencil, RPJM.indd 348 2112014 3:29:14 PM 349 Perbatasan galciltas, serta pulau-pulau dan pesisir. Rumah tangga yang tertinggal dari segala segi membutuhkan pembangunan inklusif. Jumlah penduduk miskin pada bulan Maret 2013, walaupun sudah berkurang, masih sangat besar, yaitu: daerah perdesaan 17,74 juta orang 14,32, daerah perkotaan 10,33 juta orang 8,39, atau total 28,07 juta orang 11,37. 3 Kesenjangan dan ketimpangan antar wilayah yang makin parah jika diukur dengan Indeks Williamson. Ketimpangan infrastruktur ekonomi dan kemajuan sumber daya manusia antara pulau Jawa dan luar pulau Jawa sangat jauh. Sulawesi, Nusa Tenggara, Maluku, dan Irian masih jauh tertinggal. Ketimpangan juga terlihat di dalam pulau-pulau utama. Di Sumatera, kemajuan pembangunan lebih terpusat pada daerah timur Sumatera dibandingkan dengan wilayah barat Sumatera. Demikian pula Kalimantan Timur jauh meninggalkan daerah-daerah Kalimantan lainnya. Daerah yang tertinggal dari segala segala aspek membutuhkan pembangunan inklusif. Beberapa tantangan ke depan yang berkaitan dengan pembangunan ekonomi termasuk pangan dan pertanian yang inklusif dan berkeadilan, antara lain adalah sebagai berikut: 1 Untuk mengembangkan pertumbuhan yang inklusif, ada beberapa hal penting yang perlu dilakukan pemerintah Indonesia, yaitu: a Pengembangan infrastruktur, yang menjamin konektivitas nasional dan membantu wilayah yang kurang berkembang untuk dapat menyusul wilayah yang sudah lebih maju, seperti Pulau Jawa; b Pendidikan universal dan akses terhadap kesehatan, yang keduanya merupakan kebutuhan dasar dari masyarakat; c Program penanggulangan kemiskinan, yang terdiri dari subsidi beras, pemberian dana tunai dan pembangunan lingkungan; d Proporsi alokasi anggaran pembangunan yang lebh besar untuk daerah- darrah tertinggal; dan e Pengembangan skema keuangan inklusif inclusive financial system , yaitu sistem keuangan yang membantu Usaha Kecil dan Menengah UKM untuk mendapatkan dana bantuan. Akibat dari krisis finansial Asia pada 1997-1998, pembangunan infrastruktur di Indonesia tidak mengalami banyak kemajuan, bahkan pemeliharaan infrastruktur kurang baik. Lambatnya pengembangan infrastruktur ini disebabkan oleh masalah pendanaan karena Indonesia belum sepenuhnya pulih dari dampak krisis ekonomi 1997-1998 tersebut. Pada 2005-2006, pemerintah Indonesia sebenarnya telah memperkenalkan kerangka regulasi dan insentif bagi pembangunan infrastruktur untuk menarik investasi, baik dari pemerintah maupun swasta. Namun berjalan lambat, antara lain karena masalah ganti rugi tanah. Karena itu, pemerintah perlu menyusun regulasi RPJM.indd 349 2112014 3:29:14 PM 350 pertanahan baru yang dapat membantu pemerintah dalam hal pengambilalihan tanah untuk kepentingan publik. 2 Sistem inovasi nasional yang dikembangkan di Indonesia selama ini dinilai belum sejalan dengan tujuan utama pembangunan nasional, yaitu meningkatkan kesejahteraan rakyat. Yang dimaksudkan dengan sistem inovasi nasional adalah sistem interaksi antara unsur kelembagaan iptek yang diarahkan untuk menghasilkan ilmu pengetahuan dan teknologi dalam lingkup nasional. Interaksi antar unsur tersebut secara keseluruhan bertujuan untuk mengembangkan, memproteksi, membiayai, atau meregulasi iptek baru untuk meningkatkan kualitas hidup masyarakat dan pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan. Namun implementasi konsep sistem inovasi nasional masih lebih ditekankan pada tujuan untuk mencapai pertumbuhan ekonomi tinggi yaitu untuk kepentingan sektor industri karena lebih signifikan di dalam memberikan kontribusi pertumbuhan ekonomi. Sebaliknya, inovasi yang diarahkan dalam bentuk teknologi tepat guna appropriate technology yang dibutuhkan oleh masyarakat lapisan bawah masih belum dikembangkan secara baik dan lebih diserahkan kepada mekanisme pasar. Kurangnya keberpihakan terhadap pengembangan inovasi untuk masyarakat kecil terlihat dalam pelaksanaan PNPM Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat yang secara masif dilaksanakan oleh pemerintah. Sukses pelaksanaan program tersebut lebih ditentukan oleh keberhasilan di dalam melakukan rekayasa sosial dan pengembangan kegiatan ekonomi, tetapi belum bertumpu pada inovasi teknologi. Seharusnya, kegiatan ini berfokus pada inovasi teknologi yang mampu menciptakan nilai tambah lebih tinggi, sehingga pendapatan dan kesejahteraan masyarakat kecil dapat ditingkatkan lebih cepat. Secara umum, unsur ilmu pengetahuan, teknologi dan inovasi belum banyak dilibatkan di dalam pembangunan inklusif. Karena itu, ke depan, pengembangan sistem inovasi nasional perlu dilaksanakan tidak hanya untuk mendukung pertumbuhan ekonomi industri, tetapi juga untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat kecil. Untuk itu diperlukan penguatan kelembagaan riset yang mampu menghasilkan teknologi tepat guna bagi masyarakat, dukungan sumber daya yang memadai untuk terciptanya teknologi tepat guna, dan jaringan yang mantap antar lembaga riset dan antara lembaga riset dengan pelaksana pembangunan inklusif. Di tingkat regional provinsi dan kabupatenkota, pemerintah telah mengembangkan konsep Sistem Inovasi Daerah SIDa yang merupakan turunan dari Sistem Inovasi Nasional SINas. Dalam kerangka SIDa yang ruang lingkupnya relatif lebih kecil, kedekatan antara unsur teknologi dan RPJM.indd 350 2112014 3:29:14 PM 351 proses pemberdayaan masyarakat secara inklusif lebih mudah dikembangkan. Tantangan yang dihadapi adalah bagaimana menciptakan jaringan yang erat antara unsur penyedia teknologi dan pengguna teknologi melalui peran fasilitatorpenyuluh di lapangan. Pembangunan Ekonomi yang Berkelanjutan Laporan WCED World Commission for Environment and Development 1987 berjudul ” Our Common Future ” mendefinisikan Pembangunan Berkelanjutan Sustainable Development sebagai “pembangunan yang memenuhi kebutuhan saat sekarang tanpa mengurangi kemampuan generasi di masa datang untuk memenuhi kebutuhannya”. Tiga pilar pembangunan berkelanjutan adalah ekonomi, sosial, dan lingkungan. Kemajuan tak bisa lagi dibaca secara konvensional kalau prinsip-prinsip pembangunan berkelanjutan tersebut tidak diterapkan secara benar. Namun paradigma lingkungan untuk waktu yang sangat lama belum masuk ke dalam perencanaan dan kebijakan ekonomi, baik di tingkat nasional maupun dunia. Pertumbuhan ekonomi menyisakan persoalan besar di bidang lingkungan dan sumber daya alam. Dengan kata lain, terjadi paradoks di dalam pertumbuhan ekonomi. Data Bank Dunia 2012 mencatat bahwa sekitar 13 miliar ha hutan hilang setiap tahun, konsumsi air naik 300 dalam 30 tahun terakhir, emisi karbon dioksida CO 2 meningkat, dan 85 ikan di laut dieksploitasi habis- habisan. Setiap tahun dibutuhkan USD 1 triliun untuk subsidi bahan bakar minyak. Karena itu, pertumbuhan ekonomi harus dihitung ulang dengan memasukkan nilai kerusakan lingkungan dan sumber daya alam sebagai akibat dari tindakan ekonomi. Terkait dengan hal tersebut diatas, Program PBB untuk Lingkungan UNEP bersama Program Dimensi Manusia Universitas PBB IHDP di Rio de Janeiro Brazil meluncurkan ukuran baru, yaitu Inclusive Wealth Index IWI atau Indeks Kekayaan Inklusif dalam KTT Rio+20 bulan Juni 2012. Laporan yang berjudul ” Inclusive Wealth Report 2012: Measuring Progress Toward Sustainability ” itu menegaskan bahwa pencapaian yang hakiki harus terfokus pada kesejahteraan manusia saat ini dan pada generasi mendatang. Survei dilakukan di 20 negara untuk menghitung ulang angka pertumbuhan ekonomi melalui valuasi layanan ekosistem bagi kesejahteraan manusia. Penghitungan itu menghadapkan angka pertumbuhan ekonomi dengan kerusakan lingkungan, yang dihitung dari menurunnya cakupan hutan, menipisnya sumber bahan bakar fosil dan cadangan RPJM.indd 351 2112014 3:29:15 PM 352 mineral, menyusutnya lahan pertanian dan situasi perikanan di perairan setiap negara. Laporan tersebut memperlihatkan bahwa pertukaran berbentuk kapital yang berbeda manufaktur, manusia, dan modal alam cenderung meningkatkan kerusakan sumber daya alam. Enam negara menunjukkan jejak tidak berkelanjutan, lima negara menunjukkan tingkat PDB dan Indeks Pembangunan Manusia yang positif, tetapi negatif dalam IWI. Dengan penghitungan ulang, pertumbuhan ekonomi China sebesar 422 selama 1990-2008 sebenarnya hanya 45 jika memperhitungkan kerusakan sumber daya alam. Demikian pula Brasil dari 31 tinggal 18, AS dari 37 tinggal 13, Afrika Selatan dari 24 menjadi -1 setelah penghitungan ulang. Antara tahun 1990 dan 2008, sumber daya alam per kapita turun 33 di Afrika Selatan, 25 di Brasil, 20 di AS, dan 17 di China. Di Indonesia, produksi pertanian terus meningkat, namun terjadi kerusakan lingkungan yaitu: a Di bagian hulu daerah airan sungai DAS dan siltasi di wilayah hilir karena kegiatan pertanian di bagian hulu sungai secara tidak rasional; b Terjadi pengerasan struktur tanah pertanian karena penggunaan pupuk nitrogen urea secara berlebihan di dalam waktu yang sangat lama untuk meningkatkan produktivitas pertanian; c Penebangan hutan secara liar untuk diambil kayunya dengan tujuan komersial atau untuk pembukaan lahan pertanian baru; dan d Penebangan hutan untuk pembukaan lahan perkebunan kelapa sawit. Khusus kelapa sawit di Indonesia, pembukaan kebun secara besar-besaran telah mendapat perhatian dan kritik paling keras di dunia internasional. Kritik tersebut dilontarkan karena pembukaan kebun kelapa sawit dilakukan melalui pembukaan hutan tropis. Kegiatan ini dipandang mengurangi dan merusak hutan tropis dunia sehingga berkontribusi positif pada pemanasan suhu bumi emisi gas rumah kaca dan punahnya sejumlah spesies tanaman dan binatang liar biodiversity . Hutan tropis di Indonesia dipandang merupakan aset dunia yang berfungsi sebagai paru-paru dunia. Neraca perdagangan Indonesia yang saat ini mengalami surplus bersumber dari ekspor perkebunan utamanya minyak sawitCPO dan pertambangan, tetapi pembangunan ke depan tidak akan bisa berkelanjutan sustainable jika satu-satunya cara untuk mempertahankan pertumbuhan dilakukan dengan mengeksploitasi secara berlebihan merusak sumber daya alam. RPJM.indd 352 2112014 3:29:15 PM 353 Di Indonesia, upaya memasukkan faktor kerusakan lingkungan dan eksploitasi berlebihan sumber daya alam ke dalam penghitungan PDB pernah dilakukan, tetapi sejak 2004 tidak pernah diperbarui. Dari hasil pengukuran yang pernah dilakukan diketahui bahwa kekayaan sumberdaya alam Indonesia sebenarnya sudah menipis. Jika pembangunan terus berjalan dengan prinsip BAU business as usual , maka Indonesia akan segera berada di ambang bahaya. Angka pertumbuhan PDB sebesar 6-7, bisa berubah menjadi negatif jauh di bawah 0, jika faktor kerusakan lingkungan dan eksploitasi berlebihan sumber daya alam diperhitungkan. Pemerintah Indonesia telah berupaya menyusun program perubahan iklim dengan target mengurangi emisi gas rumah kacakarbon CO 2 sebesar 40 dalam waktu 20-30 tahun ke depan, selain beberapa program lain seperti konservasi sumberdaya alam dan reboisasi hutan. Untuk memperbaiki struktur tanah sawah, pemerintah telah mengembankan teknologi SRI system of rice intensification di dalam program SLPTT Sekolah Lapangan Pengelolaan Tanaman Terpadu yang lebih mengedepankan penggunaan pupuk organik di dalam upaya pemulihan kesuburan lahan untuk meningkatkan produktivitas padi. Di dalam upaya efisiensi penggunaan air untuk pertanian, industri dan konsumsi, pemerintah telah melakukan pembangunan dan rehabilitasi jaringan irigasi waduk, bendungan, dan saluran, namun masih sangat terbatas karena kurangnya anggaran pemerintah sebagai akibat krisis ekonomi 19971998 yang masih terasa sampai sekarang. Untuk pengembangan perkebunan kelapa sawit, pemerintah menggunakan pendekatan ISPO Indonesian Sustainable Palm Oil System di dalam rangka peningkatan kualitas pengelolaan perkebunan kelapa sawit dan daya saing produk minyak sawit Indonesia di pasar dunia serta berpartisipasi di dalam penurunan gas rumah kaca. Melalui ISPO, dilakukan sertifikasi produk minyak sawit yang memenuhi standard internasional dari ISO International Standard Organization . Instrumen ini juga sangat penting untuk mendukung pengusulan kelapa sawit sebagai komoditas ramah lingkungan environmentally friendly commodity di dalam forum APEC dan fora global lainnya. Tantangan yang akan dihadapi sektor pertanian ke depan adalah bahwa kebutuhan pangan dalam negeri, kebutuhan bahan baku agroindustri dan air, akan terus meningkat sebagai akibat dari pertumbuhan jumlah penduduk dan pendapatan masyarakat. Pemerintah tidak boleh lagi menggunakan pendekatan konvensional di dalam memburu pertumbuhan ekonomi yang tinggi, tetapi harus memperhatikan kelestarian sumberdaya alam agar generasi-generasi yang akan RPJM.indd 353 2112014 3:29:15 PM 354 datang juga dapat menikmati pertumbuhan ekonomi termasuk pangan dan pertanian yang cukup untuk kelangsungan hidup mereka. Terkait dengan itu, maka pemerintah perlu melakukan: a Penghitungan kembali laju pertumbuhan ekonomi termasuk pangan dan pertanian dengan memasukkan faktor kerusakan sumberdaya alam dan lingkungan dengan menggunakan metode yang lebih baik dan sesuai untuk kondisi Indonesia tidak lagi menggunakan Marginal Private CostMPC tetapi Marginal Social CostMSC ; b Penguatan kerjasama pemerintah dengan swasta dan LSM; dan c Sinergi dan koherensi di dalam agenda pembangunan berkelanjutan di tingkat global melalui penguatan kelembagaan pembangunan berkelanjutan yang bersifat universal dan inter-governmental-high level political forum IHLPF serta penyusunan agenda dan strategi pembangunan pasca 2015. Permintaan Pangan Makin Beragam dan Berkualitas Permintaan terhadap komoditas pangan akan makin beragam dan berkualitas. Hal ini didorong oleh makin besarnya proporsi penduduk yang tinggal di daerah perkotaan dengan tingkat pendapatan, tingkat pendidikan dan paritisipasi wanita dalam pekerjaan yang makin tinggi. Konsumen menuntut komoditas pangan yang lebih bervariasi, lebih sehat, lebih aman dan lebih praktis untuk dikonsumsi. Karena itu, tantangannya di sektor hulu adalah bagaimana menyediakan komoditas pertanian yang lebih sehat, lebih bergizi dan lebih aman, sementara tantangan di sektor hilir adalah bagaimana memproses bahan baku pangan menjadi produk pangan olahan yang menarik, bergengsi, bergizi, sehat, tahan lama, dan berkarakter cepat saji. Untuk itu diperlukan inovasi di bidang teknologi budidaya pertanian dan teknologi pengolahan hasil pertanian untuk menghasilkan produk-produk pertanian sesuai dengan permintaan pasar domestik, pasar ASEAN dan pasar dunia. Sektor Pertanian Makin Kurang Menarik Bagi Kaum Muda Perdesaan Sektor pertanian, utamanya tanaman pangan, makin kurang menarik bagi kaum muda perdesaan karena citranya yang kurang bergengsi dan sulit dijadikan sebagai cara untuk memperbaiki tingkat kesejahteraan. Mereka lebih memilih bekerja di daerah perkotaan atau menjadi TKI diluar negeri Timur Tengah, Malaysia, Korea, Taiwan, dll dengan lingkungan kerja yang lebih bersih dan harapan yang besar untuk memperoleh pendapatan lebih tinggi. Hal ini akan menyebabkan terjadinya eksodus tenaga kerja muda dari perdesaan, sehingga yang tinggal adalah tenaga kerja berusia lanjut dengan produktivitas kerja yang RPJM.indd 354 2112014 3:29:15 PM 355 rendah. Tantangannya adalah peningkatan mekanisasi pertanian dengan mesin- mesin yang mudah bergerak mobile untuk mengolah tanah, menanam, memanen, dan pasca panen, yang sesuai dengan karakteristik wilayah dan komoditas pertanian yang diusahakan. Pertumbuhan Wilayah Metropolitan Indonesia telah menjadi salah satu negara dengan populasi urban terbesar di kawasan Asia Timur dan Pasifik. Pada tahun 2010, tercatat 49,8 penduduk Indonesia bermukim di wilayah perkotaan. Laju urbanisasi yang pesat membuka sejumlah peluang besar bagi pertumbuhan ekonomi di Indonesia. Jika dikelola dengan baik, urbanisasi berpotensi untuk meningkatkan produktivitas, membuka peluang-peluang di bidang ekonomi, serta dapat meningkatkan penghasilan penduduk perkotaan. Kebutuhan yang mendesak untuk pembangunan perkotaan adalah: a Perencanaan tata ruang dan prioritas investasi harus konsisten di tiap tingkat kepemerintahan pusat, vropinsi, dan kabupatenkota; b Strategi pembangunan perkotaan harus disesuaikan dengan besarnya kota yang bersangkutan; c Konektivitas antar kawasan metropolitan, antara kawasan perkotaan dan pedesaan, perlu diperbaiki karena kondisi geografis Indonesia yang beragam dan terbentang luas; dan d Untuk menyelaraskan perkembangan urbanisasi dengan Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia MP3EI, perencanaan pembangunan perlu difokuskan pada peningkatan efisiensi kawasan perkotaan dan usaha-usaha untuk memperoleh keuntungan dari urbanisasi. Strategi pembangunan tersebut akan lebih menguntungkan pertumbuhan kawasan perkotaan dibandingkan strategi yang berpusat pada pembangunan sentra-sentra pertumbuhan baru atau Zona Ekonomi Eksklusif ZEE. Koordinasi Pembangunan Pertanian Makin Lemah Di dalam perencanaan dan pelaksanaan pembangunan pertanian, koordinasi makin lemah, baik antara Pusat dan Daerah, antara provinsi dan kabupatenkota maupun antar subsektor di sektor pertanian sendiri, dan antar sektor. Hal ini disebabkan oleh otonomi daerah dan desentralisasi. Masing-masing daerah, subsektor di pertanian dan sektor membuat perencanaan sendiri-sendiri. Sementara itu, Bappenas tidak lagi diberi wewenang untuk membuat perencanaan dan pengawasan pelaksanaan pembangunan nasioanal. Hasil-hasil Musrenbang tidak sepenuhnya diikuti oleh semua pihak terkait. Tantangan ke depan adalah membuat semacam GBHN yang pernah dibuat pada Era Orde Baru untuk dijadikan sebagai pedoman perencanaan atau blueprint pembangunan nasional yang wajib RPJM.indd 355 2112014 3:29:15 PM 356 diikuti oleh semua pihak. BappenaspPerlu diperankan kembali untuk membuat perencanaan sekaligus pengawasan pelaksanaan pembangunan nasional sehingga pembangunan di masing-masing daerah tidak menyimpang dari koridorkesepakatan pembangunan nasional. RPJM.indd 356 2112014 3:29:16 PM 357

BAB IX PEMIKIRAN BARU DALAM RPJMN 2015-2019