Kebijakan Peningkatan Kesejahteraan Petani

321 Indikator lain yang mencerminkan keragaan kesejahteraan masyarakat dapat dinilai dari struktur pengeluaran rumahtangga. Terdapat indikasi semakin tinggi pendapatan kesejahteraan, semakin menurun proporsi pengeluaran untuk makanan, sementara proporsi untuk konsumsi barang bukan makanan cenderung meningkat. Data tahun 2002-2011 menunjukkan gambaran tersebut. Proporsi pengeluaran rumahtangga untuk makanan menurun dari 58,47 persen menjadi 49,45 persen atau turun sebesar 1,54 persentahun, sementara proporsi untuk bukan makanan meningkat dari 41,53 persen menjadi 50,55 persen atau meningkat sebesar 2,17 persentahun. Gambaran makro di atas juga ditunjang oleh data hasil penelitian primer. Proporsi pengeluaran untuk bahan makanan relatif paling besar, namun cenderung menurun sejalan dengan peningkatan pendapatan. Sementara proporsi pengeluaran untuk makanan jadi, perumahan, pendidikan-rekreasi serta transportasi-komunikasi menunjukan keragaman antar daerah.

7.7. Kebijakan Peningkatan Kesejahteraan Petani

Konsep NTP sebagai indikator kesejahteraan petani mengacu kepada kemampuan daya beli petani, yaitu kemampuan pendapatan yang diterima petani untuk dapat memenuhi memperbaiki kebutuhan konsumsinya. Sejalan dengan peningkatan daya beli petani tersebut, secara garis besar terkait dengan dua aspek penting kebijakan, yaitu: Pertama , kebijakan untuk meningkatkan sebesar besarnya pendapatan rumahtangga petani, dan Kedua, kebijakan untuk sedapat mungkin menekan biayapengeluaran rumahtangga petani. Kegiatan pembangunan yang berjalan telah meningkatkan pendapatan rumahtangga petani. Pendapatan rumahtangga petani meningkat dan pendapatan dari usahatani on-farm masih menunjukkan peran tersebar, namun dalam perkembangannya peran pendapatan dari non pertanian menunjukkan proporsi yang semakin meningkat. Peningkatan peran pendapatan dari non pertanian non-farm berkaitan dengan interaksi faktor tarikan terbukanya peluang kerja di non pertanian dan adanya faktor dorongan dari dalam kegiatan usaha pertanian. Pendapatan dari usahatani dinilai tidak dapat mencukupi tuntutan kebutuhan rumahtangga. Secara finansial analisis usahatani komoditas pertanian menghasilkan tingkat keuntungan cukup memadai, namun dengan skala usaha pertanian yang kecil tingkat pendapatan dari usaha pertanian tidak dapat mencukupi tuntutan kebutuhan rumahtangga. RPJM.indd 321 2112014 3:29:07 PM 322 Peningkatan lapangan kerja di luar bidang pertanian telah berdampak positif dalam diversifikasi lapangan kerja dan pendapatan rumahtangga petani. Terbukanya kesempatan kerja di non pertanian berarti juga adanya pengurangan beban tenaga kerja di sektor pertanian usahatani, dan hal ini berdampak positif dalam peningkatan produktfiitas kerja pertanian. Dengan penurunan beban tenaga kerja pertanian dimungkinkan diterapkannya teknologi teknologi yang lebih maju yang relatif lebih padat modal seperti dalam penerapan alsintan. Untuk itu pengembangan sektor di luar pertanian perlu terus didorong. Peningkatan nilai produksi usahatani terjadi terutama disebabkan oleh faktor peningkatan harga jual hasil produksi yang meningkat lebih tinggi dibandingkan peningkatan produktivitasnya. Peningkatan harga jual produk petani harga yang diterima petani dapat mengindikasikan adanya kelangkaan produksi. Adanya trade-off antara produksisuplai, harga di tingkat petani serta inflasi. Diperlukan kebijakan pengaturan harga yang merangsang petani akan dapat meningkatkan kesejahteraan petani NTP dan pengendalian inflasi. Hasil kajian juga menunjukkan peran produktivitas dalam peningkatan pendapatan petani masih relatif rendah. Dalam pandangan positif, ini berarti masih adanya peluang besar peningkatan pendapatan petani melalui peningkatan produktivitas usahatani. Peningkatan produktivitas usahatani dilakukan melalui perbaikan cara-cara budidaya, penerapan teknologi produksi dan teknologi pascapanen untuk menekan kehilangan hasil. Peningkatan produktivitas juga akan meningkatkan profitabilitas usaha komoditas pertanian terhadap nilai sewa lahan, upah buruh tani dan harga sarana produksi. Saat ini profitabilitas usahatani menurun akibat peningkatan lebih tinggi hargabiaya nilai sewa lahan, upah buruh tani, dan harga sarana produksi. Dengan keterbatasan yang dialami oleh petani kecil, maka untuk meningkatkan akses petani terhadap layanan usahatani tersebut perlu didukung pemerintah melalui pemberian subsidi input produksi benih, pupuk, pestisida, kredit bersubsidi, dan jaminan pasar dan harga jual produk yang dihasilkan. Selama ini kebijakan subsidi input produksi telah dilakukan pemerintah melalui pemberian bantuan dan subsidi harga benih, subsidi harga pupuk, pestisida, dan subsidi bunga kredit. Melalui mekanisme subsidi juga merupakan media dalam transfer teknologi baru. Dengan kondisi dasar skala usahatani skala pemilikan rumahtangga petani skala kecil, maka pola usahatani petani perlu dilakukan melalui pendekatan pengembangan usahatani terpadu dengan memaksimalkan pemanfaatan lahan yang terbatas. Dengan pola usahatani terpadu akan mengurangi resiko akibat kegagalan produksi dari suatu tanaman tertentu. RPJM.indd 322 2112014 3:29:07 PM 323 Pengembangan pola usahatani terpadu juga dinilai strategis sebagai langkah antisipasi kondisi anomali iklim yang semakin sulit diprediksi. Masalah dasar dari peningkatan kesejahteraan petani bersumber dari pola pemilikan lahan yang kecil. Dua aspek penting berkaitan dengan akses petani terhadap lahan, yaitu: a Ketersediaan lahan pertanian, berkaitan dengan penurunan luas lahan produktif akibat konversi lahan, degradasi sumberdaya lahan, air dan lingkungan, dan b Pola pemilikan dan penggarapan lahan mengarah kepada semakin meningkatnya petani gurem dan petani penggarap, dan tanah absentee. Aspek lain yang berkaitan dengan kegiatan produksi dan peningkatan pendapatan petani adalah penyediaan infrastruktur. Infrastruktur seperti sarana jalan, pengairan dan drainase, listrik, farm road , dan telekomunikasi merupakan prasarana yang sangat dibutuhkan dalam pembangunan agribisnis. Keterbatasan infrastruktur pertanian sering menjadi kendala bagi pengembangan agribisnis. Penerapan inovasi teknologi sering terhambat karena tidak tersedianya infrastruktur penyediaan input produksi, jaringan informasi atau infrastruktur pemasaran hasil. Kebijakan infrastruktur tidak hanya dibutuhkan untuk mendukung usaha agribisnis yang sudah ada, tetapi juga merangsang tumbuhnya usaha-usaha baru yang dibutuhkan dalam pembangunan sistem dan usaha agribisnis. Aspek lain dari peningkatan daya beli petani adalah pengurangan beban pengeluaran rumahtangga. Terdapat hubungan negatif antara pengeluaran petani terhadap NTP, sehingga upaya peningkatan NTP dapat dilakukan melalui penurunan hargabiaya dari unsur HB, yaitu meliputi harga-harga produk yang dikonsumsi yang mencakup produk bahan makanan, produk makanan, biaya sandang, biaya perumahan, biaya pendidikan, biaya kesehatan, biaya transportasi dan komunikasi, dan hargabiaya sarana produksi dan barang modal yang mencakup hargabiaya pembelian bibit, pupuk-obat, sewa lahan, tansportasi, dan penambahan barang modal. Dalam peningkatan kesejahteraan rakyat dan pengentasan kemiskinan, pemerintah telah melakukan beberapa langkah yang searah dengan penekahan HB, baik yang berkaitan dengan penekanan harga KRT maupun harga BPPBM. Berkaitan dengan pengurangan beban KRT pemerintah telah melakukan intervensi antara lain: a pemberian bantuan raskin beras untuk orang miskin yang secara langsung menekan pengeluaran rumahtangga untuk bahan pangan, b penekanan biaya pendidikan melalui subsidi Program Wajib Belajar Sembilan Tahun dan Bantuan Operasional SekolahBOS, c penekanan biaya kesehatan, RPJM.indd 323 2112014 3:29:07 PM 324 dalam bentuk Jaminan Kesehatan Masyarakat Jamkesmas, jaminan kesehatan, jaminan kecelakaan kerja, jaminan hari tua, jaminan pensiun, jaminan persalinan dan jaminan kematian, d program rumah murah, angkutan umum murah, air bersih dan listrik dan lainnya. Berkaitan dengan pengurangan biaya produksi, pemerintah telah memberikan subsidi sarana produksi untuk benih dan pupuk, dan subsidi bunga kredit. Kebijakan yang bersifat pro rakyat dalam rangka pengurangan kemiskinan dan peningkatan kesejahteraan rakyat ini sebagian besar sangat relevan dalam rangka peningkatan kesejahteraan petani. RPJM.indd 324 2112014 3:29:07 PM 325

BAB VIII TANTANGAN BARU