62
w Materi dan metode penyuluhan pertanian belum sepenuhnya mendukung pengembangan agribisnis komoditas unggulan di daerah karena kurangnya
dukungan informasi dan keterbatasan sumberdaya. Kondisi ini menyebabkan dinas-dinas lingkup pertanian merasa tidak mendapatkan dukungan kegiatan
penyuluhan pertanian.
x Sulit mendapatkan informasi dan teknologi yang sesuai dengan kebutuhan spesifik lokasi karena terbatasnya kemampuan penyuluh pertanian untuk
mengakses sumber-sumber informasi dan teknologi. Kondisi ini menyebabkan kurang berkembangnya pengetahuan, kemampuan dan
wawasan penyuluh pertanian untuk menyediakan materi penyuluhan yang dibutuhkan petani.
y Terbatasnya sarana dan prasarana yang dimiliki penyuluh pertanian di dalam melaksanakan tugas dan fungsinya. Kondisi ini menyebabkan
rendahnya mobilitas penyuluh pertanian dan kurang optimalnya pelayanan terhadap petani.
z Pembiayaan penyuluhan pertanian yang bersumber dari Pemerintah Pusat, Provinsi dan KabupatenKota, baik melalui dana dekonsentrasi, dana alokasi
umum DAU, dan APBD maupun kontribusi dari petani dan swasta, masih sangat terbatas. Kondisi ini menyebabkan penyelenggaraan penyuluhan
pertanian tidak optimal, yang pada gilirannya akan menghambat pelaksanaan program
3.4. Pembiayaan Pertanian
Untuk mengatasi keterbatasan permodalan dan lemahnya kelembagaan petani pemerintah melalui Kementerian Pertanian mengembangkan fasilitas
pembiayaan dalam bentuk skim kredit program dengan subsidi bunga dan penjaminan, serta melaksanakan kegiatan pemberdayaan petani. Skim kredit
program yang telah dikembangkan adalah Kredit Ketahanan Pangan KKP yang kemudian berubah menjadi Kredit Ketahanan Pangan dan Energi KKP-E, Kredit
Pengembangan Energi Nabati dan Revitalisasi Perkebunan KPEN-RP, Kredit Usaha Pembibitan Sapi KUPS, dan Kredit Usaha Rakyat KUR. KKP-E, KPEN-RP,
KUPS adalah skim kredit program dengan subsidi bunga, sementara KUR adalah skim kredit program dengan penjaminan. Dana kredit sepenuhnya berasal dari
Bank Pelaksana Kementan, 2012. Pada Uraian selanjutnya, antara lain akan diuraikan terkait kredit pembiayaan Kredit Ketahanan Pangan dan Energi KKP-E,
Kredit Pengembangan Energi Nabati dan Revitalisasi Perkebunan KPEN-RP, dan Kredit Usaha Pembibitan Sapi KUPS.
RPJM.indd 62 2112014 3:28:14 PM
63
Kredit Ketahanan Pangan dan Energi KPP-E
Dalam rangka mendukung Program Ketahanan Pangan dan Program Pengembangan Bahan Baku Bahan Bakar Nabati, diperlukan pendanaan yang
mengedepankan peran perbankan nasional dengan subsidi bunga dari Pemerintah. Selain itu, agar penyediaan, penyaluran dan pertanggungjawaban pendanaan
Kredit Ketahanan Pangan dapat berjalan secara tertib, terkendali, efektif, dan efisien, perlu diciptakan suatu skim dan mekanisme kredit yang terpadu.
Sejak diberlakukannya UU No. 23 Tahun 1999 tentang Bank Indonesia maka tidak tersedia lagi sumber dana dari KLBI, oleh karena itu mulai tahun 2000 telah
diluncurkan Skim Kredit Ketahanan Pangan KKP yang sumber dananya berasal dari Perbankan dengan subsidi suku bunga bagi petani dan peternak yang
disediakan oleh pemerintah. Dalam perkembangannya KKP mengalami penyesuaian dari tahun ke tahun, mulai Oktober 2007 KKP disempurnakan
menjadi KKP-E Kredit Ketahanan Pangan dan Energi. Hal ini mengadopsi upaya mengurangi ketergantungan energi berbahan baku fosil dan perkembangan
teknologi energi dikembangkan energi lain yang berbasis sumber energi nabati. Energi alternatif dimaksud disini berbasis ubi kayu dan tebu yang diintegrasikan
dengan Skim KKP yang telah ada sehingga berubah menjadi Skim Kredit Ketahanan Pangan dan Energi KKP-E.
Kredit Ketahanan Pangan dan Energi KKP-E berjalan sejak keluarnya Peraturan Menteri Keuangan Nomor 79PMK.052007 tanggal 17 Juli 2007 tentang
KKP-E sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 48PMK.052009 tentang Perubahan Pertama Peraturan Menteri Keuangan Nomor
79PMK.052007 tanggal 17 Juli 2007 tentang KKP-E dan terakhir kali diubah dengan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 198PMK.052010 tanggal 23
November 2010. Pendanaan KKP-E berasal dari Bank Pelaksana yang ditunjuk oleh Menteri Keuangan atas dasar permohonan bank yang bersangkutan, yang
kemudian diatur dalam Perjanjian Kerjasama Pendanaan PKP antara Pemerintah dan Bank Pelaksana KKP-E. Risiko KKP-E ditanggung Bank Pelaksana, kecuali skim
intensifikasi padi, jagung dan kedelai sebagian dapat dijaminkan ke lembaga penjamin yang didukung oleh Pemerintah. Risiko KKP-E ditanggung sepenuhnya
oleh Bank Pelaksana, kecuali untuk skim intensifikasi padijagungkedelai, skim hortikultura ubi kayu dan ubi jalar serta skim peternakan khususnya sapi,
sebagian risiko bank pelaksana dapat ditanggung secara bersama-sama oleh lembaga penjamin dan pemerintah.
KKP-E merupakan skim kredit yang ditetapkan Pemerintah dengan pola penyaluran
executing
. Untuk kelancaran pelaksanaan KKP-E penyaluran dan pengembaliannya dapat berjalan dengan baik di tingkat lapangan perlu disusun
RPJM.indd 63 2112014 3:28:14 PM
64
Pedoman Teknis Skim Kredit Ketahanan Pangan dan Energi yang disempurnakan sesuai dengan perkembangan dan kebutuhan. Kredit Ketahanan Pangan dan
Energi KKP-E adalah jenis kredit investasi dan atau modal kerja yang diberikan oleh Bank Pelaksana kepada petanipeternak melalui kelompok tani atau koperasi.
Pola penyaluran kredit yang digunakan KKP-E adalah
executing
dengan sumber pendanaan 100 berasal dari bank sehingga resikonya ditanggung oleh
perbankan. Tujuan pemberian KKP-E adalah: 1 Memberikan acuan bagi pemangku
kepentingan di pusat dan daerah dalam pelaksanaan penyaluran dan pengembalian KKP-E; 2 Mengoptimalkan pemanfaatan dana kredit yang
disediakan oleh perbankan untuk petanipeternakpekebun yang memerlukan pembiayaan usahanya secara efektif, efisien dan berkelanjutan; 3 Mendukung
peningkatan produksi dalam peningkatan ketahanan pangan nasional dan ketahanan energi lain melalui pengembangan tanaman bahan baku bahan bakar
nabati. Adapun Sasaran KKP-E adalah: 1 Terlaksananya penyaluran KKP-E kepada petanipeternakpekebun dan pengembalian kredit tepat waktu; 2
Terpenuhinya modal bagi petanipeternakpekebun dalam melaksanakan usaha taninya; dan 3 Meningkatnya penerapan teknologi anjuran bagi petanipeternak
pekebun yang memanfaatkan kredit.
Plafon KKP-E per Bank Pelaksana per Kelompok Kegiatan ditetapkan oleh Menteri Keuangan dengan mempertimbangkan Program Kementerian Teknis,
Komitmen Pendanaan Bank Pelaksana, Alokasi Subsidi Bunga dalam APBN, dan pendapat Komite Kebijakan. Peserta KKP-E adalah
PetaniPeternakPekebunNelayan dan Pembudidaya Ikan yang tergabung ke dalam KelompokKoperasi secara mandiri atau bekerjasama dengan Mitra Usaha.
Calon Peserta KKP-E mengajukan KKP-E kepada Bank Pelaksana dengan dilampiri Rencana Definitif Kebutuhan Kelompok RDKK yang telah disetujui Dinas terkait,
diseleksi dan ditetapkan sebagai Peserta KKP-E oleh Bank Pelaksana.
Bank Pelaksana KKP-E meliputi 22 Bank yaitu 9 Bank Umum: Bank BRI, Mandiri, BNI, Bukopin, CIMB Niaga, Agroniaga, BCA, BII, dan Artha Graha serta 13
Bank Pembangunan Daerah BPD yaitu : BPD Sumatera Utara, Sumatera Barat, Sumatera Selatan, Jawa Barat, Jawa Tengah, DI Yogyakarta, Jawa Timur, Bali,
Sulawesi Selatan, Kalimantan Selatan, Papua, Riau dan Nusa Tenggara Barat. Plafon KKP-E tahun 2011 secara nasional sebesar Rp. 8,806 trilyun yang meliputi
untuk sub sektor tanaman pangan: Rp. 2,730 trilyun, hortikultura: Rp. 725,330 miliar, perkebunan tebu Rp. 2,993 trilyun, peternakan : Rp. 2,046 trilyun dan
pengadaan pangan: Rp. 310,830 miliar. Besaran tingkat bunga bank, tingkat bunga kepada peserta KKP-E dan subsidi bunga ditunjukkan pada Tabel 11.
RPJM.indd 64 2112014 3:28:14 PM
65
Sumber Dana dan Risiko Kredit adalah: 1 Sumber dana KKP-E berasal dari Bank Pelaksana; 2 Risiko KKP-E ditanggung sepenuhnya oleh Bank Pelaksana;
3 Peran pemerintah antara lain menyediakan subsidi suku bunga dan
risk sharing
untuk komoditas padi, jagung dan kedelai; dan 4 Keputusan akhir kredit ada pada bank mengingat resiko kredit sepenuhnya ditanggung bank.
Tabel 3.11. Tingkat Bunga Bank, Tingkat Bunga Peserta KKP-E dan Subsidi Bunga. Uraian
Tingkat Bunga Bank
Tingkat Bunga kepada Peserta
Subsidi Bunga
KKP-E Tebu KKP-E Lainnya
12,25 13,25
7 5,25
5,25 8,25
Keterangan: Ketentuan tingkat bunga tersebut mulai berlaku tanggal 1 Oktober 2011 sd 31 Maret 2012.
KKP-E digunakan antara lain oleh petani dalam rangka pengembangan tanaman padi, jagung, kedelai, ubi kayu, ubi jalar, kacang tanah, kacang hijau,
koro danatau perbenihan padi, jagung danatau kedelai. Adapun persyaratan petani penerima KKP-E, adalah sebagai berikut Ditjen PSP, 2012: 1
Petanipeternakpekebun mempunyai identitas diri; 2 Petanipeternakpekebun dapat secara individu dan atau menjadi anggota Kelompok Tani; 3 Menggarap
sendiri lahannya petani pemilik penggarap atau menggarap lahan orang lain petani penggarap; 4 Apabila menggarap lahan orang lain diperlukan surat
kuasa keterangan dari pemilik lahan yang diketahui oleh Kepala Desa; 5 Luas lahan petani yang dibiayai maksimum 4 empat Ha dan tidak melebihi plafon
kredit Rp. 100 juta per petani peternak pekebun; 6 Bagi petanipeternakpekebun yang mengajukan plafon kredit lebih dari Rp. 50 juta
harus memiliki Nomor Pokok Wajib Pajak NPWP dan persyaratan lain sesuai ketentuan Bank Pelaksana; 7 Petani peserta paling kurang berumur 21 dua
puluh satu tahun atau sudah menikah; dan 8 Bersedia mengikuti petunjuk Dinas Teknis atau Penyuluh Pertanian dan mematuhi ketentuan-ketentuan sebagai
peserta KKP-E.
Sementara persyaratan Kelompok Tani penerima KKP-E adalah sebagai berikut: 1 Kegiatan usaha kelompok dapat dilakukan secaramandiri dan atau
bekerjasama dengan mitra usaha, dan apabila kelompok tani bekerjasama dengan Mitra Usaha perlu membuat kesepatan secara tertulis dalam bentuk perjanjian
kerjasama antara pihak-pihak yang bermitra; 2 Kelompok tani telah terdaftar pada Balai Penyuluhan PertanianDinas Teknis terkait setempat; 3 Mempunyai
anggota yang melaksanakan budidaya komoditas yang dapat dibiayai KKP-E; 4
RPJM.indd 65 2112014 3:28:14 PM
66
Mempunyai organisasi dengan pengurus yang aktif, paling kurang ketua, sekretaris dan bendahara; dan 5 Mempunyai aturan kelompok yang disepakati
oleh seluruh anggota.
Persyaratan Koperasi penerima KKP-E adalah sebagai berikut : 1 Berbadan hukum; 2 Mempunyai pengurus yang aktif; 3 Memenuhi persyaratan
dari Bank Pelaksana; 4 Mempunyai anggota yang terdiri dari petanipeternakpekebun; dan 5 Mempunyai bidang usaha di sektor pertanian.
Pada program KKP-E, Kewajiban Petani penerima adalah: 1 Petanipeternak pekebun yang mengajukan kredit secara individu perlu
menyusun rencana kebutuhan usahanya yang disahkan oleh pejabat yang diberi kuasa oleh dinas teknis setempatpenyuluh pertanian; 2
Petanipeternakpekebun yang menjadi anggota kelompok tani, menghadiri musyawarah Kelompok Tani dalam penyusunan RDKK untuk mengajukan
kebutuhan kredit dalam musyawarah Kelompok Tani; 3 Menandatangani RDKK sekaligus sebagai pemohon kebutuhan KKP-E; 4 Menandatangani daftar
penerimaan kredit dari pengurus Kelompok Tani; 5 Memanfaatkan KKP-E sesuai peruntukan dengan menerapkan anjuran teknologi budidaya dari dinas teknis; dan
6 Membayar kewajiban pengembalian KKP-E sesuai jadwal.
Kewajiban Kelompok Tani penerima KKP-E adalah: 1 Menyediakan formulir RDKK; 2 Menyeleksi petani anggotanya calon penerima KKP-E; 3 Menyusun
RDKK bersama anggotanya dan disahkan oleh pejabat yang diberi kuasa oleh Dinas Teknis setempat Penyuluh Pertanian; 4 Permohonan KKP-E yang
dilakukan secara mandiri, RDKK yang sudah disahkan langsung diajukan kredit kepada Bank Pelaksana berdasarkan kuasa dari anggota kelompok; 5 Bagi
kelompok tani yang mengajukan langsung kredit langsung ke Bank, kelompok tani menandatangani akad kredit dengan Bank Pelaksana; 6 Menerima dan
menyalurkan kredit kepada anggota kelompok; 7 Melaksanakan administrasi kredit sesuai dengan ketentuan yang berlaku; 8 Mengawasi penggunaan kredit
oleh anggota kelompok; dan 9 Melakukan penagihan kepada anggota kelompok dan menyetorkan pengembalian sesuai jadwal yang ditetapkan, serta bertanggung
jawab penuh atas pelunasan kredit petani kepada Bank Pelaksana.
Kewajiban Koperasi penerima KKP-E adalah : 1 Menyeleksi kelompok tani anggota koperasi sebagai calon peserta KKP-E; 2 Memeriksa kebenaran RDKK
yang diajukan oleh Kelompok Tani; 3 Menyusun dan menandatangani rekapitulasi RDKK berdasarkan RDKK yang diajukan Kelompok Tani; 4 Pengurus
Koperasi mengajukan permohonan KKP-E langsung kepada Bank Pelaksana dan dilampiri rekapitulasi RDKK yang telah disahkan pejabat yang diberi kuasa oleh
Dinas Teknis setempatPenyuluh Pertanian; 5 Menandatangani akad kredit
RPJM.indd 66 2112014 3:28:14 PM
67
dengan Bank Pelaksana; 6 Menerima dan menyalurkan KKP-E dari Bank Pelaksana kepada anggotanya melalui Kelompok Tani; 6 Melaksanakan
administrasi kredit sesuai dengan pedoman dan peraturan yang ditetapkan oleh Bank Pelaksana; 7 Mengawasi penggunaan kredit petanikelompok tani
anggotanya; 8 Melakukan penagihan kepada kelompok tani dan menyetorkan pengembalian sesuai dengan jadwal yang ditetapkan, serta bertanggung jawab
penuh atas pelunasan kredit petani kepada Bank Pelaksana; 9 Memberikan bukti pelunasan kredit dari Bank kepada Kelompok Tani; dan 10 Dalam hal koperasi
sebagai penerima kredit pengadaan pangan, koperasi mengajukan dan menandatangani akad kredit dengan Bank Pelaksana dan mengembalikan kredit
sesuai jadwal.
Kebutuhan Indikatif KKP-E maksimal, khususnya untuk komoditas tanaman pangan per ha, yaitu padi sawah irigasi Rp. 8,637 juta, padi gogo rancahladang
Rp. 11,110 juta, padi hibrida Rp. 9,200 juta, jagung Rp. 7,265 juta, kedelai Rp. 6,010 juta, ubi kayu Rp. 5,992 juta, ubi jalar Rp. 8,840 juta, kacang tanah Rp.
7,637 juta, kacang hijau Rp. 5,040 juta, koro Rp. 5,830 juta, perbenihan padi Rp. 9,875 juta, padi hibrida Rp. 26,880 juta, jagung Rp. 8,675 juta dan kedelai Rp.
6,945 juta.
Sementara besarnya KKP-E untuk kelompok tani, gabungan kelompok tani dan koperasi dalam rangka pengadaan pangan gabah, jagung dan kedelai
setinggi-tingginya adalah Rp. 500 juta. Adapun besarnya KKP-E untuk kelompok tani dalam rangka pengadaanperemajaan alat dan mesin pertanian untuk
mendukung usaha tanaman pangan, hortikultura, peternakan dan perkebunan setinggi-tingginya adalah Rp. 500 juta.
Prosedur pencairan dan pengembalian KKP-E adalah sebagai berikut: Prosedur awal pengajuan permohonan KKP-E sama untuk semua kegiatan usaha,
yang dilaksanakan oleh petanipeternakpekebun secara individu, kelompoktani secara mandiri dan yang bekerjasama dengan mitra usaha yaitu
petanipeternakpekebun, kelompoktanikoperasi yang membutuhkan pembiayaan KKP-E melakukan melakukan penyusunan Rencana Kebutuhan Usaha RKU
sebagai dasar perencanaan kebutuhan KKP-E, dengan memperhatikan kebutuhan indikatif yang telah ditetapkan Ditjen PSP, 2011.
Secara nasional, berdasarkan data realisasi KKP-E untuk pembangan tanaman pangan utama nasional sampai Desember 2011 telah mencapai Rp 1,08
trilyun atau sekitar 60 dari plafon KKP-E. Realisasi KKPE terbesar berada di Provinsi Jawa Barat yaitu sebesar Rp 27,38 miliar, kemudian disusul oleh Provinsi
Jawa Timur Rp 231,30 miliar, Kalsel Rp 80,78 miliar dan Sulsel Rp 73,63 miliar. Secara rinci realisasi KKP-E secara nasional disajikan pada Tabel 12.
RPJM.indd 67 2112014 3:28:14 PM
68
Pada tahun 2012 pemerintah menyediakan kredit untuk petani sebesar Rp 368,1 miliar, yang terdiri dari Kredit Ketahanan Pangan dan Energi KKP-E
sebesar Rp 274,8 miliar dan Kredit Pengembangan Energi Nabati dan Revitalisasi Perkebunan KPEN-RP sebesar Rp 93,3 miliar Detikfinance, Februari 2012.
Tabel 3.12. Realisasi KKP-E Pengembangan dan Pengadaan Pangan Padi, Jagung, Kedelai per Provinsi Kumulatif per Desember 2011 Rp Juta
No Provinsi
Pengembangan Padi, Jagung,
Kedelai Pengadaan Pangan
Gabah, Jagung, Kedelai
Total KKP-E 1
NAD 714
1.824 2.642
2 Sumut
81.630 8.079
53.038 3
Sumbar 5.781
110 34.884
4 Riau
62 5.368
5 Jambi
497 100
597 6
Sumsel 19.712
3.013 52.052
7 Bengkulu
3.598 25.452
8 Lampung
77.375 1.193
792.514 9
DKI 738
225 1.789
10 Jabar
271.509 20.381
1.377.854 11
Jateng 84.897
40.504 3.137.403
12 DIY
34.501 11.810
529.765 13
Jatim 231.298
39.960 6.000.859
14 Bali
56.906 24.306
573.598 15
NTB 17.256
525 118.914
16 NTT
2.427 357
11.307 17
Kalbar 52
145 6.472
18 Kalteng
509 1.644
29.410 19
Kalsel 80.777
3.975 126.501
20 Kaltim
1.814 8.046
21 Sulut
1.047 1.753
22 Sulteng
4.993 1.125
23 Sulsel
73.626 272.161
24 Sultra
1.039 6.434
25 Maluku
190 1.405
240 26
Papua 25.654
45.112 27
Banten 1.772
28 Babel
RPJM.indd 68 2112014 3:28:15 PM
69
No Provinsi
Pengembangan Padi, Jagung,
Kedelai Pengadaan Pangan
Gabah, Jagung, Kedelai
Total KKP-E 29
Gorontalo 4.643
21.043 30
Sulbar 129
3.928 31
Maluku Utara 32
Papua Barat 33
Kep Riau Total
1.078.381 164.549
13.242.033 Plafon
1.796.830 310.830
8.753.912 thd Plafon
60,02 52,94
151,27 Sumber: Ditjen PSP 2012.
Sampai dengan tahun 2012, plafon dan realisasi KKP-E per komoditas adalah sebagai berikut: 1 Pada sub sektor tanaman pangan padi, jagung, dan
kedelai, jumlah plafon yang tersedia sebesar Rp 1,3 trilyun dan terealisasi sebesar Rp 601 miliar; 2 Pada sub sektor perkebunan tebu, dari Rp 2,9 trilyun komitmen
dana yang diberikan, baru terserap Rp 1,7 trilyun.
Meski skim kredit berupa pola subsidi bunga, sejumlah dilema juga menjadi perhatian pemerintah. Dana KKP-E 100 bersumber dari perbankan, sementara
sektor pertanian dianggap perbankan sebagai usaha yang mempunyai risiko tinggi berupa gangguan iklim, hama, penyakit, musiman, harga, dan pasar, sehingga
bank memilih menyalurkan kredit pada usaha yang risikonya lebih rendah. Selain itu, banyak petani yang tidak memiliki agunan.
Menurut Arifin 2012, rendahnya realisasi kredit program selain KUR disebabkan oleh kurang siapnya debitur kredit program petani, kendala
sertifikasi lahan pada kredit yang mensyaratkan agunan lahan, dan lambatnya terkait birokarasi berupa rekomendasi dari instansi teknis terkait. Secara umum,
rendahnya realisasi kredit program di sektor pertanian dapat disebabkan oleh:
1 Risiko default kredit di sektor pertanian sangat tinggi sebab sangat dipengaruhi oleh faktor alam yang tidak menentu. Hal ini menyebabkan
banyak bank menghindari sektor ini. Selain itu, banyak sektor lain yang risikonya tidak terlalu tinggi yang masih membutuhkan kredit, seperti sektor
perdagangan atau kredit konsumsi.
2 Keterbatasan jumlah kantor cabang bank yang ada saat ini. Seringkali lokasi petani terlalu jauh dari lokasi bank yang menyebabkan biaya tinggi bagi
perbankan dalam hal penyaluran dan pemantauan kredit.
RPJM.indd 69 2112014 3:28:15 PM
70
3 Petani tidak mengerti dan tidak berani takut berhutang untuk melakukan proses pengambilan kredit ke perbankan.
4 Proses kredit yang lama dan rumit membuat petani lebih suka meminjam kepada pihak lain selain perbankan seperti keluarga, tengkulak, atau lainnya
walaupun bunganya lebih tinggi. 5 Petani tidak memiliki agunan.
Kredit Pengembangan Energi Nabati dan Revitalisasi Perkebunan KPEN-RP
Sesuai dengan Instruksi Presiden Nomor 1 Tahun 2006, Pemerintah telah mencanangkan program pengembangan tanaman bahan baku bahan bakar
nabati. Dalam rangka mempercepat pertumbuhan sektor riil melalui pengembangan perkebunan, Menteri Pertanian telah menetapkan Peraturan
Menteri Pertanian No. 33PermentanOT. 14072006 tentang Pengembangan Perkebunan Melalui Program Revitalisasi Perkebunan. Pelaksanaan program
pengembangan tanaman bahan baku bahan bakar nabati dan revitalisasi perkebunan didukung pendanaan yang mengedepankan perbankan nasional.
Berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam butir 1 dan 2, Menteri Keuangan menerbitkan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 117PMK.062006
tanggal 30 Nopember 2006 tentang Kredit Pengembangan Energi Nabati dan Revitalisasi Perkebunan KPEN-RP.
Pengembangan perkebunan yang dapat didanai melalui KPEN-RP meliputi perluasan, rehabilitasi, dan peremajaan tanaman kelapa sawit, karet, dan kakao.
KPEN-RP diberikan langsung kepada Petani Peserta atau melalui Mitra Usaha. Menteri Keuangan c.q. Direktur Jenderal Perbendaharaan menunjuk Bank
Pelaksana berdasarkan permohonan bank yang bersangkutan. Antara Menteri Keuangan c.q. Direktur Jenderal Perbendaharaan dan Bank Pelaksana dibuat
Perjanjian Kerjasama Pendanaan.
Tingkat bunga KPEN-RP ditetapkan sebesar tingkat bunga pasar yang berlaku untuk kredit sejenis dengan ketentuan setinggi-tingginya sebesar suku
bunga penjaminan simpanan pada Bank Umum yang ditetapkan oleh Lembaga Penjamin Simpanan ditambah 5. Menteri Keuangan menetapkan bagian tingkat
bunga KPEN-RP yang dibebankan kepada Petani Peserta atas usul Menteri Pertanian, setelah mendengar pendapat Komite Kebijakan atas hasil kajian Komite
Teknis. Subsidi bunga atas KPEN-RP diberikan sebesar selisih antara tingkat bunga KPEN-RP.
RPJM.indd 70 2112014 3:28:15 PM
71
Tingkat bunga KPEN-RP ditinjau dan ditetapkan kembali setiap 6 enam bulan pada tanggal 1 April dan 1 Oktober berdasarkan kesepakatan bersama
antara Pemerintah dan Bank setelah mendengar pendapat Komite Kebijakan atas hasil kajian Komite Teknis. Subsidi bunga dibayarkan setiap 3 bulan berdasarkan
data penyaluran yang disampaikan Bank Pelaksana. Pemerintah memberikan Subsidi Bunga selama masa pengembangan. Masa pengembangan perkebunan
yaitu maksimal selama 5 lima tahun untuk kelapa sawit dan kakao, sedangkan untuk karet maksimal selama 7 tujuh tahun. Risiko KPEN-RP ditanggung
sepenuhnya oleh Bank Pelaksana, danatau bersama dengan Mitra Usaha, danatau bersama dengan lembaga penjamin kredit, atas kesepakatan bersama.
Pendanaan KKP-E berasal dari Bank Pelaksana sebanyak 17 bank yang menyediakan alokasi kredit KPEN-RP dengan plafon total sebesar Rp.38,61 triliun
posisi per 28 Februari 2013. Sampai dengan posisi Februari 2013 telah Akad Kredit sebesar Rp. 7,32 trilyun atau 18,97 dari total plafon. Subsidi Bunga
KPEN-RP yang telah dibayarkan T.A 2012 adalah Rp 76,99 miliar 87,40 dari alokasi sebesar Rp 88,09 miliar anggaran subsidi bunga KPEN-RP sebesar Rp
80,313 miliar.
Plafon Peserta KPEN-RP per individu maksimum seluas 4 ha dengan nominal yang disesuaikan dengan peraturan Ditjen Perkebunan, Kementerian Keuangan.
Untuk mengetahui kebenaran perhitungan subsidi bunga KPEN-RP yang telah dibayarkan kepada Bank Pelaksana, perlu dilakukan verifikasi terhadap
pembayaran subsidi bunga KPEN-RP sebagaimana ketentuan Perjanjian Kerjasama antara Pemerintah dan Bank Pelaksana KKP-E dan Prinsip Pengelolaan Keuangan
Negara.
Realisasi penyaluran KPEN-RP masih sangat rendah. Hal ini disebabkan oleh berbagai macam kendala pada proses penyaluran kredit kepada peserta KPEN-RP.
Salah satu permasalahan yang sering muncul adalah kurangnya sertifikasi lahan sebagai bahan agunan.
Kredit Usaha Pembibitan Sapi KUPS
Berdasarkan surat Menteri Keuangan RI No. 258KU.300M102008 tanggal 21 Oktober 2008, diputuskan dalam rakortas Wakil Presiden tanggal 24
Juni 2008 bersama beberapa Menteri Kabinet dan calon Bank Pelaksana untuk pengadaan satu juta ekor bibit sapi potong dalam lima tahun. Pelaku Usaha perlu
diberikan bantuan tingkat bunga yang memadai untuk melaksanakan program pemerintah swasembada daging sapi melalui program subsidi bunga kredit yang
disalurkan oleh bank pelaksana.
RPJM.indd 71 2112014 3:28:15 PM
72
Penyaluran KUPS berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan No. 131PMK.052009 tanggal 18 Agustus 2009 sebagaimana telah diubah dengan
PMK No.241PMK.05 2011 tanggal 27 Desember 2011 tentang Kredit Usaha Pembibitan Sapi, yang diantaranya mengatur tentang pemberian subsidi bunga
kepada Pelaku usaha pembibitan sapi.
Realisasi penyaluran KUPS hingga 28 Februari 2013 oleh 12 Bank Pelaksana adalah sebesar Rp.575,24 miliar yang hanya merupakan 14,51 dari
komitmen pendanaan sebesar Rp. 3,96 trilyun. Sementara itu, realisasi pembayaran subsidi bunga KUPS hingga 31 Desember 2012 adalah Rp. 26,98
miliar 63,40 dari plafon Rp. 42,55 miliar. Ada 12 Bank Pelaksana KUPS, yaitu Bank BRI, Bank BNI, Bank Mandiri, Bank Bukopin, BPD Sumut, BPD Sumbar, BPD
Jateng, BPD DIY, BPD Jatim, BPD Bali, BPD NTB dan BPD Jambi.
3.5. Sistem Perbenihan dan Perbibitan Ketersediaan Benih Unggul