15
Tabel 2.7. Target dan Produksi Daging Sapi dan Kerbau
Komoditas Indikator
Tahun 2010
2011 2012
Daging Sapi dan Kerbau
Target Produksi Ton 414.000
439.000 439.000
Realisasi Produksi Ton 472.400
520.700 545.900
Impor Ton 190.429
118.302 58.752
- Daging dan Jeroan Ton
140.141 40.889
39.419 -
Sapi dan kerbau Bakalan Ton
50.287 77.413 19.333
Sumber: Statistik Peternakan, Ditjen Peternakan, tahun 2013 Berat hidup dikonversi ke daging
II. Menurunnya Penduduk dan Daerah yang Rentan Terhadap Rawan
Pangan
Sasaran berikutnya dari RKP adalah menurunnya penduduk dan daerah rawan pangan. Sasaran ini telah menjadi sasaran pada RPJM sebelumnya.
Pengurangan penduduk rawan pangan berarti sama dengan memberantas kemiskinan.
Gambar 2.1. Proporsi Penduduk Rawan Pangan di Indonesia
Sumber: BPS dalam berbagai sumber Berdasarkan data BPS Gambar 2.1 pengurangan penduduk rawan
pangan di Indonesia mengalami peningkatan. Namun, angka ini bisa berubah- ubah setiap saat apabila terjadi bencana alam, perubahan iklim, dan faktor lainnya
RPJM.indd 15 2112014 3:28:09 PM
16
yang menyebabkan penurunan produksi bahan pangan dapat menyebabkan penduduk rawan pangan meningkat.
Sasaran berikutnya adalah pengurangan daerah rawan pangan. Dewan Ketahanan Pangan dan
World Food Programme
telah menyusun Peta Ketahanan dan Kerentananan Pangan Indonesia pada Tahun 2009. Berdasarkan dokumen
tersebut, dari 346 kabupaten yang dianalisis, terdapat 100 kabupaten atau sekitar 28,90 persen rentan terhadap kerawanan pangan Gambar 2.2.
Gambar 2.2. Seratus Kabupaten yang Berkategori Rawan Pangan
Dewan Ketahanan Pangan dan
World Food Programme
, 2009 Beberapa faktor yang menyebabkan kerentanan terhadap kerawanan
pangan terutama disebabkan oleh: angka kemiskinan yang masih tinggi, tidak ada akses listrik, kasus
underweight
pada balita masih tinggi, tidak ada akses jalan untuk kendaraan roda empat, tidak ada sumber air bersih, dan rasio konsumsi
normatif per kapita terhadap ketersediaan serealia masih meningkat. Di samping itu, bencana alam yang masih berlanjut dalam skala luas di berbagai wilayah,
serta daya dukung alam untuk menghasilkan produk pangan yang cenderung terus berkurang dan rentan terhadap berbagai macam perubahan, senantiasa
mengancam masyarakat Indonesia ke arah kekurangan pangan.
Berdasarkan gambar tersebut, Provinsi Papua menempati urutan pertama dalam jumlah kabupaten yang berkategori rawan pangan diikuti Nusa Tenggara
Timur, Kalimantan Barat, dan Papua Barat sebagai provinsi-provinsi yang memiliki
RPJM.indd 16 2112014 3:28:09 PM
17
kabupaten yang rawan pangan terbanyak. Daerah-daerah yang menjadi prioritas untuk pengentasan daerah rawan pangan terdapat sebanyak 30 kabupaten.
Daerah prioritas tersebut harus segera mendapatkan program bantuan pemerintah guna mengatasi masalah kerawanan pangan.
III.
Terjaganya Stabilitas Harga Komoditas Pangan
Dalam rangka menjaga stabilitas harga beras, pemerintah telah mengeluarkan Instruksi Presiden Republik Indonesia No. 3 Tahun 2012 tentang
Kebijakan Pengadaan GabahBeras dan Penyaluran Beras oleh Pemerintah. Regulasi ini dikeluarkan untuk menjaga ketersediaan pangan, khususnya
gabahberas, dan kestabilan harga.
Kebijakan yang selama ini diberlakukan oleh pemerintah dalam menjaga harga pangan terutama beras adalah dengan menetapkan harga pokok pembelian
HPP. Harga Pembelian Pemerintah HPP untuk gabah dan beras tahun 2011 tetap seperti yang berlaku pada 2010. Oleh karena itu, pemerintah tidak
menerbitkan Instruksi Presiden Inpres tentang Pengadaan Penyaluran Gabah atau Beras 2011.
Seperti diketahui bahwa HPP gabah dan beras tahun 2010 ditetapkan dalam Inpres Nomor 7 Tahun 2009 tentang kebijakan perberasan. Harga Pembelian
Pemerintah ditetapkan untuk beras Rp 5.060 per kg; untuk gabah kering panen GKP di tingkat petani Rp 2.640 per kg; GKP di tingkat penggilingan Rp 2.685kg
; Gabah Kering Giling GKG di penggilingan Rp 3.300 per kg, dan GKG di BULOG Rp 3.345 per kg.
Akan tetapi pada tahun 2012, Pemerintah mengeluarkan Inpres 3 Tahun 2012 yang menetapkan harga pokok pembelian yang baru.
Harga Pembelian Gabah Kering Panen dalam negeri dengan kualitas kadar air maksimum 25 dua puluh
lima persen dan kadar hampakotoran maksimum 10 sepuluh persen adalah Rp. 3.300 tiga ribu tiga ratus rupiah per kilogram di petani, atau Rp. 3.350 tiga
ribu tiga ratus lima puluh rupiah per kilogram di penggilingan. Harga Pembelian Gabah Kering Giling dalam negeri dengan kualitas kadar air maksimum 14
empat belas persen dan kadar hampakotoran maksimum 3 tiga persen adalah Rp. 4.150 empat ribu seratus lima puluh rupiah per kilogram di
penggilingan, atau Rp. 4.200 empat ribu dua ratus rupiah per kilogram di gudang Perum BULOG. Harga Pembelian Beras dalam negeri dengan kualitas
kadar air maksimum 14 empat belas persen, butir patah maksimum 20 dua puluh persen, kadar menir maksimum 2 dua persen dan derajat sosoh
RPJM.indd 17 2112014 3:28:09 PM
18
minimum 95 sembilan puluh lima persen adalah Rp. 6.600 enam ribu enam ratus rupiah per kilogram di gudang Perum BULOG. Dengan demikian, penetapan
HPP yang baru diharapkan dapat memberikan rangsangan bagi petani dalam memproduksi padinya.
IV.
Peningkatan Diversifikasi Pangan
Diversifikasi pangan dimaksudkan untuk memberikan peluang kepada konsumen untuk melakukan variasi konsumsi pangan tidak hanya beras.
Sebagaimana diketahui bahwa saat ini pemerintah sedang menggalakkan pengurangan konsumsi beras yang bertujuan untuk mengurangi impor beras dan
meningkatkan produksi beras nasional untuk ekspor.
Indikator keberhasilan peningkatan diversifikasi pangan dapat dilihat dari persentase penurunan konsumsi beras, meningkatnya konsumsi umbi-umbian,
pangan hewani, sayuran dan buah-buahan serta meningkatnya Skor Pola Pangan Harapan PPH. Skor PPH dapat merepresentasikan sejumlah kalori yang
dikonsumsi dari berbagai variasi makanan.
Berdasarkan data yang diperoleh dari BPS atas rata-rata sejumlah kalori yang dikonsumsi oleh penduduk Indonesia perhari, dapat dihitung skor PPH atas kalori
yang dikonsumsi. Pada Gambar 2.3 digambarkan perkembangan pola pangan dan capaian skor PPH dengan target yang diharapkan. Sesuai dengan gambar tersebut
dapat dilihat bahwa selama tahun 2004-2011, skor PPH belum mampu menenuhi target yang ditetapkan. Akan tetapi, di tahun 2012 skor PPH hampir mendekati
target, yaitu dicapai sebesar 88,82 sedangkan targetnya adalah 88,9. Hal ini mengindikasikan adanya harapan capaian skor PPH di tahun-tahun yang akan
datang.
RPJM.indd 18 2112014 3:28:09 PM
19
Gambar 2.3. Target dan Capaian Skor Pola Pangan Harapan PPH
Sumber: BPS diolah, dengan mengeluarkan bahan makanan beralkohol
V. Peningkatan Kesejahteraan Petani