182 E.
PENGKAJIAN PENGALAMAN KEHILANGAN, KEMATIAN, BERDUKA DAN PENYAKIT TERMINAL
Pada pengkajian klien yang mengalami kehilangan dan berduka grieving, Perawat
pertama kali harus mengenal status kesadaran klien dan keluarga, gejala berduka, dan faktor yang memengaruhi reaksi kehilangan. Pada kasus penyakit terminal, status kesadaran pada
orang yang menanti ajal dan sikap keluarga terhadap kemampuan komunikasi Perawat secara bebas dengan klien dan tenaga kesehatan lain akan membantu dalam proses
kehilangan. Ada tiga tipe kesadaran yang digambarkan, kesadaran tertutup, kesadaran
mutual, dan kesadaran terbuka sebagai berikut:
1. Kesadaran Tertutup
Klien dan keluarga tidak menyadari adanya kematian mengancam. Mungkin mereka tidak mengerti mengapa klien sakit, dan mereka percaya bahwa klien akan sembuh. Tenaga
kesehatan mungkin percaya bahwa lebih baik tidak mengomunikasikan diagnosa dan prognosa penyakit kepada klien dan keluarga. Keperawatan berlawanan dengan masalah
etika bila menghadapi situasi ini, dan mereka memiliki beberapa pilihan. Ancamannya adalah klien dan keluarga akan tahu yang sebenarnya, jika mereka melakukan dan mereka akan
mengenal bahwa informasi yang diberikan pada awal adalah salah.
2. Kepura-puraan Mutual
Klien, keluarga dan tenaga kesehatan tahu bahwa prognosa penyakit adalah terminal, tetapi tidak membicarakan tentang itu dan berusaha tidak membicarakan tentang penyakit
itu. Kadang-kadang klien menghindar dari diskusi tentang kematian untuk mencegah keluarga dari stres. Kepura-puraan mutual ini memberikan privacy pada klien dan kemuliaan,
tetapi ini memberikan batasan yang berat pada klien yang sedang menanti ajal. 3.
Kesadaran Terbuka Klien dan orang-orang di sekitarnya tahu tentang ancaman kematian dan merasa
nyaman mendiskusikannya. Kesadaran ini memberikan kesempatan pada klien untuk berpartisipasi mempersiapkan kematian dan rencana tempat pemakaman. Beberapa ahli
mengatakan bahwa klien yang menderita penyakit terminal sebaiknya diberi informasi tentang penyakitnya, walau ia tahu tentang kematian secara tidak langsung.
Skema pengkajian, gali bersama klien dan anggota keluarga faktor-faktor yang memengaruhi rasa berduka mereka, respons mereka yang unik terhadap berduka, dan
harapan-harapan mereka, termasuk keinginan-keinginan mereka terhadap pelayanan akhir kehidupan. Pengkajian respons berduka meluas sepanjang perjalanan penyakit sampai masa
kehilangan setelah kematian terjadi.
Membangun hubungan yang membantu dan tepercaya dengan klien dan anggota keluarga yang berduka merupakan hal yang penting dalam proses pengkajian. Gunakan
komunikasi yang terbuka dan jujur saat berbicara dengan klien dan anggota keluarga. Tetap
183
berpikiran terbuka, dengarkan dengan baik, dan amati respons verbal dan nonverbal klien. Informasi dari anggota tim pelayanan kesehatan, dokter, pekerja sosial, dan penyelenggara
pelayanan spiritual juga memberikan sumbangan bagi data pengkajian Anda.
Perawat diharapkan mampu mengkaji komponen-komponen di bawah ini: a.
faktor-faktor yang memengaruhi berduka; b.
reaksi Berduka; c.
harapan-harapan klien; d.
keputusan akhir kehidupan. Apabila klien telah meninggal dunia, perawat harus melaksanakan rencana tindakan
Perawatan jenazah. Sebelumnya Perawat harus memahami tentang definisi dan tanda-tanda kematian. Kematian atau ajal adalah akhir dari kehidupan, ketiadaan nyawa dalam
organisme biologis. Semua makhluk hidup pada akhirnya akan mati secara permanen, baik karena penyebab alami, seperti penyakit atau karena penyebab tidak alami, seperti
kecelakaan. Setelah kematian, tubuh makhluk hidup mengalami pembusukan Wikipedia, 2013. Istilah-Istilah dalam kematian di antaranya:
a. Rigor Mortis
Rigor Mortis adalah kekakuan tubuh yang terjadi kurang lebih 2 sampai 4 jam setelah mati. Hal ini hasil dari kurangnya Adenosine Triphosphat ATP yang tidak disintesis
dikarenakan kurangnya glycogen dalam tubuh. ATP sangat penting untuk relaksasi serat otot. Rigor mortis dimulai pada otot involunter, seperti jantung, bladder dan lain-lain
kemudian berkembang ke kepala, leher, punggung dan terakhir ke bagian ekstremitas.
Perawat perlu membantu posisi klien tetap posisi anatomis, merapatkan mulut dan menutupkan mata sebelum terjadi rigor mortis. Rigor mortis biasanya menghilang setelah
kurang lebih 96 jam setelah kematian. b.
Algor Mortis Algor Mortis adalah menurunnya temperatur tubuh secara berkala setelah kematian.
Ketika sirkulasi darah berakhir dan tidak berfungsinya hypothalamus, maka temperatur tubuh turun sekitar 1°C 1,8°F per jam sampai ia mencapai suhu kamar. Secara simultan,
kulit berkurang elastisitasnya dan mudah pecah saat perawat mengangkat balutan luka atau mengangkat plester yang menempel.
Setelah sirkulasi darah berhenti, kulit menjadi tidak berwarna. Sel darah merah rusak, hemoglobin hancur, dan tidak berwarna di sekitar jaringan. Hal ini disebut Livor mortis yang
tampak pada bagian tubuh yang paling bawah atau paling ujung. Jaringan setelah mati akan menjadi lembut dan kadang-kadang menjadi lembab oleh
fermentasi bakteri. Semakin hangat suhu, semakin cepat perubahannya. Bagaimanapun, tubuh masih menyimpan suhu dingin untuk memperlambat proses ini. Proses pemberian
Balsam dilakukan melalui injeksi bahan-bahan kimia ke dalam tubuh untuk menghancurkan bakteri.