307 10.
M engem bangkan K eahlian Teknis
Desain dan penerapan kebijakan yang sehat adalah dasar bagi keberhasilan setiap program. Menyadari kompleksitas tersebut, disarankan agar
setiap instansi atau lembaga yang terlibat dalam program ini memiliki keahlian teknis yang akan diperlukan yang mencakup bidang manajemen risiko dan
asuransi, aktuaria, agronomi, dokter hewan dan lain-lain. Peningkatan kapasitas ini merupakan langkah awal yang penting, misalnya lembaga atau instansi
bertugas memonitor kapasitas operasional dan keuangan perusahaan asuransi sebelum memberikan izin untuk terlibat dalam pelaksanaan asuransi pertanian.
Pemerintah harus memahami program secara menyeluruh dan efektif mengatur dirinya sendiri dan memantau sektor swasta. Dengan demikian,
pemerintah akan menjalankan otoritasnya dan dapat menghindari kesalahan mahal.
6.6. UU Nomor 192013 Dan Implikasinya Terhadap Implementasi
Asuransi Pertanian Di Indonesia
UU No. 192013 tentang Perlindungan dan Pemberdayaan Petani telah mengubah politik pembangunan pertanian secara nasional. Diundangkannya
perlindungan terhadap petani dan usahatani telah memberikan kepastian penanggulangan risiko atas usaha pertanian, termasuk kemudahan memperoleh
prasarana dan sarana produksi, risiko akibat pemanasan global, biaya ekonomi tinggi, serta risiko harga. Petani juga memiliki kesempatan memperoleh
penggantian kerugian jika terjadi kegagalankerusakan berusaha tani. Sesuai dengan isibunyi beberapa pasal dalam undang-undang tersebut, asuransi
pertanian mencakup perlindungan terhadap petani karena risiko bencana alam, serangan OPT, wabah penyakit hewan menular, dampak perubahan iklim, dan
jenis risiko lainnya.
Petanipeternak menyambut baik dimasukkannya program asuransi pertanian dalam kegiatan usahataninya. Pasal 37 hingga 39 UU No. 192013
secara khusus mengatur pelaksanaan asuransi pertanian, termasuk peternakan untuk melindungi petani dari berbagai risiko kerugian. Pemerintah pusat dan
pemerintah daerah berkewajiban menyelenggarakan upaya perlindungan ini sebagaimana diamanatkan dalam undang-undang tersebut. Pemerintah
menugaskan badan usaha milik negaradaerah di bidang perasuransian untuk menyelenggarakan program asuransi pertanian. Selanjutnya, amanat undang-
undang ini juga memberi konsekuensi bahwa pemerintah pusat dan daerah harus menyediakan pembiayaan yang memadai untuk membina dan
RPJM.indd 307 2112014 3:29:02 PM
308
mengendalikan implementasi asuransi pertanian di Indonesia, termasuk penyelenggaraan pelatihan dan pendidikan bagi pelaksana di lapangan.
Implikasi lainnya adalah bahwa pemerintah pusat dan daerah sesuai dengan kewenangannya memberikan fasilitas kepada setiap petanipeternak
peserta asuransi untuk memperoleh kemudahan pendaftaran menjadi peserta, kemudahan akses terhadap perusahaan asuransi, sosialisasi program asuransi
pertanian dan bantuan pembayaran premi. Petani diuntungkan dengan manfaat yang diterima mereka sebagai konsekuensi logis dari diselenggarakannya asuransi
pertanian. Keuntungan tersebut bertujuan untuk meringankan beban terhadap penyediaan ongkos produksi dan sekaligus mengurangi ketergantungan petani
berskala kecil terhadap pelepas uang di wilayah masing-masing.
UU No. 192013 juga mengatur penyelenggaraan pembiayaan pertanian dan pelaksanaan penyuluhan pertanian yang lebih komprehensif dengan cara
membuka kesempatan yang lebih besar bagi petani untuk mengakses lembaga keuanganperbankan dengan berbagai program kreditpembiayaan usahatani.
Kelak, biaya premi akan diintegrasikan ke dalam kredit usahatani yang berasal dari lembaga keuangan dan menjadi bagian dari biaya produksi usaha pertanian yang
dilaksanakan petanipeternak. Melalui undang-undang ini, pembangunan pertanian diharapkan dapat meningkatkan kapasitas petani dan produksi
usahataninya hingga menuju peningkatan pendapatan dan kesejahteraan petani serta sekaligus membantu program pemerintah kedepan dalam berbagai aspek
ketahanan dan kedaulatan pangan.
6.7. Rekomendasi Kebijakan