6. Perancangan tiang pondasi, pembongkaran bangunan, bongkar muat bahan, bor pneumatic
7. Pidato, ceramah dengan pengeras suara yang berlebihan 8. Pedagang yang menawarkan dagangannya dengan pengeras suara
9. Mesin 10. Stadion dengan banyak penonton
11. Terminal bus, stasiun kereta api, pelabuhan laut dan udara 12. Peternakan ayam, anjing dan kebun binatang.
2.3.3 Jenis – Jenis Kebisingan
Kebisingan dibagi menjadi 2 dua jenis golongan besar, yaitu : Tambunan, 2005.
1. Kebisingan tetap steady noise, dibagi menjadi 2 dua jenis, yaitu : a Kebisingan dengan frekuensi terputus discrete frekuensi noise
Kebisingan ini merupakan nada-nada murni pada frekuensi yang beragam, contoh : suara mesin, suara kipas dan lain sebagainya.
b Kebisingan tetap brod band noise Kebisingan dengan frekuensi terputus dan kebisingan tetap brod band noise
digolongkan sebagai kebisingan tetap steady noise. Perbedaannya adalah brod band noise terjadi pada frekuensi yang lebih bervariasi bukan nada
murni. 2. Kebisingan tidak tetap non steady noise dibagi menjadi 3 tiga jenis, yaitu :
a Kebisingan fluktuatif fluctuating noise Kebisingan yang selalu berubah-ubah selama rentang waktu tertentu.
b Intermitten noise Sesuai dengan terjemahannya, intermitten noise adalah kebisingan yang
terputus-putus dan besarnya dapat berubah-ubah, contoh : kebisingan lalu lintas.
c Impulsive noise Kebisingan
impulsif dihasilkan oleh suara-suara berintensitas
tinggi memekakkan telinga dalam waktu relatif singkat, contoh : suara ledakan
senjata api dan alat-alat sejenisnya Tambunan, 2005. Kebisingan dapat dikelompokkan berdasarkan kontinuitas, intensitas, dan
spectrum frekuensi suara yang ada, yaitu : 1. Steady state and narrow band noise
Kebisingan secara terus menerus dengan spectrum suara yang sempit seperti suara mesin dan kipas angin.
2. Non steady state and narrow band noise Kebisingan yang tidak terus menerus dengan spectrum suara yang sempit seperti
suara mesin gergaji dan katup uap. 3. Kebisingan Intermitten
Kebisingan yang terjadi sewaktu – waktu dan terputus, contohnya suara pesawat terbang dan kereta api.
4. Kebisingan Impulsif Kebisingan yang impulsive atau yang dapat memekakkan telinga, seperti bunyi
tembakan bedil, meriam atau ledakan bom Chandra, 2005.
2.3.4 Pengukuran Kebisingan
Beberapa alat yang digunakan untuk mengeukur kebisingan, yaitu: 1. Audiometer, alat ini berfungsi untuk mengukur kebisingan dengan cara
membandingkan suara yang intensitasnya telah diketahui Soesanto,1990. 2. Noisemeter, alat ini memperoleh suara dalam sebuah mikrofon dan
memindahkan energinya ke impuls listrik. Hasil pengukurannya berupa energy total, diacatat sebagai aliran listrik yang hamper sama dengan
kebisingan yang ditangkap Soesanto,1990. 3. The Equivalent Continous Level, alat ini berfungsi untuk menganalisa suatu
kebisingan yang sangat fluktuatif, misalnya kebisingan lalu-lintas Soesanto, 1990.
4. Octave Band Analizer, alat ini berfungsi untuk menganalisa suatu kebisingan dengan spectrum frekuensi yang luas Oloan,2005.
5. Sound Level Meter, alat ini berfungsi untuk mengukur kebisingan antara 30- 130 dB dan dari frekuensi 20-20.000 Hz. Sound Level Meter terdiri dari
mikrofon, amplifier, dan sirkuit attenuator dan beberapa alat lainnya. Sound Level Meter dilengkapi dengan tombol pengaturan skala pembobotan seperti
A, B, C, dan D. Skala A, contohnya adalah rentang skala pembobotan yang melingkupi frekuensi suara rendah dan frekuensi suara tinggi yang masih
dapat diterima oleh telinga manusia normal. Sementara itu skala B, C dan D digunakan untuk keperluan-keperluan khusus, misalnya pengukuran
kebisingan yang dihasilkan oleh pesawat terbang bermesin jet Sihar, 2005.
2.3.5 Nilai Ambang Batas NAB Kebisingan