369
sepenuhnya terealisasi di lapangan. Ada juga pihak yang berani membeli gabah di atas HPP yang ditetapkan pemerintah, walaupun masih tetap terlalu rendah jika
dibandingkan dengan harga jual di tingkat eceran yang sering kali kenaikannya kurang wajar. Belum lagi adanya distorsi-distorsi lain yang mengakibatkan harga
di tingkat petani jatuh, tetapi di tingkat konsumen justru mengalami kenaikan. Apalagi sejak 2005 kenaikan harga-harga komoditas cukup tinggi dan sulit
dikendalikan. Kalaupun mengalami penurunan, prosesnya sangat lamban bahkan tidak kembali ke harga semula. Selain itu, adanya indikasi oligopoli di beberapa
produk pangan juga menjadi masalah tersendiri bagi pemerintah dalam mengendalikan harga. Kenyataan lain juga sering terjadi salah mengambil
keputusan kebijakan, akibat ketidakakuratan data yang dimiliki. Misalnya ketika para petani mengalami masa panen justru terjadi impor sehingga menyebabkan
harga di tingkat petani jatuh, khususnya bahan pangan di luar beras.
Dalam rangka mengimplementasikan UU Pangan serta menyelesaikan berbagai persoalan tentang pangan nasional, pemerintah perlu membuat
kebijakan strategis dalam pangan, bukan sekadar mengembalikan atau merevitalisasi fungsi Bulog. Hal ini didasarkan pertimbangan yaitu: 1 Pemerintah
perlu menetapkan atau menentukan jenis pangan pokok bagi masyarakat; 2 Kedua, agar fungsi Bulog lebih optimal perlu dikembalikan menjadi lembaga
negara non-departemen agar dapat menjalankan tugasnya, tetapi disertai pengawasan dan lebih transparan; 3 Bulog perlu diberi dana yang cukup untuk
menjaga stok pangan nasional; 4 Untuk mengurangi ketergantungan impor pangan selama ini masih cukup tinggi, pemerintah perlu mengatur lokasi dan
jenis tanaman serta masa tanam dan panennya, dengan catatan pemerintah perlu menyediakan lahan yang cukup. Dalam hal ini Bulog bekerja sama dengan
Kementerian Pertanian, Kementerian Perindustrian, dan Kementerian Perdagangan terkait dengan penyediaan pupuk dan bibit, serta aturan impor pangan; 5 Kerja
sama dengan pemerintah daerah. Sejak otonomi daerah, kepala daerah memegang peran penting dalam menjaga stabilitas pangan.
9.5. Modernisasi Pertanian Petani yang
dem and responsive
Pembangunan pertanian modern merupakan suatu rangkaian panjang dari perubahan atau peningkatan kapasitas, kualitas, profesionalitas dan produktivitas
tenaga kerja pertanian, disertai dengan penataan dan pengembangan lingkungan fisik dan sosialnya, sebagai manifestasi dari akumulasi dan aplikasi kemajuan
teknologi dan kekayaan material serta organisasi dan manajemen Adjid, 2001. Sejak dikembangkannya gerakan revolusi hijau, pemanfaatan berbagai teknologi
seperti teknologi kimia dan teknologi alat dan mesin pertanian alsintan telah
RPJM.indd 369 2112014 3:29:18 PM
370
terjadi peningkatan produktivitas pertanian yang sangat pesat. Namun disisi lain terjadi kerusakan lingkungan hidup dan tatanan kehidupan sosial di pedesaan.
Proses adopsi inovasi teknologi baru di lingkungan petani telah terjadi berkat dukungan sistem komunikasi pembangunan yang dikembangkan oleh pemerintah.
Menurut Sahardi 2005 sejak pasca swasembada pangan tahun 1984 terjadi kecenderungan melambatnya adopsi inovasi teknologi pertanian dalam
peningkatan produksi, seperti terlihat dari gejala stagnasi atau pelandaian produktivitas berbagai produksi komoditas pertanian dan pendapatan serta
kesejahteraan petani di pedesaan. Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi adopsi inovasi teknologi antara lain: 1 teknis teknologinya, 2 karateristik
sasaran, 3 lingkungan dan 4 sumber informasi.
Modernisasi pertanian adalah proses perubahan dari tradisional menjadi modern. Pada negara-negara maju telah banyak berkembang teori-teori mengenai
modernisasi yang dianggap sukses menyejahterakan negaranya. Namun teori- teori tersebut seringkali kurang relevan diterapkan di negara-negara berkembang.
Fakta menunjukkan bahwa banyak negara berkembang yang hingga kini masih belum mengalami kemajuan yang signifikan. Pada teori struktural, bahwa
keterbelakangan dan ketergantungan dapat disebabkan oleh eksploitasi yang dilakukan negara maju terhadap negara berkembang. Eksploitasi tersebut antara
lain dilakukan dengan aktivitas pengolahan hasil pertanian, dimana negara berkembang berkewajiban memasok hasil pertanian untuk industri di negara
maju. Kondisi struktur demikian tersebut membuat negara berkembang tidak dapat keluar dari tekanan struktur.
Selain itu, modernisasi pertanian dapat dilihat dari penggunaan alat mekanisasi pertanian, penggunaan pupuk kimia, penggunaan varietas unggul
baru, penerapan teknik irigasi baru, dan sebagainya. Modernisasi pertanian tersebut dapat menimbulkan dampak positif dan juga negatif diantaranya, adalah:
lebih mempercepat pekerjaan petani dengan adanya perkembangan teknologi, hasil pertanian lebih tinggi, dan juga bisa menimbulkan kerusakan lingkungan.
Modernisasi pertanian di masa depan akan sangat tergantung terhadap pemanfaatan teknologi yang digunakan petani dan tidak merusak lingkungan.
Teknologi pertanian harus mampu menyesuaikan diri dengan perkembangan global yakni berdaya saing dan ramah lingkungan. Akses petani dalam
memperoleh informasi dari berbagai sumber menjadi bagian dari masyarakat informasi dalam upaya percepatan modernisasi pertanian.
RPJM.indd 370 2112014 3:29:18 PM
371
Upaya percepatan modernisasi pertanian dilakukan dalam rangka meningkatkan produktivitas dan nilai tambah ekonomi. Modernisasi pertanian
harus mampu menghindari kerusakan-kerusakan struktur tanah, polusi air, pencemaran lingkungan akibat penggunaan pupuk dan pestisida serta
penggunaan alsintan yang tidak ramah lingkungan. Pertanian lestari menjadi pilihan utama yang telah muncul sebagai gerakan pertanian berkelanjutan
sustainable agriculture
sejak awal tahun 1990-an. Pendekatan dan strategi yang dikembangkan dalam model pertanian berkelanjutan ini dilakukan dengan cara
mendorong tumbuhnya sumber-sumber pendapatan keluarga petani di pedesaan dengan pendekatan agribisnis dan agroindustri. Strategi agribisnis yang telah
dikembangkan mencakup dua aspek yakni kegiatan pada
on farm
di lahan pertanian dan kegiatan pada
off farm
di luar lahan pertanian. Petani kecil yang seringkali mempunyai keterbatasan dalam mengakses
sarana dan prasarana produksi pertanian, melalui pertanian berkelanjutan mempunyai peluang yang luas dalam membangun usaha pertaniannya. Dengan
kondisi petani kecil yang memiliki keterbatasan tersebut maka diperlukan
multi approach
yakni pendekatan modernisasi, kemandirian dan partisipasi dalam pelaksanaan pembangunan pertanian tersebut. Untuk percepatan pembangunan
pertanian diperlukan penataan kelembagaan ekonomi pedesaan seperti koperasi, lembaga ekonomi di pedesaan dan kelompok tani yang sudah ada dengan
memanfaatkan sumberdaya dan informasi yang tersedia secara optimal. Optimalisasi pengelolaan lahan pertanian, menjadi kunci sukses dalam pemenuhan
kebutuhan pangan. Untuk dapat mencapai hasil yang optimal, pengelolaan serentak dengan menggunakan pola modernisasi pertanian perlu dilakukan secara
cermat. Selain itu, petani juga mendapat nilai tambah yang besar, produktivitas menjadi tinggi, efisien, beban ongkos petani rendah, dan nilai tukar petani yang
semakin meningkat.
Sementara itu, upaya modernisasi pertanian dapat menjadi salah satu langkah mengurangi arus urbanisasi dari desa ke kota. Kesenjangan tingkat upah
antara kawasan perkotaan dan perdesaan tersebut menjadi pememicu arus urbanisasi. Oleh karena itu, upaya mengatasinya melalui peningkatan
produktivitas pertanian mengingat sektor pertanian masih merupakan sumber utama pendapatan masyarakat pedesaan. Modernisasi pertanian bisa
meningkatkan upah di sektor pertanian, sehingga menjadi kunci penting dalam meredam arus urbanisasi tenaga kerja dari desa ke kota.
Untuk menciptakan pertanian yang tangguh dan modern harus dilakukan melalui penerapan teknologi serta mekanisasi yang efektif dan efisien di seluruh
RPJM.indd 371 2112014 3:29:18 PM
372
mata rantai produksi. Salah satu caranya adalah dengan menggunakan model sistem pertanian agro kompleks dan agro teknologi. Sistem pertanian agro
kompleks dan agro teknologi adalah modal sistem pengembangan pertanian yang melibatkan seluruh sektor pertanian dalam arti luas pertanian, peternakan,
perikanan, kehutanan. Sistem ini dibangun secara terpadu dan terkoneksi dalam satu jejaring dari hulu hingga hilir yang berada dalam suatu kawasan dengan
menerapkan teknologi pertanian modern. Untuk membangun sektor pertanian yang tangguh tersebut, pemerintah sebaiknya terlebih dilu mengembangkan
industri pembenihan. Di sisi lain, kebijakan makro seperti penurunan suku bunga perlu ditempuh agar sektor pertanian tidak kesulitan mendapatkan kucuran kredit
perbankan.
RPJM.indd 372 2112014 3:29:18 PM
373
BAB X HILIRISASI