Faktor-Faktor dan Kebijakan yang Memengaruhi NTP

316 Sementara pada sub sektor perikanan kontribusi terbesar dari peningkatan harga yang diterima petani ikan dan nelayan terjadi pada harga produk penangkapan laju 0,188bulan sementara laju harga produk budidaya ikan sebesar 0,0138bulan. Indeks HB disusun dari oleh unsur harga pembelian barang konsumsi rumahtangga dan harga pembelian faktor produksi dan barang modal. Dalam periode Januari 2008 sampai dengan Mei 2013 HB meningkat dengan laju 0,0180bulan, dan peningkatan tersebut terutama disebabkan oleh kontribusi pembelian barang konsumsi rumahtangga laju 0,0202bulan, sementara pengeluaran biaya produksi dan penambahan barang modal meningkat dengan laju 0,0117bulan. Penelusuran lebih lanjut menunjukkan komponen utama peningkatan pengeluaran konsumsi rumahtangga adalah konsumsi bahan makanan laju 0,0238bulan, disusul oleh konsumsi makanan jadi laju 0,0214bulan, sandang laju 0,0195bulan, perumahan laju 0,0193bulan, kesehatan laju 0,0130bulan, pendidikan-rekreasi dan olahrga laju 0,0105bulan, serta transportasi dan komunikasi laju 0,0035bulan. Sementara itu dalam komponen penyusun biaya produksi dan penambahan barang modal, peran terbesar terjadi karena peningkatan biaya modal laju 0,0140bulan, disusul biaya bibit laju 0,0123bulan, upah buruh laju 0,0119bulan, obat-pupuk laju 0,0119bulan,sewa lahan laju 0,0105bulan, dan transportasi laju 0,0073bulan.

7.5. Faktor-Faktor dan Kebijakan yang Memengaruhi NTP

Dari rumus pembentukan NTP dapat diturunkan besaran koefisien pertambahan marjinal dan elasitisitas masing-masing komponen unsur penyusun terhadap NTP. Besaran nilai marjinal dan elastisitas NTP tersebut menggambarkan besarnya pengaruh dari perubahan harga-harga terhadap NTP. Pengaruh perubahan harga-harga HT terhadap NTP bertanda positif dan pengaruh perubahan harga HB terhadap NTP bertanda negatif. Diantara lima sub sektor penyusun HT, nilai elastisitas harga komoditas sub sektor tanaman pangan terhadap NTP menunjukkan nilai terbesar 0,50 menyusul sub sektor hortikultura 0,19, perkebunan 0,18, peternakan 0,16, dan perikanan 0,13. Nilai elastisitas harga sub sektor tanaman pangan terhadap NTP sebesar 0,50 berarti peningkatan harga-harga tertimbang sub sektor sebesar 1 persen akan meningkatkan NTP sebesar 0,50 persen, demikian RPJM.indd 316 2112014 3:29:04 PM 317 seterusnya. Sementara itu, dari unsur pengeluaran penyusun HB, nilai elastisitas harga produk konsumsi rumahtangga sebesar -0,080 lebih besar dari elastisitas harga penambahan barang modal sebesar -0,46. Tabel 7.3. Rangkuman Nilai Marjinal dan Elastisitas dari Pengaruh HT terhadap NTP Sub Sektor Dampak Marjinal Elastisitas Langsung T. Langsung Total T Pangan 0,0037 0,0002 0,0039 0,50 Padi 0,0024 -0,0002 0,0023 0,28 Palawija 0,0013 0,0005 0,0019 0,25 Hortikultura 0,0013 0,0002 0,0015 0,19 Sayur-sayuran 0,0005 0,0008 0,0013 0,18 Buah-buahan 0,0008 0,0006 0,0014 0,18 Perkebunan 0,0011 0,0003 0,0014 0,18 T. Perkebunan Rakyat 0,0011 0,0003 0,0014 0,18 Peternakan 0,0010 0,0003 0,0013 0,16 Ternak Besar 0,0004 0,0004 0,0008 0,10 Ternak Kecil 0,0002 0,0004 0,0006 0,08 Unggas 0,0002 0,0003 0,0005 0,06 Hasil Ternak 0,0002 0,0003 0,0005 0,07 Perikanan 0,0008 0,0003 0,0010 0,13 Penangkapan 0,0005 0,0001 0,0007 0,08 Budidaya 0,0002 0,0003 0,0005 0,06 Sumber: Analisa Data Sekunder 2013. Penelusuran lebih rinci menunjukkan pada sub sektor tanaman pangan, elastisitas harga padi terhadap NTP sebesar 0,28 lebih besar dibandingkan dengan elastisitas harga palawija sebesar 0,25. Pada sub sektor hortikultura, RPJM.indd 317 2112014 3:29:05 PM 318 elastisitas harga sayuran dan buah terhadap NTP menunjukkan nilai yang sama, yaitu masing-masing 0,18. Nilai elastisitas harga komoditas perkebunan 0,18. Sedangkan pada sub sektor peternakan, nilai elastisitas terbesar terjadi pada harga ternak besar 0,10, disusul harga ternak kecil 0,08, hasil ternak 0,07, dan unggas nilai elastisitas 0,06. Pada sub sektor perikanan, nilai elastisitas harga produk hasil tangkap sebesar 0,08 dan harga produk budidaya sebasar 0,06. Dalam komponen penyusun HB, pada kelompok konsumsi rumahtangga, nilai elastisitas harga produk bahan makanan menunjukkan nilai tertinggi elastisitas -0,50, disusul produk makanan jadi -0,25, perumahan -0,10, transportasi dan komunikasi -0,05, sandang -0,04, dan kesehatan serta pendidikan dengan elastisitas masing-masing -0,03. Pada kelompok sarana produksi dan barang modal, nilai elastisitas terbesar dijumpai pada elastisitas upah terhadap NTP sebesar -0,08, disusul elastisitas pupuk-obat-0,05, transportasi-0,05, sewa -0,03, penambahan barang modal -0,03, dan elastisitas harga bibit -0,02. Tabel 7.4. Pengaruh Perubahan Harga Dibayar Petani HB terhadap NTP Pengeluaran Dampak Marjinal Elastisitas Langsung T. Langsung Total K onsum si RT -0,0062 -0,0002 -0,0064 -0,80 B. Makanan -0,0029 -0,0008 -0,0038 -0,50 Makanan Jadi -0,0015 -0,0005 -0,0020 -0,25 Perumahan -0,0008 0,0000 -0,0008 -0,10 Sandang -0,0003 0,0000 -0,0003 -0,04 Kesehatan -0,0002 0,0000 -0,0002 -0,03 Pendidikan -0,0003 0,0000 -0,0003 -0,03 Transport Telekomunikasi -0,0004 0,0000 -0,0004 -0,05 Biaya Produksi PBM -0,0019 -0,0020 -0,0039 -0,46 Bibit -0,0002 0,0000 -0,0001 -0,02 Obat Pupuk -0,0005 0,0000 -0,0004 -0,05 Transportasi -0,0002 -0,0002 -0,0005 -0,05 Sewa Pajak -0,0002 0,0000 -0,0002 -0,03 PBM -0,0003 0,0000 -0,0003 -0,03 Upah -0,0005 -0,0001 -0,0007 -0,08 Sumber: Analisa Data Sekunder 2013. Pengeluaran Dampak Marjinal Elastisitas Langsung T. Langsung Total Konsumsi RT -0,0062 -0,0002 -0,0064 -0,80 B. Makanan -0,0029 -0,0008 -0,0038 -0,50 Makanan Jadi -0,0015 -0,0005 -0,0020 -0,25 Perumahan -0,0008 0,0000 -0,0008 -0,10 Sandang -0,0003 0,0000 -0,0003 -0,04 Kesehatan -0,0002 0,0000 -0,0002 -0,03 Pendidikan -0,0003 0,0000 -0,0003 -0,03 Transport Telekomunikasi -0,0004 0,0000 -0,0004 -0,05 Biaya Produksi PBM -0,0019 -0,0020 -0,0039 -0,46 Bibit -0,0002 0,0000 -0,0001 -0,02 Obat Pupuk -0,0005 0,0000 -0,0004 -0,05 Transportasi -0,0002 -0,0002 -0,0005 -0,05 Sewa Pajak -0,0002 0,0000 -0,0002 -0,03 PBM -0,0003 0,0000 -0,0003 -0,03 Upah -0,0005 -0,0001 -0,0007 -0,08 Sumber: Analisa Data Sekunder 2013. RPJM.indd 318 2112014 3:29:06 PM 319 Indeks pengeluaran konsumsi rumahtangga KRT merupakan indeks inflasi pedesaan. Dengan demikian hasil analisis menunjukkan inflasi pedesaan memberi pengaruh besar terhadap penurunan NTP elastisitas -0,80, dan faktor terbesar penyumpang inflasi pedesaan tersebut adalah bahan makanan elastisitas -0,50, disusul bahan makanan jadi -0,25, selanjutnya perumahan, transportasi dan komunikasi, sandang, kesehatan dan pendidikan. Dalam rangka kepentingan mengendalikan inflasi pedesaan, langkah strategis yang dapat dilakukan adalah pengendalian harga yang diterima petani HT karena HT sangat berhubungan erat dengan harga dan juga akan berdampak kepada stabilitas NTP. NTP yang stabil berarti kenaikan harga-harga terjadi secara proporsional antara HT dan HB. Diperlukan kebijakan pengaturan harga yang merangsang petani berusahatani dan akan meningkatkan kesejahteraan petani NTP dan pengendalian inflasi. Terdapat hubungan erat antara harga konsumsi rumahtangga KRT terutama bahan makanan BM dari sisi biaya yang dibayar petani HB, dengan harga yang diterima petani HT terutama harga komoditas tanaman pangan HTTP. Nilai elastisitas HT terhadap KRT dan BM masing-masing sebesar 0,869 dan 0,988; sementara elastisitas HTTP terhadap KRT dan BM masing-masing 0,721 dan 0,821. Dengan demikian kebijakan peningkatan harga yang diterima petani HT terutama harga sub sektor tanaman pangan HTTP akan berdampak kepada harga bahan makanan dan KRT inflasi pedesaan, atau berarti pula kebijakan peningkatan harga pangan HTTP dalam rangka meningkatkan NTP juga berakibat meningkatkan KRT inflasi di pedesaan. Dalam HB, komponen biaya transportasi berada pada KRT dan BPPBM dengan elastisitas masing-masing sebesar -0,05. Dalam kaitannya dengan kasus kenaikan BBM tahun 2008, pengaruhnya terhadap NTP dapat ditelusuri dari perbandingan peran kenaikan biaya trasportasi terhadap NTP dan perbandingannya terhadap kenaikan HT. Dengan melihat nilai elastisitas masing- masing, terdapat indikasi bahwa peran pengeluaran untuk transportasi terhadap HB relatif lebih kecil dibandingkan pengaruh peningkatan HT akibat kenaikan harga produk komoditas yang diterima petani, sehingga kenaikan HT akibat kenaikan harga komoditas lebih tinggi dari HB kenaikan biaya transportasi dan NTP petani masih menunjukkan peningkatan. 7.6. Nilai Tukar Pendapatan Usahatani dan Pendapatan Rumah Tangga Tani Konsep NTP yang dikembangkan BPS didasarkan kepada penggunaan Indeks Lespeyres , dimana perilaku NTP hanya ditentukan oleh perilaku harga- RPJM.indd 319 2112014 3:29:06 PM 320 harga. Konsep ini sejalan dengan konsep NTP sebagai konsep daya beli. Namun demikian, konsep daya beli yang dikembangkan tidak sepenuhnya menggambarkan tingkat kesejahteraan secara absolut. Konsep NTP tidak memperhitungkan jumlah yang diproduksi dan jumlah yang dikonsumsi. Untuk lebih mendalami tingkat kesejahteraan petani, dalam kajian ini juga diuraikan nilai tukar pendapatan, yaitu nilai tukar pendapatan usahatani komoditas dan perubahan pendapatan rumahtangga serta perubahan pola konsumsi. Dari analisa usahatani beberapa komoditas pertanian, disimpulkan secara keseluruhan usaha pertanian baik komoditas tanaman pangan, hortikultura, perkebunan rakyat dan peternakan menghasilkan keuntungan. Berdasarkan studi Panel, tingkat keuntungan usaha pertanian tersebut cenderung meningkat, dan peningkatan tersebut terutama karena peningkatan harga jual hasil produksi dibandingkan karena pengaruh peningkatan produktivitas. Kondisi ini terjadi terutama pada usahatani tanaman pangan, hortikultura dan usaha ternak. Pada usahatani perkebunan kasus tebu dan tembakau telah terjadi peningkatan produktivitas. Terjadi peningkatan biaya produksi berkaitan dengan peningkatan nilai sewa lahan, upah buruh tani dan harga sarana produksi. Peningkatan biaya produksi terjadi dengan laju lebih besar dibanding laju peningkatan nilai produksi, sehingga daya tukar atau profitabilitas usaha komoditas pertanian cenderung menurun. Kegiatan pembangunan yang berjalan juga telah meningkatkan pendapatan rumahtangga pertanian, baik pada rumahtangga berbasis agroekosistem lahan sawah dengan komoditas utama tanaman padi maupun rumahtangga berbasis tanaman perkebunan. Peningkatan pendapatan rumahtangga terutama disebabkan oleh peningkatan pendapatan dari kegiatan di luar pertanian non pertanian dan pendapatan dari usahatani on-farm . Peningkatan pendapatan dari non pertanian non-farm sejalan dengan terbukanya lapangan kerja usaha non pertanian. Tarikan untuk bekerja di luar pertanian dengan fasilitas yang lebih baik menyebabkan lapangan kerja sebagai buruh tani menurun, dan ini ditunjukkan oleh penurunan proporsi pendapatan dari berburuh tani menurun di hampir semua lokasi. Situasi menunjukkan adanya transformasi ekonomi pedesaan dan adanya peningkatan pendapatan dengan peran pendapatan dari non pertanian yang lebih besar menunjukkan perbaikan taraf hidup kesejahteraan masyarakat. RPJM.indd 320 2112014 3:29:06 PM 321 Indikator lain yang mencerminkan keragaan kesejahteraan masyarakat dapat dinilai dari struktur pengeluaran rumahtangga. Terdapat indikasi semakin tinggi pendapatan kesejahteraan, semakin menurun proporsi pengeluaran untuk makanan, sementara proporsi untuk konsumsi barang bukan makanan cenderung meningkat. Data tahun 2002-2011 menunjukkan gambaran tersebut. Proporsi pengeluaran rumahtangga untuk makanan menurun dari 58,47 persen menjadi 49,45 persen atau turun sebesar 1,54 persentahun, sementara proporsi untuk bukan makanan meningkat dari 41,53 persen menjadi 50,55 persen atau meningkat sebesar 2,17 persentahun. Gambaran makro di atas juga ditunjang oleh data hasil penelitian primer. Proporsi pengeluaran untuk bahan makanan relatif paling besar, namun cenderung menurun sejalan dengan peningkatan pendapatan. Sementara proporsi pengeluaran untuk makanan jadi, perumahan, pendidikan-rekreasi serta transportasi-komunikasi menunjukan keragaman antar daerah.

7.7. Kebijakan Peningkatan Kesejahteraan Petani