Dokumen Rencana Aksi Daerah Gas Rumah Kaca RAD-GRK Sumatera Selatan
107
Gambar 2.44 53 TPA di Sumsel diketahui telah memiliki bangunan pengomposan. Gambaran yang cukup baik untuk program
mitigasi dengan minimasi sampah skala kota.
b. Limbah Cair Domestik
Air limbah dapat menjadi sumber metan CH4 ketika diolah atau dibuang secara anaerobik. Air mlimbah dapat juga merupakan sumber emisi nitrous
oxide N
2
O. Emisi karbon dioksidaCO
2
dari air limbah tidak diperhitungkan dalam IPCC Guidelines karena air limbah merupakan zat biogenic dan tidak
tidak dimasukkan dalam total emisi nasional. Data yang diperlikan untuk estimasi emisi GRK sektor limbah cair meliputi; a data fraksi masyarakat pet
pendapatan dan fraksi penggunaan sistem pengolahan dan pengelolaan sampah serta b data TOW.
TOW total organically degradable material in wastewater adalah jumlah massa bahan-bahan organik limbah cair yang dapat terdegradasi. TOW
limbah cair domestik di suatu wilayah adalah total BOD kG yang dihitung berdasarkan jumlah populasi dikalikan kG BOD perkapita. Angka default IPCC
2006 GL untuk BOD di Indonesia merujuk data Asia, Middle East, dan Afrika adalah 40 gramkapitahari atau dalam rentang 35
– 45 gramkapitahari vol 5 ch.6 Table 6.5.
Di Sumatera Selatan, terdapat beberapa sistem pembuangan air limbah domestik sesuai dengan struktur pemukiman. Pada daerah pemukiman yang
terstruktur, pembuangan penanganan air limbah dilakukan secara individual pada masing-masing rumah tangga dan secara komunal memanfaatkan
fasilitas umum, seperti jamban umum atau MCK. Sistem yang digunakan adalah “onsite” setempat. Sedangkan pada pemukiman tidak terstruktur,
sebagian penduduk menggunakan tangki septik individual, cubluk dan banyak yang menggunakan sungaianak sungai sebagai jamban. Air bekas cucian,
dapur dan kamar mandi disalurkan langsung ke saluran drainase. Pada
Dokumen Rencana Aksi Daerah Gas Rumah Kaca RAD-GRK Sumatera Selatan
108
pemukiman kumuh di pinggiran sungai, sungai digunakan sebagai tempat pembuangan air limbah sekaligus jamban. Disisi lain, belum terdapat sistem
pengelolaan air limbah yang memadai untuk dapat mengurangi pencemaran yang diakibatkan air limbah tersebut.
Kondisi saat ini, air limbah yang berasal dari air bekas cucian, air dari dapur, air kamar mandi, dan air limpahan dari septik tank dibuang ke saluran drainase
bergabung dengan air hujan mengalir ke tempat yang lebih rendah melalui saluran alami dan saluran buatan. Jaringan air limbah rumah tangga mengikuti
saluran airdrainase yang tersedia. Pengolahan air limbah terjadi secara alami ketika air limbah mengalir. Air limbah rumah tangga di wilayah Sumatera
Selatan sebagian besar berakhir di sungai atau rawa. Pengolahan air limbah domestik kawasan Sumatera Selatan umumnya
menggunakan sistem sanitasi setempaton-site, tipe pengolahan dan pembuangan uncollected, dengan menggunakan jamban, baik yang dikelola
secara individu maupun secara komunal yang dilengkapi dengan tangki septik atau cubluk. Selain itu, dengan adanya sungai
– sungai yang mengalir melalui wilayah Sumatera Selatan, dimanfaatkan sebagai salurantempat pembuangan
air limbah. Untuk sistem pengelolaan limbah cair domestik di kawasan Sumatera Selatan
saat ini masih belum mengenal sewer system. Sewer system merupakan sistem pembuangan air limbah dimana semua air kotor di suatu wilayah, baik
air bekas cucian, air dari dapur, air dari kamar mandi, maupun air dari kakus disalurkan bersama ke suatu tempat untuk diolah. Sewer system ini bersifat
tertutup dan dipisahkan dari sistem pembuangan air hujan. Penggunaan sistem sanitasi terpusat sampai saat ini belum bisa dilaksanakan karena setelah
dicoba pilot proyek di kelurahan 26 Ilir kota Palembang, pengelolaan limbah terpadu gagal diaplikasikan karena kondisi topografi dan biaya tinggi. Pada
kawasan pinggiran sungai, masih banyak penduduk menggunakan aliran sungai sebagai pembuangan air limbah. Pada pengelolaan air limbah individual
di kawasan dengan muka air tanah tinggi, masalahnya adalah kondisi tangki septik yang tidak kedap air.
Berdasarkan Rekapitulasi Data Dasar Kondisi Keciptakaryaan Prov. Sumsel Tahun 2010, pengolahan dan pembuangan limbah cair domestik Sumsel
merupakan sistem IPAL on-siteuncollected, yang terbagi menjadi:
Dokumen Rencana Aksi Daerah Gas Rumah Kaca RAD-GRK Sumatera Selatan
109
1. Uncollected dengan Tangki Septik sebesar 50,8, 2.
Uncollected dengan Open pitsLatrines sebesar 49,20 dengan kondisi spesifik daerah berada pada iklim basah, dan atau muka air tanah yang lebih
tinggi dan latrine.
Gambar 2.45 Distribusi Pengolahan dan Pembuangan Air limbah domestik on- site Sumsel
Salah satu upaya untuk meningkatkan pengelolaan limbah cair adalah dengan membangun pilot project baffled septic tank, sebuah unit pengolah air limbah
domestik skala lingkungan kapasitas 20 – 100 KK lihat gambar 2.24.
Gambar 2.25 menyajikan harapan pada tahun 2013 bahwa 30 area di Sumsel telah tercapai pelayanan sanitasi lingkungan RPJM Sumsel.
Gambar 2.46 Baffled Septic Tank, salah satu upaya aplikasi teknologi untuk pengolahan air limbah domestik terpusat skala lingkungan yang
sedang diuji coba di Palembang.
Dokumen Rencana Aksi Daerah Gas Rumah Kaca RAD-GRK Sumatera Selatan
110
Gambar 2.47 Baffled Septic Tank, salah satu upaya aplikasi teknologi untuk pengolahan air limbah domestik terpusat skala lingkungan yang
sedang diuji coba di Palembang. Beberapa permasalahan dalam pengelolaan limbah cair domestik Sumatera
Selatan dalam kaitannya dengan emisi GRK antara lain; a
Masih menyatunya saluran limbah dan saluran drainase. Air limbah yang berasal dari air bekas cucian, air dari dapur, air kamar mandi, dan air
limpahan dari septik tank dibuang ke saluran drainase bergabung dengan air hujan mengalir ke tempat yang lebih rendah melalui saluran alami dan
saluran buatan. b
Air limbah rumah tangga sebagian besar berakhir di kolam retensi, sungai atau rawa, dimana pengolahan terjadi secara alami selama proses
pengaliran di saluran drainase. Pengerukan lumpur rawa, kolam retensi dan sungai juga merupakan sumber emisi GRK.
c Pada kawasan pinggiran sungai, masih banyak penduduk menggunakan
aliran sungai sebagai pembuangan air limbah. d
Penggunaan sistem sanitasi terpusat sampai saat ini belum bisa dilaksanakan karena setelah dicoba pilot proyek di kelurahan 26 Ilir kota
Palembang, pengelolaan limbah terpadu gagal diaplikasikan karena kondisi topografi datar dan biaya tinggi.
e Banyaknya sistem pengolahan on-site, tangki septik, yang tidak memenuhi
persyaratan teknis. f
Banyaknya area rawa yang memerlukan bangunan pengolah air limbah dengan desain khusus seperti Tripikon-S, tangki septik dengan peresapan
yang ditinggikan. Teknologi ini belum banyak dikenal dan diaplikasikan.
Dokumen Rencana Aksi Daerah Gas Rumah Kaca RAD-GRK Sumatera Selatan
111
Gambar 2.48 Tantangan: Sistem Pembuangan Air Limbah Domestik menyatu dengan saluran drainase, berakhir di sungai atau retensirawa.
c. Limbah Industri