Dokumen Rencana Aksi Daerah Gas Rumah Kaca RAD-GRK Sumatera Selatan
191
Jumlah emisi GRK yang dihasilkan masing-masing sub sektor dapat digunakan sebagai emisi GRK skenario BAU Bussines as Usual pada
tahun 2010. -
Implementasi Konservasi Energi dan Pengurangan Emisi CO
2
di Sektor Industri Fase-1 Prep-ICCTF MOI 2010-2011. Kegiatan ini dilakukan pada
tahun 2010-2011September 2010-Desember 2011 di 35 industri baja dan 15 industri pulp kertas yang tersebar di wilayah Sumatera Utara, Jambi,
Riau, Sumatera Selatan, Banten, DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah dan Jawa Timur.
4.2.6 SampahLimbah
Diusulkan 11 kelompok rencana aksi mitigasi untuk sektor pengelolaan limbah yang terdiri dari 51 kegiatan. Rencana aksi yang diusulkan melingkupi aspek
perencanaan, koordinasi, tindakan dan pemantauan. Dari 51 kegiatan dalam 11 rencana aksi tersebut, diperkirakan akan didapat penurunan emisi pada tahun 2020,
sebesar 239.048 ton CO2 eq dari estimasi emisi GRK Sumsel sektor limbah sebesar 1.405.766 ton CO2 eq, atau didapat penurunan sebesar 17,0.
Diperkirakan biaya mitigasi total, dari 2013 sampai dengan 2020, sebesar Rp. 542,96 Milyar untuk kegiatan di 15 kotakabupaten. Dari total APBD 15
kotakabupaten direncanakan sebesar Rp. 254,26 M, dari APBD provinsi Sumsel
sebesar Rp. 65,93 Milyar dan dari APBN sebesar Rp. 222,77 Milyar. a. Kelompok Rencana Aksi Mitigasi -1: Program Penyusunan Perencanaan
Pengelolaan Persampahan
Kelompok aksi mitigasi ini merupakan kegiatan perencanaan yang dibutuhkan untuk merencanakan,
membangun dan
mengoperasikan sarana
– prasarana persampahan. Terdapat 3 kegiatan yaitu;
1 Penyusunan Master Plan Persampahan 15 kotakab., 2 Penyusunan Studi Kelayakan dan DED TPA 15 kotakab
3 Penyusunan AMDAL TPA 15 kotakab 4 Perencanaan Teknik TPST 3R
Kegiatan perencanaan dilakukan pada tahun 2013, dengan biaya total sebesar Rp. 23,75 Milyar dari APBN dan APBD.
Dokumen Rencana Aksi Daerah Gas Rumah Kaca RAD-GRK Sumatera Selatan
192 b. Kelompok Rencana Aksi Mitigasi -2: Program Minimasi Sampah dengan
prinsip 3R
Minimasi sampah merupakan dasar dari pengelolaan sampah. Dengan 3R reduce, reuse dan recycle, sampah harus diminimalisir. Sekitar 60 komponen sampah
domestic Sumsel berupa sisa makanan, dan 1 – 6 lainnya berupa sampah kayu
dan taman. Artinya terdapat sampah organic sekitar 61 – 66 yang dapat
digunakan sebagai bahan kompos. Berdasarkan estimasi volume sampah sebesar 1239 Gg sampah pada tahun 2010, dan asumsi 61 komponen sampah
merupakan bahan organic, maka terdapat 755,8 Gg sampah organic sebagai bahan kompos, dan akan terus meningkat sampai 910,7 Gg sampah organic pada tahun
2020. Terdapat 5 kegiatan aksi, baik fisik maupun non-fisik, dalam program minimasi
sampah, yaitu; 1. Pembangunan TPS Terpadu TPST,
2. Sosialisasi 3 R dan Pemilahan Sampah, 3. Pendirian Bank Sampah,
4. Bantuan Sarana dan Bimtek Komposting Sampah Domestik untuk Reklamasi Tambang pola Kemitraan,
5. Komposting sampah organik pedesaan dengan sistem gali-timbun kearifan lokal sumsel.
6. Program kampung iklim dan Menuju Indonesia Hijau. Dengan asumsi kondisi eksisting sampah terolah berada di TPST, baik itu di
pemukiman, di pasar maupun di TPA, hanya sekitar 2 sampah yang berhasil terolah di Sumsel. Sedangkan, untuk minimasi biaya pengelolaan sampah, PU CK
telah menetapkan sekitar 30 sampah harus telah diminimasi mulai dari sumber. Untuk mengejar target tersebut, direncanakan akan dibangun sejumlah TPST di
seluruh kotakabupaten di Sumsel untuk meningkatkan komposisi sampah terolah, baik komposting untuk sampah organik maupun 3R untuk sampah non-organik.
Dengan aksi mitigasi ini, dengan kombinasi pembangunan TPST, operasional Bank Sampah, sosialisasi komposting gali timbun sampah pedesaan dan program
kampung iklim serta Indonesia Hijau, diperkirakan pada tahun 2020, dari 1.493 Gg sampah, 102 Gg 6,8 sampah akan dikomposkan dan 37 Gg 2,5 persen akan
didaur-ulang.
Dokumen Rencana Aksi Daerah Gas Rumah Kaca RAD-GRK Sumatera Selatan
193 Integrasi Pembangunan TPST - Pendirian Bank Sampah dan kaitannya dengan
skala Program Minimasi Sampah
Berdasarkan metode pengolahan dan tanggung jawab pengelolaan, maka skala program pengolahanminimasi sampah dibedakan menjadi beberapa skala
Diseminasi dan Sosialisasi Keteknikan Bidang PLP, 2011, yaitu; 1. Skala individu; yaitu pengolahanminimasi yang dilakukan oleh penghasil
sampah secara langsung di sumbernya rumah tanggakantorsekolahdll. Contoh; pemilahan sampah, komposting skala individu.
2. Skala kawasan; yaitu pengolahan yang dilakukan untuk melayani suatu
lingkungankawasan perumahan, perkantoran, pasar, dll. Lokasi pengolahan skala kawasan dilakukan di TPST Tempat Pengolahan Sampah Terpadu.
Proses yang dilakukan pada TPST umumnya berupa; pemilahan, pencacahan sampah organik, pengomposan, penyaringan kompos, pengepakan kompos
dan pencacahan plastik-kertas untuk daur ulang. 3. Skala kota; yaitu pengolahan yang dilakukan untuk melayani sebagian atau
seluruh wilayah kota dan dikelola oleh pengelola kebersihan kota. Lokasi pengolahan dilakukan di Instalasi Pengolahan Sampah Terpadu IPST yang
umumnya menggunakan bantuan peralatan mekanis. Sementara itu Bank Sampah merupakan inovasi agar sampah mempunyai nilai
tambah. Dengan menabung sampah, masyarakat akan terdorong untuk melakukan kegiatan pengolahan sampah ini.
Dengan membentuk bank sampah di TPST yang dibangun, keberhasilan program minimasi sampah ini dan keberlanjutan kegiatan di TPST akan lebih terjamin.
Skema kelembagaan pengelolaan sampah di TPST dapat mengikuti alur sbb:
Dokumen Rencana Aksi Daerah Gas Rumah Kaca RAD-GRK Sumatera Selatan
194
Gambar 4.46 Skematik PengelolaanMinimasi Sampah integrasi TPST-Bank Sampah
Dengan luas lahan 50 – 1000 m2, TPST dibagi menjadi 3 bagian utama yaitu;
tempat kontainer, tempat pemilahan dan tempat penyimpanan. Pada tiap TPST, juga dilengkapi dengan kontainer yang berfungsi untuk mengumpulkan residu yang
akan dibuang ke TPA. Jika sampah belum terpilah, sebelum dikomposkan, sampah segar yang diterima
oleh TPST mengalami proses pemilahansorting terlebih dahulu oleh petugas sebelum dikomposkan. Untuk 7 jam kerja dan 2 orang pekerja dapat dipilah sampah
sebesar 14 m3 sampah. Luas tempat sorting diperkirakan sebesar 12,58 m2 dengan dimensi bak
penimbunan sbb;
Material Volume m3
Dimensi Bak m Frek. Pengambilan
kalihari Kertas
4,07 1,5 x 0,8 x 0,5
8
Ka. UPTD Kebersihan Kecamatan
Koordinator
Ketua
Wakil Ketua
Bendahara Sekretaris
Divisi Komposting Sampah Basah
Divisi Tabungan Sampah dan Penjualan
Divisi Daur Ulang Sampah Kering
Anggota Masyarakat
Dokumen Rencana Aksi Daerah Gas Rumah Kaca RAD-GRK Sumatera Selatan
195
Logam 0,09
1,5 x 0,5 x 0,5 1
Plastik 2,44
1,5 x 0,8 x 0,5 4
Kaca 0,01
0,2 x 0,5 x 0,5 1
Sisa Pilah 7,40
1,5 x 0,8 x 0,5 12
Selanjutnya sampah yang mudah dikomposkan, dicacah, kemudian ditumpuk untuk proses pengomposan. Beberapa alternatif pengomposan dapat dilakukan antara
lain dengan proses aerobik atau proses fakultatif. Dengan windrow komposting terbuka, luas area komposting dipekirakan seluas 400 m2 untuk sampah input 1
m3jam. Kegiatan pengolahanminimasi sampah skala kawasan ini harus disokong oleh
program sosialisasi yang dapat saja tergabung dalam program kampung iklim, menuju Indonesia hijau, STBM, dan lain
– lain program sanitasi lingkungan. Selain mengurangi dapak negatif sampah, produk dari kegiatan ini bernilai ekonomi;
Harga Sampah Segar dari Masyarakat Kertas kardus
Rp. 1.200kg Kertas arsip
Rp. 2.300kg Kertas koran
Rp. 1.300kg Plastik sachet
Rp. 15sachet Botol dan gelas plastik
Rp. 2.000kg Plastik kresek
Rp. 700kg Gabus, Plastik, botol dan kaleng
Tergantung ukuran Harga Produk 3R terdapat “nilai tambah”
Kompos cair Rp. 10.000 botol
Kerajinan tas, vas bunga, sarung bantal, sarung galon air, tas, dompet, rompi dll
Rp. 5.000 – 125.000 buah
Kompos Rp. 2.000
– 3.000 karung
Tabel IV.40. Rencana Pembangunan TPST
No. Kota
Rencana Pembangunan TPST unit Jumlah
Kabupaten 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020
1 Ogan Komering Ulu
1 1
1 2
1 2
1 9
2 Ogan Komering Ilir
1 1
1 1
1 2
1 8
3 Muara Enim
2 1
2 1
2 1
1 10
4 L a h a t
1 2
1 1
1 2
2 10
5 Musi Rawas
1 1
1 1
1 1
1 7
6 Musi Banyuasin
1 1
1 2
2 2
2 11
7 Banyuasin
1 1
1 2
2 1
1 9
8 OKU Selatan
1 1
1 1
4
9 OKU Timur
1 2
1 1
1 1
2 9
10 Ogan Ilir
1 1
1 1
4
11 Empat Lawang
1 1
1 1
1 1
1 1
8
12 Palembang
1 2
2 1
1 1
8
13 Prabumulih
1 2
1 1
1 6
14 Pagar Alam
1 1
1 1
4
15 Lubuk Linggau
1 1
1 1
4
Tambahan di TPST 5
18 16
16 14
14 14
14 111
Dokumen Rencana Aksi Daerah Gas Rumah Kaca RAD-GRK Sumatera Selatan
196
Selain skala kawasan, pengolahan sampah dapat dilakukan pada skala sumber dengan melibatkan masyarakat pedesaan untuk menerapkan lagi budaya gali-
timbun sampah organik. Salah satu kearifan lokal yang telah banyak ditinggalkan oleh masyarakat Sumsel adalah mengubur sampah organik untuk kemudian
dijadikan pupuk kompos tanaman. Untuk area perkotaan, umumnya lahan tidak tersedia untuk melakukan hal ini, tetapi di pedesaan, lahan pekarangan masih
tersedia luas untuk melakukan aktifitas kubur sampah organik ini. Tetapi budaya telah bergeser, masyarakat desa sedikit malas memilah sampah organik-anorganik,
dan lebih suka membakar sampahopen burning atau membuang sampah ke sungaianak sungai. Keseluruhan program minimasi sampah ini dapat terintegrasi
dengan program kampung iklim dan menuju Indonesia Hijau
Gambar 4.47 Perkiraan distribusi pengelolaan sampah Sumsel 2020 dengan aksi mitigasi-1
Gambar 4.48 Trendline distribusi pengelolaan sampah Sumsel 2010-2020 dengan aksi mitigasi-1
Untuk kelompok aksi mitigasi-2, diperlukan total biaya Rp. 88,1 Milyar sampai tahun 2020, biaya mitigasi terhitung sebesar Rp. 3.238.631ton CO2 eq.
Dokumen Rencana Aksi Daerah Gas Rumah Kaca RAD-GRK Sumatera Selatan
197
Tabel IV.41. Penurunan Emisi Aksi Mitigasi-1 s.d 2020 No.
Tahun Emisi Sampah Domestik
Gg CH4 Penurunan
Emisi
BAU MITIGASI-2
Gg CH4
1 2010
12,66 12,66
0,00 2
2011 18,65
18,65 0,00
3 2012
23,16 23,16
0,00 4
2013 26,68
26,54 0,14
5 2014
29,48 29,20
0,27 6
2015 31,79
31,37 0,42
7 2016
33,78 33,20
0,58 8
2017 35,54
34,79 0,75
9 2018
37,14 36,22
0,92 10
2019 38,63
37,53 1,11
11 2020
40,05 38,75
1,30
c. Kelompok Rencana Aksi Mitigasi -3: Program Peningkatan Sarana- Prasarana Persampahan