Pendahuluan Relevansi NTP sebagai Indikator Kesejahteraan petani

311

BAB VII ANALISIS NILAI TUKAR PETANI

7.1. Pendahuluan

Pembangunan nasional pada dasarnya ditujukan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat, untuk itu dalam setiap tahapan pembangunan kesejahteraan masyarakat selalu menjadi tujuan utama. Sebagai negara agraris, jumlah penduduk yang terlibat dalam kegiatan pertanianagribisnis sangat besar,sehingga perhatian terhadap kesejahteraan petani dinilai sangat strategis. Dalam rencana rencana jangka panjang pembangunan nasional peningkatan kesejahteraan petani telah dan akan menjadi prioritas pembangunan pertanian mendatang. Salah satu indikatoralat ukur yang dipakai untuk menilai tingkat kesejahteraan petani adalah Nilai Tukar Petani NTP. Pengetahuan secara mendalam tentang perilaku nilai tukar petani, dampak pembangunan dan identifikasi faktor-faktor penentu nilai tukar akan sangat berguna bagi perencanaan kebijakan pembangunan, perbaikan program-program pembangunan kedepan. Sejalan dengan itu dilakukan kajian tentang NTP sebagai bahan dalam merumuskan kebijakan peningkatan kesejahteraan petani. Secara umum, kajian bertujuan untuk merumuskan kebijakan peningkatan peningkatan kesejahteraan petani sebagai bahan dasar RPJMN 2015-2019 Bidang Pertanian. Secara lebih rinci tujuan kajian adalah: 1 Menganalisa perilaku nilai tukar petani Indonesia, 2 Menganalisa faktor-faktor dan kebijakan yang mempengaruhi nilai tukar petani,dan 3 Merumuskan kebijakan peningkatan nilai tukarkesejahteraan petani.

7.2. Relevansi NTP sebagai Indikator Kesejahteraan petani

Konsep NTP sebagai indikator kesejahteraan petani yang dikembangkan BPS dihitung dari rasio harga yang diterima petani HT terhadap harga yang dibayar petani HB. Konsep ini secara sederhana dapat menggambarkan daya beli harga yang diterima petani terhadap hargabiaya yang dibayar atas barang yang dibeli petani. Dengan asumsi tingkat produksi yang dihasilkan petani dan yang dikonsumsi petani tetap, maka konsep daya beli harga yang diterima petani terhadap hargabiaya yang dibayar atas barang yang dibeli petani dapat RPJM.indd 311 2112014 3:29:03 PM 312 menggambarkan daya beli pendapatan petani terhadap pengeluarannya, sehingga dapat menggambarkan tingkat kesejahteran petani. Indikator NTP yang dibangun BPS mempunyai unit analisa nasional dan regional provinsi. NTP nasional merupakan agregasi dari NTP regional dan sub sektor, sehingga dari perhitungan NTP tersebut juga dapat didisagreagasi ke dalam NTP regional provinsi dan NTP sub sektor. Dengan demikian disamping dapat diketahui indikator kesejahteraan petani nasional juga dapat diketahui dan diperbandingkan tingkat kesejahteraan petani antar regional provinsi dan indikator kesejahteraan petani antar sub sektor. Disagreagasi juga dapat dilakukan dengan lebih rinci atas masing-masing komponen penyusunnya, seperti NT Padi terhadap pupuk, NTP sayuran terhadap sewa lahan, NTP unggas terhadap upah dan sebagainya. Indeks nilai tukar komponen penyusun NTP tersebut merupakan parameter penting kebijakan pembangunan pertanian . Namun demikian, penghitungan NTP yang hanya didasarkan kepada rasio harga-harga tidak sepenuhnya menggambarkan tingkat kesejahteraan secara absolut. Kondisi pola usaha pertanian dengan sistem produksi pertanian bersifat musiman masa panen, panen raya, paceklik, dan dengan struktur tataniaga yang belum efisien menyebabkan kenaikan indeks harga yang diterima petani belum tentu dinikmati petani, sehingga kenaikan NTP belum tentu berarti peningkatan pendapatan kesejahteraan petani. Pada bagian lain, dengan asumsi kuantitas yang dihasilkan petani tetap juga berarti dalam perhitungan NTP tidak memasukkan unsur kemajuan pembangunan terutama faktor perbaikan teknologiproduktivitas. Dengan beberapa kekurangan yang ada dalam penghitungan NTP selama ini, perlu dipikirkan penyempurnaan penghitungan NTP yang lebih mendekati pengukuran kesejahteraan dengan memasukan unsur produksi dalam penghitungannya, sehingga NTP didefinisikan sebagai indeks nilai produksi terhadap indeka nilai pengeluaran. Pada bagian lain penyusunan NTP tersebut juga masih memiliki kekurangan, antara lain dalam cakupandefinisi petani belum sepenuhnya mengakomodasikan seluruh komoditas pertanian seperti usaha tanaman obat dan tanaman hias pada sub sektor hortikultura, dan penyusun sub sektor perkebunan rakyat belum dirinci. Adanya kekurangan yang ada dalam penghitungan NTP memerlukan pemikiran untuk menyempurnakan penghitungan NTP yang lebih mendekati pengukuran kesejahteraan dengan memasukkan unsur produksi dalam penghitungannya, sehingga NTP didefinisikan sebagai indeks nilai produksi terhadap indeks nilai pengeluaran. RPJM.indd 312 2112014 3:29:03 PM 313

7.3. Keragaan Rumahtangga Pertanian