Keputusasaan PENGKAJIAN STRES DAN KOPING

196 Intervensi: 1 Binalah hubungan saling percaya. 2 Kajilah penyebab gangguan body image. 3 Kajilah kemampuan yang dimiliki klien. 4 Eksplorasi aktivitas baru yang dapat dilakukan. 5 Berikan dukungan yang positif dan dukungan emosi. 6 Gunakan sentuhan tangan jika diterima. c. Gangguan konsep diri: Perubahan Peran b.d kesehatan. Tujuan: Klien dapat melakukan perannya. Kriteria hasil: 1 klien tidak merasa malu dengan kondisinya; 2 klien merasa percaya diri; 3 klien mau berinteraksi dengan orang lain. Intervensi: 1 Bina hubungan saling percaya dan menjelaskan semua prosedur dan tujuan dengan singkat dan jelas. 2 Kaji penyebab perubahan peran. 3 Berikan dukungan emosi untuk klienorang terdekat selama tes diagnostik. 4 Sampaikan hal-hal positif secara mutlak. 5 Gunakan sentuhan tangan jika diterima. 6 Libatkan keluarga dan orang terdekat untuk memberikan support. 7 Berikan penguatan reinforcement yang positif. d. Gangguan konsep diri: Identitas Diri b.d kesehatan. Tujuan: Klien dapat menidentifikasi identitasnya yang positif. Kriteria hasil: 1 klien tidak merasa malu dengan kondisinya; 2 klien merasa percaya diri; 3 klien mau berinteraksi dengan orang lain. Intervensi: 1 Bina hubungan saling percaya dan menjelaskan semua prosedur dan tujuan dengan singkat dan jelas. 2 Kaji penyebab gangguan identitas diri klien. 3 Berikan dukungan emosi untuk klienorang terdekat selama tes diagnostik. 4 Sampaikan hal-hal positif secara mutlak. 5 Gunakan sentuhan tangan jika diterima. 6 Libatkan keluarga dan orang terdekat untuk memberikan support. 7 Berikan penguatan reinforcement yang positif. 197 2. Intervensi pada Klien dengan Gangguan Seksualitas Inti dari intervensi keperawatan pada klien dengan gangguan seksualitas adalah: a. menciptakan suasana dimana klien dapat menggali masalah seksual; b. merujuk kepada sumber daya yang sesuai untuk menggali masalah seksual; c. menggali pemahaman klien, kepercayaan, dan sikap berkenaan dengan seksualitas dan fungsi seksual. 3. Intervensi pada Klien dengan Gangguan Kesehatan Spiritual Tujuan dari pemberian intervensi pada klien dengan gangguan kesehatan spiritual adalah: a. klien akan mengungkapkan penerimaan terhadap penyakitnya; b. klien melaporkan kemampuan bergantung pada dukungan anggota keluarga; c. klien memulai interaksi sosial dengan keluarga dan teman. Adapun inti dari intervensi pada klien dengan gangguan kesehatan spiritual adalah: a. berkolaborasi dengan klien dan keluarga pada pemilihan intervensi; b. konsultasi dengan pelayanan rohaniwan sesuai dengan agamanya masing- masing; c. memberikan fasilitas klien untuk melaksanakan ibadah sesuai dengan keyakinan dan agama masing-masing. 4. Intervensi pada Klien dengan Gangguan Stres dan Adaptasi Hasil yang diharapkan pada individu yang mengalami stres bisa termasuk koping yang efektif, koping keluarga, kesehatan emosional pengasuh, dan penyesuaian psikososial terhadap perubahan hidup. Intervensi menyesuaikan dengan disgnosis keperawatan yang ditegakkan. Perawat harus dapat memberikan promosi kesehatan agar klien dapat meningkatkan koping individu sehingga dapat melakukan manajemen stres dengan baik dengan tujuan klien dapat melaporkan penggunaan strategi untuk mengurangi stres kronis. Adapun strategi pengajaran yang dapat diberikan adalah: a. pergi tidur 30-60 menit lebih cepat setiap malam untuk beberapa minggu, namun melanjutkan tidur pada pagi hari tidak membantu karena hal itu akan mengganggu ritme tubuh; b. berolah raga minimal 30 menit setiap hari; c. mengurangi atau berhenti menggunakan kafein, seperti yang terkandung dalam kopi, teh, dan soda; d. mendengarkan musik yang disukai klien; e. mempertimbangkan atau mempunyai atau tidak mempunyai binatang peliharaan akan mengurangi stres dan memberikan dukungan sosial; f. melakukan pijatan; g. membuat catatan harian untuk mengungkapkan pikiran dan perasaan klien. 198 h. mengganti kegiatan yang tidak perlu yang menghabiskan waktu dengan kegiatan yang menyenangkan atau menarik; i. mencari humor dalam situasi yang penuh tekanan; j. menggunakan meditasi, imajinasi, terbimbing, atau yoga untuk mendapatkan relaksasi yang dalam. 5. Intervensi pada Klien dengan Pengalaman Kehilangan, Berduka, Kematian dan Penyakit Terminal Berdasarkan beberapa diagnosis keperawatan yang mungkin muncul di atas, maka dapat disusun beberapa perencanaan untuk mengatasi masalah. Respons klien berbeda- beda setiap kasusnya, tentunya hal ini dipengaruhi oleh pengalaman, budaya, jenis kelamin dan nilai personal yang ada. Adapun kriteria hasil yang akan dicapai adalah klien dapat: a. secara verbal mengungkapkan kesedihannya atau marah atau kehilangan; b. berbagi pikiran dan perasaan dengan orang lain; c. menggunakan sumber yang tepat teman, support group; d. memelihara hubungan interpersonal yang konstruktif; e. membangun hubungan yang baru; f. secara verbal mengungkapkan bahwa masalah kehilangan teratasi; g. menyimpulkan aktivitas yang biasa aktivitas sehari-hari, rekreasi, kerja dan lain-lain. Keterampilan yang relevan pada situasi kehilangan dan berduka adalah mendengarkan dengan baik, diam, pertanyaan terbuka dan tertutup, paraphrase, klarifikasi, refleksi perasaan dan menyimpulkan. Kurangi pemberian nasihat dan evaluasi pada klien. Untuk meyakinkan komunikasi yang efektif, Perawat harus membuat pengkajian yang akurat tentang apa yang tepat untuk klien. Komunikasi dengan klien berduka membutuhkan hal yang relevan dengan tahapan berdukanya. Jika klien sedang pada tahapan marah dan depresi, bagaimana ia bisa mendengarkan pesan-pesan dan bagaimana Perawat menginterpretasikan pernyataan klien. Untuk melakukan tindakan yang tepat sesuai kebutuhan klien, lihat tahapan reaksi kehilangan Kubler Ross. Tujuan keperawatan untuk klien yang mengalami rasa kehilangan dapat berupa jangka panjang atau jangka pendek, tergantung pada sifat rasa kehilangan dan berduka klien. Beberapa tujuan asuhan keperawatan untuk klien yang menghadapi kehilangan atau kematian adalah mengakomodasi rasa berduka, menerima kenyataan akan rasa kehilangan, atau mempertahankan hubungan yang penuh arti. Adapun tujuan utama perawatan klien menanti ajal adalah: memelihara kenyamanan fisiologik dan psikologik, dan mencapai ketenangan dan kedamaian kematian. Kriteria hasil yang akan dicapai pada klien menanti ajal adalah klien dapat: a. bebas dari rasa sakit; b. berpartisipasi dalam aktivitas Perawatan diri dan tindakan; c. membuat pilihan berhubungan dengan Perawatan dan pengobatan;