Sistem Perbenihan dan Perbibitan Ketersediaan Benih Unggul

72 Penyaluran KUPS berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan No. 131PMK.052009 tanggal 18 Agustus 2009 sebagaimana telah diubah dengan PMK No.241PMK.05 2011 tanggal 27 Desember 2011 tentang Kredit Usaha Pembibitan Sapi, yang diantaranya mengatur tentang pemberian subsidi bunga kepada Pelaku usaha pembibitan sapi. Realisasi penyaluran KUPS hingga 28 Februari 2013 oleh 12 Bank Pelaksana adalah sebesar Rp.575,24 miliar yang hanya merupakan 14,51 dari komitmen pendanaan sebesar Rp. 3,96 trilyun. Sementara itu, realisasi pembayaran subsidi bunga KUPS hingga 31 Desember 2012 adalah Rp. 26,98 miliar 63,40 dari plafon Rp. 42,55 miliar. Ada 12 Bank Pelaksana KUPS, yaitu Bank BRI, Bank BNI, Bank Mandiri, Bank Bukopin, BPD Sumut, BPD Sumbar, BPD Jateng, BPD DIY, BPD Jatim, BPD Bali, BPD NTB dan BPD Jambi.

3.5. Sistem Perbenihan dan Perbibitan Ketersediaan Benih Unggul

Benih mempunyai arti penting dalam pengembangan agribisnis dan ketahanan pangan. Benih varietas unggul berperan tidak hanya sebagai salah satu komponen penting dan pengantar teknologi, tetapi juga menentukan potensi hasil yang bisa dicapai, kualitas produk yang akan dihasilkan, dan efisiensi biaya produksi. Ketersediaan berbagai alternatif pilihan benih varietas unggul spesifik lokasi pada suatu wilayah akan berdampak positif terhadap stabilitas produksi dan ketahanan pangan. Oleh karenanya, perbaikan sistem perbenihan dan perbibitan merupakan salah satu strategi pembangunan pertanian secara luas yang dilaksanakan Kementerian Pertanian selama periode 2010-2014 yang dijabarkan ke dalam TUJUH GEMA REVITALISASI, termasuk yaitu Revitalisasi Perbenihan dan Perbibitan. Sistem Perbenihan Nasional diawali pada tahun 1971 dengan dibentuknya kelembagaan perbenihan terutama untuk tanaman pangan padi yang meliputi lembaga kebijakan dan regulasi oleh Balai Benih Nasional BBN, lembaga penghasil varietas oleh Lembaga Penelitian Padi LP3 Cabang Sukamandi, lembaga industri benih oleh PT. Sang Hyang Sri SHS, dan lembaga penjamin mutu dan pengawas oleh Balai Pengawas dan Sertifikasi Benih BPSB melalui Keputusan Presiden No.271971. Badan Benih Nasional berkedudukan di bawah dan bertanggungjawab kepada Menteri Pertanian. Saat ini sistem Perbenihan Nasional merupakan bagian dari Pelaksanaan Strategi Umum Perbenihan Nasional. Sistem Perbenihan Nasional terdiri dari: 1 RPJM.indd 72 2112014 3:28:15 PM 73 Sub-sistem Litbang, yang yang terkait dengan penciptaan sumber daya genetik dan pemuliaan atau penciptaan varietas unggul baru VUB; 2 Sub Sistem Produksi dan Distribusi Benih; 3 Sub Sistem Pengendalian Mutu; dan 4 Sub Sistem Informasi. Butir 2, 3 dan 4 menyangkut unit pengelola benih sumber untuk percepatan adopsi VUB. Saat ini di Indonesia terdapat 13 lembaga penyelenggara pemuliaan padi, yang terdiri dari dua lembaga publik, yaitu Balai Besar Penelitian Tanaman Padi BB-Padi dan Badan Tenaga Nuklir Nasional BATAN dan 11 lembaga swasta. Lembaga-lembaga tersebut telah menghasilkan varietas unggul padi yang kemudian dilepas oleh Menteri Pertanian untuk memenuhi persyaratan pemasarannya Nugraha et al, 2012. Sampai saat ini telah dilepas 263 varietas unggul baru VUB padi, tetapi hanya 10-15 varietas yang ditanam dalam skala luas 100.000 ha per tahun. VUB padi mendominasi 90 areal panen dari total areal 12 juta ha dengan peningkatan produktivitas 0,75 t gabahha; VUB jagung yang telah dilepas 62 varietas, mendominasi 45 dari total areal panen 4 juta ha dengan peningkatan produktivitas 1,0 tha; VUB kedelai yang telah dilepas 64 varietas, mendominasi 80 dari total areal panen 0,7 juta ha dengan peningkatan produktivitas 0,5 tha Badan Litbang Pertanian, 2013. Saat ini adopsi VUB spesifik lokasi masih terkendala oleh alur penyediaan perbenihan yang ada dan fanatisme petani pada varietas tertentu. Orientasi usaha tani, tingkat teknologi, dan persepsi tentang benih juga masih sangat beragam. Namun demikian permintaan benih padi sangat fisibel secara komersial 200.000 ttahun. Sistem perbenihan saat ini dihadapkan pada kondisi Sistem Perbenihan formal vs non formal. Benih yang digunakan untuk menanam padi berasal dari dua sumber, yaitu benih yang diperoleh dari pasar kios atau pedagang dan produsen benih komersial disebut sektor perbenihan formal formal seed sector , dan benih yang berasal dari hasil panen sendiri atau belibarter dari petani lain, disebut sektor perbenihan informal atau informal seed sector . Saat ini sebagian besar benih padi yang digunakan petani adalah benih hasil sendiri dari sektor informal. Direktorat Perbenihan Tanaman Pangan memperkirakan bahwa pada tahun 2004 sektor formal mensuplai sekitar 38,83 dari kebutuhan potensial benih padi. Sebagian petani kurang tertarik dengan benih komersial benih bersertifikat yang harganya lebih mahal. Oleh karena itu, dalam pengembangan sistem perbenihan di Indonesia, penguatan juga harus diberikan tidak hanya terhadap sistem formal atau industri benih komersial, tetapi juga terhadap sistem perbenihan informal Nugraha et al, 2012. Faktor penyebab petani membatasi membeli benih padi bersertifikat antara lain adalah sebagai berikut Nugraha dan Sayaka, 2004: RPJM.indd 73 2112014 3:28:15 PM 74 1 Secara tradisional, benih padi telah tersedia di petani dalam bentuk gabah dari hasil panen sebelumnya. Semua petani mengetahui harga gabah yang mereka gunakan sebagai pembanding dalam menilai harga benih. Bila harga gabah terlalu jauh berbeda dari harga benih, dan petani belum memperoleh bukti yang meyakinkan tentang keunggulan mutu benih dan varietas yang diwakilinya, maka petani akan sangat hati-hati untuk membeli benih tersebut. 2 Benih padi termasuk ke dalam kelompok benih yang mudah untuk disimpan. Dengan penyimpanan secara tradisional para petani tidak mengalami kesulitan untuk menyimpan benih padi dari hasil panennya sampai musim tanam berikutnya. 3 Potensi genetik dari benih yang dihasilkan petani selama beberapa musim tanam tidak jauh berbeda dari benih yang pertama kali mereka beli dari kios. 4 Semua hasil panen berpotensi untuk digunakan sebagai benih. Struktur Perbenihan Struktur perbenihan nasional, khususnya untuk tanaman padi, dijabarkan pada Gambar 3.8 di bawah ini: Gambar 3.8. Struktur Perbenihan Nasional di Indonesia BBU, PenangkarProdusen benih swasta BUMN. Nucleus Seed Foundation Seed Balai Penelitian Komoditas UPBS, Lembaga penyelenggara pemuliaan BBI Balai Benih Induk, Penangkar benih yang mendapat rekomendasi dari BPSB, Produsen benih swastaBUMN. BBU Balai Benih Utama , Penangkar benih yang mendapat rekomendasi dari BPSB, Produsen benih Balai Penelitian Komoditas UPBS, Lembaga penyelenggara pemuliaan Breeder Stock Seed Label Putih Label Ungu Extention Seed Label Biru Gambar 3.8. Struktur Perbenihan Nasional di Indonesia BBU, PenangkarProdusen benih swasta BUMN. Nucleus Seed Foundation Seed Balai Penelitian Komoditas UPBS, Lembaga penyelenggara pemuliaan BBI Balai Benih Induk, Penangkar benih yang mendapat rekomendasi dari BPSB, Produsen benih swastaBUMN. BBU Balai Benih Utama , Penangkar benih yang mendapat rekomendasi dari BPSB, Produsen benih Balai Penelitian Komoditas UPBS, Lembaga penyelenggara pemuliaan Breeder Stock Seed Label Putih Label Ungu Extention Seed Label Biru RPJM.indd 74 2112014 3:28:16 PM 75 Balai Besar Penelitian Padi menciptakan varietas unggul baru, serta menyiapkan benih sumbernya. Sementara itu, Balai Pengkajian Teknologi Pertanian BPTP memproduksi benih sumber untuk memperkuat logistik benih, dan mempercepat adopsi varietas unggul benih oleh petani. Kondisi Alur Penyediaan Benih Saat ini Untuk benih komersial, Surat Edaran Direktorat Jenderal Tanaman Pangan dalam rangka pembinaan BBIBBU Balai Benih IndukBalai Benih Umum memberi kewenangan kepada Penyelenggara Pemuliaan, BBI, BBU dan Produsen Benih berturut-turut untuk memproduksi benih BS Benih Penjenis, FS Benih Pokok, SS Benih Dasar dan ES Benih Sebar. Badan Litbang Pertanian mengambil kebijakan alur di atas untuk benih komersial. Sementara untuk benih yang belum dikenal, jenis benih BS, FS dan SS diproduksi Badan Litbang Pertanian, dan untuk benih hortikultura mengacu pada Permentan Nomor 382011 dan No. 52012. Alur perbenihan, khususnya perbenihan padi, dijabarkan pada Gambar 3.9. Gambar 3.9.: Alur Penyediaan Benih Tanaman Padi Kebijakan Terkait dengan Perbenihan Secara umum, kebijakan perbenihan di Indonesia adalah mendorong partisipasi sektor swasta dalam industri benih. Pemerintah senantiasa berupaya BalitBalai Besar BBI BPTP BBU Produsen Benih Petani FS SS ES BS FS ES Keterangan: BS = Benih Penjenis FS = Benih Dasar SS = Benih Pokok ES = Benih Sebar RPJM.indd 75 2112014 3:28:16 PM 76 mewujudkan iklim yang kondusif untuk perkembangan peran sektor swasta, antara lain melalui Direktorat Perbenihan, 2005: 1 Penerapan kebijaksanaan yang fair, dengan memberikan perlakuan dan peluang yang sama kepada semua produsen benih. 2 Penyempurnaan peraturan perundangan yang kurang relevan dengan kondisi yang ada. 3 Mendorong dan memfasilitasi kegiatan pemuliaan sektor pemerintah dan swasta dalam menciptakan varietas-varietas baru yang lebih unggul sesuai dengan masing-masing agroekosistem dengan tetap memperhatikan preferensi konsumen. 4 Rasionalisasi pengendalian mutu. Sertifikasi benih secara bertahap akan diterapkan hanya untuk benih-benih dari varietas yang memenuhi persyaratan, antara lain permintaan terhadap varietas tersebut tinggi, serta memiliki karakter yang unik, seragam dan mantap. Selain sertifikasi benih, untuk meningkatkan efisiensi dan tuntutan pasar global juga akan terus dikembangkan penerapan prinsip-prinsip manajemen mutu dalam industri benih melalui sistem standardisasi nasional, yang mencakup antara lain: penetapan standar produk, sertifikasi sistem mutu, sertifikasi produk, akreditasi laboratorium penguji benih, akreditasi lembaga sertifikasi sistem mutu, dan akreditasi lembaga sertifikasi produk. Benih dengan jaminan mutu ini dipersiapkan untuk petani-petani maju yang memang telah peduli mutu. 5 Promosi varietas unggul dan pemasyarakatan penggunaan benih bermutu. Kegiatan produksi benih akan meningkat apabila benih tersebut digunakan oleh petani dalam skala luas. Kegiatan promosi varietas unggul dan pemasyarakatan penggunaan benih bermutu perlu terus ditingkatkan untuk meyakinkan petani tentang keunggulan varietas baru dan manfaat penggunaan benih bermutu, sehingga permintaan benih menjadi feasible untuk bisnis. 6 Penentuan harga benih yang rasional. Untuk mendorong perkembangan industri benih, pemerintah perlu menetapkan kebijakan harga yang rasional, yang memperhatikan askesibiltas konsumen terhadap benih bermutu dan peluang produsen benih untuk mendapakan insentif finansial. Kebijakan ini penting terutama untuk benih-benih tanaman pangan. 7 Peningkatan aksesibilitas permodalan bagi produsen dan penangkar benih, terutama swasta kecil. Keterbatasan para produsen dan penangkar benih untuk memanfaatkan jasa perbankan umumnya karena keterbatasan RPJM.indd 76 2112014 3:28:16 PM 77 mereka dalam menyediakan jaminan collateral sesuai dengan prinsip kehati-hatian bank prudential banking, dan karena suku bunga komersial yang terlalu tinggi. Mulai tahun 2006, Kementerian Pertanian melalui Pusat Pembiayaan Pertanian telah menyiapkan program untuk maksud tersebut. Upaya Tindak Lanjut Dalam rangka revitalisasi perbenihan dan perbibitan, dilakukan upaya-upaya sebagai berikut: 1 Menata kembali kelembagaan perbenihanperbibitan nasional mulai dari tingkat pusat sampai daerah; 2 Melindungi, memelihara dan memanfaatkan sumberdaya genetik nasional untuk pengembangan varietas unggul lokal; 3 Memperkuat tenaga pemulia dan pengawas benih tanaman; 4 Memberdayakan penangkar dan produsen benih berbasis lokal; 5 Meningkatkan peran swasta dalam membangun industri perbenihan perbibitan; 6 Membangun industri perbenihan dengan arah kemandirian industri benih nasional yang mencakup kemandirian produksi benih; 7 Mengharuskan importir pedagang benih mengembangkan perbenihan di dalam negeri sehingga menjadi importir produsen benih dalam upaya untuk menahan laju benih impor dan mendorong berkembangnya industri benih di dalam negeri; 8 Menyediakan sumber bahan tanaman perkebunan melalui pembangunan dan pemeliharaan kebun indukentres serta penguatan kelembagaan usaha perkebunan; dan 9 Membangun perbibitan ternak dengan mengarahkan peran swasta pada kelangsungan perbibitan ayam ras mulai dari keberadaan grand parent stock, parent stock sampai final stock.

3.6. Konsumsi Pangan Rumah Tangga Pergeseran Pola Konsumsi Pangan Rumah Tangga